Jogjakarta Dalam Satu Hari

Assalammualaikum pembaca budiman. Pengen kayak pujangga lagi nih “Berkunjungnya sebentar tapi

kenangannya tak mau cepat pudar” Asekk. Hehe. lama juga ya gak main-main dengan kata-kata syahdu gini, Jadi rindu! next deh kalau niat banget itu muncul. 

Lanjut cerita travelling kemarin yuk. Yang itu loh, cerita dari artikel beberapa waktu lalu tentang merasakan menjadi warga solo sementara. Jadi, selama di Solo aku berpikir kenapa gak sekalian jalan-jalan ke Jogja dengan kereta, toh ya mumpung di sana ada adek dan kereta Solo-Jogja juga lumayan murah, kalau di banding perjalanan menuju Mojokerto - Jogja , better begini lah .  And Here we go!

Keribetan Proses Check In KRL Solo - Jogja

KRL Solo-Jogja

Tibalah waktunya aku pergi ke Jogja setelah empat hari tinggal di Solo. Setelah sarapan dan menyediakan outfit of the day, kami bergegas menuju stasiun Solo Balapan dengan transportasi online. Drama di mulai setibanya di stasiun. Jadi, karena ini pertama kali aku dan adekku menggunakan KRL. Kami sempat kebinggungan untuk memulai alur menaiki kereta tersebut. Setibanya di lantai dua, khusus untuk jalur KRL petugas loket info jika pengisian e-money dengan menggunakan kartu indomaret masih belum bisa, jika ingin tetap melakukan isi ulang bisa langsung datang ke indomaret, karena waktunya mepet kami ditawari opsi kedua, kami bisa membeli kartu baru seharga 38k dengan saldo 10k, atau jika tidak berkenan, bisa menggunakan e-wallet Link Aja. Sebenarnya menggunakan aplikasi tersebut paling mudah menurutku, tinggal tap di gate kereta KRL nanti. Oke! Kami memilih turun ke gate kereta dan check in dengan tap menggunakan e-wallet saja. Anyway untuk harga peron KRL ini 8k aja ya. Murah kan?. tapi alurnya bikin pusing. Hehe 

Selepas tab e-wallet di gate sistem, ternyata satu akun hanya untuk satu orang. Baiklah karena yang punya Link Aja hanya aku, akhirnya adekku segera download aplikasinya. Setelah ter-download dan terisi saldo barulah kami bisa lolos check -in.  Pikirku begitu, tapi kenyataannya beberapa kali ngetap dengan hape, entah kenapa rumit sekali, yang gak terdeteksi lah, signal ngadat lah. duh .. syulit, tapi dengan banyak kesabaran akhirnya kami masuk kereta KRL. Keretanya nyaman tidak penuh sesak. Tempat duduknya pun memanjang dan berhadap-hadapan. Hampir penuh karena banyak yang ternyata turun dengan tujuan Jogjakarta.

Setibanya di stasiun Tugu Jogja pun sebelum keluar ada gate khusus untuk para penumpang di harap scan log out aplikasi ataupun tab e-money yang menandakan jika penumpang sudah keluar dari stasiun.  Sejauh pengalamanku menggunakan kereta, hanya di KRL ini, aku harus tap check in dan check out, emang gitu ya aturannya?

Baca Juga:  Jogja 3D2N - Dari Tamanari ke Yamie Panda Taman Siswa

Well, untuk mempermudah transportasi saat di sana, aku memutuskan untuk menyewa motor, toh ya ini hanya kegiatan tak sampai satu hari penuh, motor jenis beat tahun 2019 di harga 75k dengan persediaan bensin 3 bar. Oke cukuplah buat muter-muter yang gak tau kita bakalan muter kemana aja. Hehe

Rute pertama setelah janjian dengan dealer sewa motor di depan stasiun, kami memutuskan untuk kulineran sembari makan siang. Tempat makan yang ingin sekali aku kunjungi lagi setelah terakhir kali di bulan Mei lalu bersama keluarga. Yamie Panda yang ada di taman siswa. Entah kenapa tempat makan dengan tema oriental warna merah, dan mural panda yang ada di dinding dalam resto ini sangat melekat di benak. Selain karna tempatnya yang nyaman, menu yang disajikan juga enak, itu sebabnya aku memasukkan Yamie Panda sebagai wish list kuliner di sini.

Lanjut, tempat yang ingin kami kunjungi adalah Tempo Gelato. Kedai Gelato yang menjadi tempat impian adekku ini sukses membuat siapaun terpana ketika mulai membuka pintu di tempat tersebut. Masuk lokasinya, widih bener-bener keren. Betah di sana walau hanya menghabiskan uang 30k untuk menikmati cone gelato 2 rasa dengan porsi yang menurutku itu lumayan. Gelatonya enak, tempatnya pun instagramable. Hehe Cukup puas dengan beberapa kali take foto di sana, kami memutuskan untuk lanjut ke destinasi selanjutnya.

tempo gelato jogja

tempo gelato jogja

tempo gelato jogja

Jalan-jalan ke Jogjakarta, rasanya gak afdol kalau enggak ke Mallioboro. Mampir sebentar ke masjid agung Jogja yang berada di Mallioboro untuk sholat dhuhur, kami melanjutkan dengan duduk cantik di kursi yang di sediakan di trotoar sepanjang jalan Mallioboro. Melihat sekeliling area Mallioboro banyak yang berubah ternyata, dulu selalu riuh dan sesak ketika banyak pedagang kali lima di selazar toko Mallioboro menawarkan barang dagangannya, kini, semuanya telah berpindah ke tempat yang dinamakan Teras Mallioboro. Namun Mallioboro kini nampak tertata rapi. Gerai Mallioboro yang dulu tak terlihat gara-gara tertutup dengan pedagang kaki lima, kini menampakkan kemolekkannya dengan lampu warna-warni.

Setelah cukup puas mengumpulkan tenaga. Aku yang dulu sempat menyesal tidak foto di tempat dengan tulisan Jl Mallioboro, kali ini aku berencana mengabadikannya. Haha. Beberapa take foto dengan hasil yang lumayan membuatku tersenyum puas. Setelahnya, karena ingin foto dengan background Bank Indonesia, Pos Indonesia dan Bank BNI di ujung Mallioboro, aku dan adekku memutuskan untuk berjalan dari tempat kami berada menuju ujung Mallioboro sebelah utara. Sesungguhnya itu adalah kesalahan yang menurutku fatal. Kwkwk 

Kupikir, jarak tempuh ke ujung Mallioboro dekat, ternyata cukup membuat kaki linu karena terlampau jauh. Haha. Mungkin karena kami jarang berolahraga, jadi jalan dari salazar Teras Mallioboro ke ujung Mallioboro terengah-engah. Berhubung di sana cuaca masih terik, karena jam menunjukkan pukul 2 siang, jadi tidak banyak pengunjung yang datang meskipun beberapa kali kami menemukan turis bersliweran. Lagi-lagi kumpulan foto sudah cukup diabadikan dan dijadikan story sampai beberapa bulan ke depan. Lanjut!

Seperti kebanyakan orang, kami sangat excited jika itu menuju tempat yang ingin kami datangi dan sangat malas ketika kami harus kembali ke parkiran motor. Sekali lagi, jarak menjadikan kaki kami yang linu-linu ini memohon untuk ngaso tempat yang di sediakan beberapa saat. Memberikan motivasi “kapan lagi kayak gini” ternyata masih belum cukup menghilangkan rasa lelah karena berjalan jauh. Okelah semangat, karena selanjutnya kami berencana untuk membeli oleh-oleh khas Jogja dan makan malam. Untuk makan malam, aku berencana membeli Gudeg Yuk Djum, sayangnya si adek tidak suka dengan makanan yang terlalu manis menurutnya. Dan lagi, karena dulu sempat kena prank makan di emperan Mallioboro dengan harga fantastis, akhirnya dia memilih untuk membeli Mcdonals sedangkan aku sekali gudeg tetap gudeg. Hahah. Yaealah jauh-jauh makannya begitu, tapi yaudalah ya, namanya juga pengen, kan Gudeg khas Jogja yaa.

Mengingat masih ada waktu 3 jam dan saat itu masih pukul 4 sore, rencana kami akan menuju Tugu Jogja, sekali lagi, ke Jogja enggak datang ke tempat iconic itu sangat disayangkan. Tetapi, karena cuaca saat itu diselimuti awan gelap lalu tiba-tiba hujan dengan volume yang cukup bikin gak nyaman, kami mengurungkan niat tersebut dan memilih kembali ke stasiun dan itu tandanya kami harus mengembalikan sewa montor yang seharusnya masih bisa kami gunakan sampai jam 7 malam. Rasanya memang kurang sih maennya. Jogja dalam satu hari dengan kondisi seperti itu memang sangat kurang, sayang juga biaya sewa motornya, tau gitu kemana-mana bisa naik transportasi umum aja lebih hemat. Haha.

Hidupmu Ya Hidupmu, Hidup Mereka Bukan Standartmu

hidupmu ya hidupmu hidup mereka bukan standartmu

Assalammualaikum pembaca budiman!. Sedang apa hari ini? Pasti sudah melakukan hal yang baik kan?. Sudah bulan -ber aja sekarang. Mendekati akhir tahun nih achievement pasti hampir semuanya gol kan ya? atau ada yang masih struggle?, gak apa-apa, setiap orang punya timing masing-masing, semangat yaa!. Yuk cerita-cerita di sini. 

Deep breath dulu, atur nafas lalu mulai membaca pelan-pelan artikel ini dan diresapi. Disclaimer ya, tidak ada unsur yang gimana-gimana terkait postingan ini. Sepeti biasa hanya ingin menyampaikan satu kebaikan versiku dan dengan caraku. Apalagi kalau bukan dengan menulis. Setidaknya bagi yang suka membaca tulisan ini ada niat baik yang ingin disampaikan dengan caranya. 

Ada satu kalimat yang sampai saat ini aku jadikan sebagai pegangan untuk terus bersyukur dan berbenah. Widih badas.. berat-berat. Hehe. simplenya begini “hidupmu ya hidupmu, hidup mereka bukan hidupmu!. Jangan pernah mau diatur orang lain, mengstandartkan diri atas patokan dari orang lain karena itu sangat berat. Serius.

I think as a human we have ever compare our self to other. Ya kan ? pasti pernah? Pasti dong  Sebagai makhluk sosial kesempatan berinteraksi dengan orang lain membuat kita sengaja ataupun tidak sengaja membanding-bandingkan hidup kita dengan mereka. Entah itu dari segi fisik, keuangan, karir ataupun hal kecil yang menurut oran tersebut gak penting tapi bagimu itu sangat bahkan perlu untuk di tiru, kok jatuhnya seperti FOMO  ya?. Iyap sedikit banyak mengarahnya ke sana. 

Baca juga: Memiliki Previlage dalam hidup 

Adalah hal wajar jika kita pernah membandingan hidup kita dengan orang lain. Kok wajar? Iya dong, bukan untuk menganggap bahwa hidup kita paling menderita atau serba minus sehingga gak patut diapresiasi. BIG NO!. Bukan itu ya tetapi dijadikan motivasi untuk mengkoreksi diri agar lebih baik lagi. Di bandingkan untuk dijadikan panutan. Tidak harus sama persis, setidaknya menjadi versi diri kita yang lebih baik lagi untuk kebaikan sendiri. Sampai sini paham kan ya pembaca budiman? Hehe. Guide line nya membandingkan untuk dijadikan motivasi bukan obsesi.

Membandingan diri hanya akan menambah beban mental

Beda cerita dengan orang yang selalu mengkomparasikan diri ke arah yang negatif. Harus seperti itu? Titik!. Pokoknya kalau gak seperti itu gak bahagia, gak afdol rasanya karena hidup orang tersebut adalah impian banyak orang. Siapa bilang? yakin impian banyak orang?, bagaimana kalau sebagian orang justru tidak ingin seperti itu. Mereka mengganggap bahwa hidupnya yang saat ini di jalani adalah sebuah proses, they just try enjoy their life no matter what

Lagi, bagaimana jika ternyata yang kamu upayakan ingin memiliki kehidupan seperti orang yang kamu anggap "sempurna" tidak sesuai dengan harapanmu. Iya kalau hidupmu seperti mereka, lah kalau enggak?. Menjadikan kehidupan orang lain menjadi tolak ukur hidup kita itu tidak masuk akal. Pertanyaan kedua, yakin bahagia?. Nah loh jadinya memicu stress kan, lagi-lagi kesehatan mental diabaikan. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain malah membuat kita terlihat menunjukkan ketidak bersyukuran dengan apa yang di miliki. menjadi golongan orang yang tidak puas dengan pencapaian diri sendiri. Yang jelas membandingkan diri terlalu berlebihan akan menambah beban mental. 

Sejak membahas issue mental di beberapa postingan terakhir, aku akui semuanya based on pengalaman pribadi ataupun dari hasil diskusi dengan orang yang sedang berada di fase "rasanya hidupku biasa-biasa saja". 

Sangat tidak enak merasakan berada di posisi di mana kita meragukan diri sendiri karena aku pernah di posisi demikian. Rasanya ingin bangkit tapi sulit, ingin memulai perubahan tapi tak tahu cara memulainya. Benar-benar berada di posisi stuck!. Aku seperti berperang dengan pikiranku sendiri, tapi percayalah selama sebagian dari dalam diri kita memberikan dukungan untuk berubah dan tidak merasa rendah diri, kita harus pertahankan itu meskipun memerlukan waktu. Nah di sini aku ingin share versiku supaya tidak terlalu sibuk membandingkan diri dengan apa yang orang lain miliki, mungkin  beberapa dari kalian juga bisa mengamininya, 

Baca juga: Hadiah untuk Seorang blogger 

Self Love atau mencintai diri sendiri apa adanya

Aku percaya bahwa setiap manusia di muka bumi ini memiliki peran penting. Meskipun ada yang memiliki kekurangan, tentu dia juga memiliki kelebihan yang suatu saat akan membuat perubahan besar sepanjang hidupnya diarah yang lebh baik. Yes I belive it. Kelelebihan ini yang harus di gali dengan Self love dan bersyukur dengan berbagai keadaan. Self love di sini aku artikan dengan mencintai diri sendiri apa adanya.  Apa adanya tanpa tanda kutip ya. Haha. Yang artinya menerima segala apa yang kini dihadapi dengan berpikiran positif, menerima kekurangan diri sebagai bagian dari eksistensinya kita yang sekarang. Self love itu penting, untuk kita  terhindar dari stress yang di sebabkan oleh banyak tuntutan hidup. Proses self love juga macem-macem, seperti yang aku bilang di awal setiap orang punya timing masing-masing, jadi jangan jadikan beban karena masa-masa kecewa, marah, terluka itu juga harus kita rasakan untuk bisa memaknai hidup yang kita jalani saat ini, tapi ingat seperlunya jangan sampai terjerumus dan lama bertahan dalam masa-masa seperti itu. 

Thanks to your self everyday

Biasakan mengeluarkan kalimat positif pada diri sendiri setiap hari. Nah untuk aksi ini aku sering terapkan ke diriku, semisal ketika bangun tidur dan di depan cermin “kamu cantik, unik, awesome terima kasih sudah bertahan di dunia yang semakin gila ini”. Aku berusaha menghargai diriku dengan berkata demikian. Intinya afirmasi positif untuk diri sendiri. Jika dilakukan terus menerus menurutku akan menimbulkan self confident. Kepercayaan diri akan meningkat sehingga perasaaan membandingkan diri dengan orang lain akan terkikis, justru akan berubah menjadi rasa syukur dengan apa yang di miliki saat ini. ibaratnya Point of view yang berbeda dengan situasi yang sama. 

So, hidupmu adalah hidupmu yang jalannya sudah di tentukan, dan dapat kamu rubah sesuai usahamu. Sedangkan hidup mereka, apapun yang mereka lakukan itu hak mereka yang tak patut kamu jadikan standart bahagia. Kita tak pernah tahu mungkin mereka mati-matian berusaha untuk meraih posisinya saat ini dan tidak tersorot olehmu. Begitu pula dengan usaha kita untuk mencapai level tertentu seharusnya patut untuk di apresiasi sekecil apapun itu.  So, stop to compare your self dengan hidup orang lain. Bahagiakan hidupmu dengan caramu sendiri, tanpa memaksa dan meniru dan jangan korbankan dirimu untuk kepentingan orang lain.

Merasakan Menjadi Warga Solo Sementara

Assalammualaikum pembaca budiman, bagaimana kabar kalian, fine kan ya ?.

“Kota Solo, kota tempat kesenian asli,

tarian indah murni irama yang mengiringi”.

Pernah dengar lirik lagu keroncong Om Mus Mulyadi ini? Fix kalian generasi tahun 90-an. Hehe.

Siapa sih yang gak tahu dengan kota kecil nan cantik di salah satu wilayah Jawa Tengah ini. Kota kecil yang lekat dengan kesenian dan setuhan tradisionalnya. Kecil-kecil cabe rawit ini namanya – Solo.

Beruntung sekali aku berkesempatan tinggal di kota penuh budaya ini dan menjadi warga lokal walaupun untuk sesaat. Dinas suami lagi-lagi membawaku merasakan pengalaman baru yang seru entah itu wisata baru, kuliner baru ataupun penginapan baru. “Betah di sana?” pertanyaan paling depan, padahal ya di sananya gak permanen, Hehe. jujurly betah-betah aja, selagi tempat tersebut dekat mini market dan akses kemana-mana mudah, I’m fine bahkan akan sangat betah karena gak kesulitan sekedar untuk menemukan camilan.

Baca juga: Nongkrong Asyik di Tropical Coffee Surabaya

Bisa dikatakan tinggal di Solo dan di Mojokerto tempat aku berdomisili sekarang sama saja. Loh kok?. Iya ya, karena sama-sama di kota kecil, karena aku besar di kota Surabaya yang notabene itu termasuk kota terbesar kedua di Indonesia, so kota kecil di mana pun aku berpijak sekarang menurutku sama saja. Lagi nih, kalau ada celotehan yang bilang coba hidup di pedesaan nah itu beda cerita yaa.. karena yang di maksud udah spesifik pedesaan, sedangkan yang aku bahas kota kecilnya. Hehe. 

Ditambah ternyata untuk siang hari, Solo sama panasnya dengan di Mojokerto. Apakah kalian juga merasakannya pembaca budiman, sama-sama  cuaca siang yang terik cukup  menyengat kulit.

Kelas Ekonomi Sancaka berasa Eksekutif

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan online dan tugas rumah tangga. Berangkatlah menuju kota Solo dengan kereta Sancaka premium. Anyway gerbong Premium ini ternyata gerbong ekonomi versi kereta Sancaka, tapi pelayanannya oke. Gerbongnya gak seperti gerbong kereta ekonomi dhoho yang biasanya aku naikki, serius!  Ya kali aja ada yang protes kenapa ngebandinginnya dengan kelas Ekonomi kereta murah.  Ya karena kereta murah yang pernah aku tumpangi ya sejenis Dhoho, KRD, Sritanjung, Logawa, dan Jayanegera. Dari ketiganya tempat duduknya sama, bikin punggung kenceng. Hehe.

gerbong kereta sancaka premium

Nah Sancaka ini berbeda, tampilannya lebih elegan. Tempat duduknya empuk dan bisa diatur mundur setidaknya 120 derajat. Terdapat beberapa Layar TV di satu gerbong. Nggak takut kepanasan juga karena sudah dilengkapi AC yang dinginnya menyebar di seluruh gerbong. Setelah duduk di kursi yang aku pesan tak lama kereta mulai jalan. Datanglah seorang pramugari kereta api untuk memberikan maske KN95 secara gratis. Kupikir jalan kereta ini pelan karena aku sama sekali tidak merasakan goncangan yang berarti Ketika duduk. Ternyata aku keliru, ketika masuk toilet di dalam gerbong, kereta ini terasa sekali guncangannya, bahkan untuk duduk aman di toilet aja badan ikut bergoyang. Haha kereta ini melaju begitu cepat, aku tertipu. 

Bisa dikatakan kereta Sancaka tergolong kereta jarak jauh untuk kalangan menengah ke atas. Tampilannya eksklusif serta harga tiketnya yang cukup lumayan. Perjalanan Mojokerto-Solo Balapan dengan gerbong ekonomi premium di harga 125rb. Harga tiket yang cukup lumayan dengan perjalanan 2,5 jam. Tapi mungkin alasan tersebut juga mendasari PT KAI memberikan pelayanan yang maksimal kepada para penumpang. Oke Worth it!. 

Ini merupakan perjalanan jarak jauh pertama kali sendirian setelah beberapa tahun terakhir vakum akibat virus Corona. Tanpa Mas bojo yang biasanya selalu duduk di samping. Bisa nih nanti upload story dengan based suara kereta. Hehe. 

Setibanya di Stasiun Solo Balapan, tujuan pertama adalah menghampiri penginapan Mas Bojo. Perjalanan cukup singkat dari stasiun ke hotel tempat Mas Bojo menginap. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit aku sudah tiba di hotel.

Hotel Mewah Tengah Kota Solo

Setibanya di Hotel Solia Yosodipuro Hotel Solo, tempat di mana Mas Bojo menginap. Tampilannya sangat apik. Hotel klasik yang comfortable. Hotel Solo yang menurutku aman nyaman dan harganya relatif murah ini sangat memperhatikan ciri khas jawa tengahnya. Karena terkenal dengan provinsi yang kental sekali dengan budaya jawa, di hotel ini banyak memiliki kesan heritage yang bisa di temukan baik dari pertama kali masuk hotel ataupun di kamar. 

Perihal rating, setelah aku cek, di Traveloka  score-nya gak kaleng-kaleng, hotel bintang 3 ini mendapatkan rating 8,5/10, sedangkan di Agoda 8.9/10. Banyak yang mengatakan jika hotel tersebut memiliki pelayanan yang sangat memuaskan. Ternyata benar dong. Hampir seminggu di sini tidak ada keluhan yang berarti. Kamar selalu bersih, sarapan buffet selalu menggugah selera, pendopo yang asik untuk di jadikan tempat nongkrong, kolam renang bersih. Pelayanan maskimal, Top deh.

solia yosodipuro solo

Lalu kemana aja selama di Solo?. Hari pertama aku hanya mengabiskan waktu di hotel untuk istirahat sembari menunggu kedatangan mas bojo dari dinasnya. Di hari kedua aku memilih jalan-jalan sekitar hotel. Dalam perjalanan menuju hotel, aku sempat menemukan tempat bersejarah di dunia jurnalistik yakni Museum Pers Nasional Surakarta, jadi aku memilih mengunjungi tempat tersebut. Alih-alih mengunjungi tempat yang jauh yang saat itu aku tak tau mana dan dimana, aku lebih memilih berwisata di tempat terdekat dari hotel. Jaraknya hanya 7 menit dengan jalan kaki. 

Museum pers nasional Surakarta

Kebetulan saat itu sedang diadakan pameran foto internasional "Padma Candrageni" dengan tema yang di usung seputar gunung Merapi dan candi Borobudur. Semua foto yang terpajang di sana menarik untuk di abadikan.  Sampai pada akhirnya alur pameran tersebut membawaku tiba aku di ruang perpustakaan museum, kurang lebih 2 jam aku habiskan di perpustaan tersebut sekadar untuk melihat koleksi buku yang terpajang dan bermain handphone. 

Pameran padma Surakarta

Pameran padma Surakarta

perpustakaan museum pers nasional surakarta

Pameran padma Surakarta

Lanjut, karena sudah siang dan waktunya makan, aku membeli makanan sekitar museum dan berencana untuk memakannya di kamar hotel. Mungkin setiap kota memiliki penyajian ataupun untuk penyebutan makanan berbeda-beda ya. Fun fact!,  aku mencoba membeli gado-gado di pinggir jalan. Nah yang menarik, bumbu gado-gado ini ternyata menggunakan bumbu pecel. Setauku, bumbu gado-gado itu memang dasarnya dari bumbu pecel dengan tambahan kentang dan santan kelapa, sehingga rasanya gurih. Nah yang aku dapatkan ini literally bumbu pecel, kalian pernah gak sih mengalami hal demikian pembaca budiman? atau memang setiap kota bumbu masakannya beda-beda ya? hehe, yuk share gado-gado di kota kalian bumbunya seperti apa.

Di dekat museum tepatnya di penghujung jalan Gajah Mada, terdapat taman kecil, taman Ngesus Punggawan namanya. Seperti taman kota yang di bangun untuk penghijauan jalan. Selama di sana aku sering menemukan, jika taman tersebut di gunakan oleh bapak-bapak becak untuk ngaso (istirahat) sambil menunggu customer. 

Lanjut untuk kuliner di malam harinya, aku dan mas mojo memilih untuk mencoba mencari disekitar hotel saja karena memang malas untuk bepergian jauh. Banyak berjejer warung pinggir jalan yang mulai di buka di sore hari. Ada satu warung makan yang selalu rame sejak aku datang di Solo, namanya soto daging sapi Bu Hadi 2, aku dan mas bojo berencana mencobanya. Ternyata sejenis makanan dengan wadah mangkok ayam jago yang berisi soto bening dengan sayur kecambah sebagai topingnya, untuk lauknya bisa diganti namun harganya juga bervariasi. Enak sih, tapi menurutku porsinya kurang. Maklum doyan makan nih. 


soto daging sapi bu hadi 2

Anyway untuk harga makananya di sini ternyata hampir sama dengan di Mojokerto ataupun Surabaya ya, pricy menurutku. Hehe. UMR kota solo termasuk kecil, tapi kenapa biaya hidupnya mayan tinggi ya. Ini berdasarkan survey di setiap malam aku mencari makan di luar hotel. Harganya 11-12 dengan tempat makan yang aku datangi di kota besar. Mungkin karena kenaikkan BBM kali ya, jadi berpengaruh di seluruh aspek kehidupan di sini. Atau emang aku yang keliru berkunjung ke warung makannya. Entahlah yang jelas, mayan juga sih harga-harga makanan di sana.

Selain dengan niat yang kuat menyusul Mas Bojo di Solo, aku juga berencana untuk jalan-jalan di Jogjakarta dengan adikku. Nah fungsi adek di sini, sebagai partner jalan-jalan kalau mau kemana pun, hitung-hitung sebagai pengganti Mas Bojo karena doi sibuk mencari nafkah. Hehe. So, terplotlah jadwal untuk adek datang menyusul di hari ketiga saat aku di Solo. 

Aku dan adikku memiliki planning trip ke Jogjakarta tanpa inap. Setidaknya Jogja-Solo bisa di tempuh dalam waktu 1 jam dengan menggunakan KRL, lumayan juga menghemat biaya yang seharusnya dari Mojokerto ke Jogjakarta, sekarang jadi Solo – Jogjakarta. Hehe. Nah pengalaman pertama menggunakan KRL Solo-Jogja ini sungguh membingungan. Aku harus naik turun tangga, belum lagi harus top up E-Money, dan apabila menggunakan aplikasi, 1 aplikasi hanya bisa digunakan untuk 1 orang penumpang. Boom! aku dan adikku panik. Tapi untuk cerita jalan-jalan ke Jogja dengan menggunakan KRL ini akan aku ceritakan di judul lainnya. Hehe

Kuliner di Kota Solo

Hari ketiga berada di Solo karena adiku sudah tiba, aku berancana melakukan wisata kuliner. Rekomen Mas Bojo aku wajib mencicipi makanan khas Solo-Selat Solo. Rencana awalnya, kami ingin makan di Viens yang menurut Gmaps tempatnya itu tak jauh dari Hotel membutuhkan waktu 15 menit dengan jalan kaki. Namun karena satu dan lain hal ternyata kami kesasar hingga berjalan 30 menit. Sebenarnya bukan benar-benar kesasar tapi lebih ke salah resto Viens aja. Haha.  Harusnya yang kami datangi menuju Viens Pusat, tapi Gmaps yang aku klik justru ke Viens Lotte Grosir. Dodol banget kan. Haha. Karena aku dan adikku berekspetasi lebih enak di pusat. Alhasil kami memutuskan tidak masuk ke Viens Lotte Grosir dan lebih memilih order transportasi umum dari Viens Lotte Grosir ke Viens Pusat padahal posisinya kami sudah jalan 30 menit dan berada di depan Viens yang ada di lotte grosir. Sumpah ini beneran kegiatan nganggur hari itu. Haha

selat solo - makanan khas solo

Setelah memesan transportasi online, tibalah kami di Viens Pusat. Ngomong -ngomong selat Solo ini semacam makanan berkuah yang berisi sayur wortel, buncis rebus dan selada, ada pula potongan kentang goreng dengan toping daging dan telur ayam yang di bacem lalu di guyur dengan saus dan mustard. Nah sausnya ini mantap!. Seperti makanan yang rasanya pernah aku coba tapi entah itu apa, rasanya familiar. Hehe. Aku pastikan perlu mencobanya lagi jika aku ke Solo.

Lanjut, hari terakhir menginap. Nah dari sekian banyak hari, baru di hari terakhir aku bisa dengan lega jalan dengan Mas Bojo yang gak membahas masalah kerjaanya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Pura Mangkunegara di pagi hari sekitar pukurl 05.30. Lokasi ini jaraknya lumayan dekat dari hotel kurang lebih 400 Meter. Kebetulan di sana sedang ada event sepeda berlangsung. Digadang-gadang sebagai acara terbesar di Solo. Untuk acara pelepasan peserta dilakukan oleh Gibran Rakabumi selaku walikota Solo. 

Selepas dari tempat tersebut, karena kami berencana early check out karena ingin mengunjungi pasar Klewer, pasar tradisional yang menjadi andalan warga Solo.  Berada di depan pintu masuk pasar Klewer, aku juga sempat mengunjungi masjid Agung Surakarta. Saat itu juga Solo sedang mengadakan acara tahunan yang disebut Sekaten Solo. Acara ini berlangsung selama 1 bulan sayangnya hanya ramai ketika malam hari. Nah kebetulan saat itu aku harus bergegas ke tempat oleh-oleh lalu kembali ke stasiun.

So, itulah pengalamanku selama beberapa hari di kota Solo. Mungkin gak banyak explore tempat karena memang terbatas waktu dan memang planing untuk jalan-jalan aku fokuskan ke Jogjakarta. Tapi tak masalah, setidaknya aku paham bagaimana kehidupan di kota kecil yang penuh budaya ini.

Review Hotel: Seminggu Stay di Solia Yosodipuro Hotel Solo

review hotel solo murah aman

Solia Hotel Tampak depan

Assalammualaikum pembaca budiman, sehat ya? harus sehat dong. Dunia udah gila nih sama berita-berita di media, So bijak untuk menggunakan sosmed ya pembaca budiman!. Kebetulan selama beberapa hari ke depan aku tidak berada di rumahku sendiri-Mojokerto. Aku ikut Mas Bojo di tempat dia ditugaskan Solo. Alhamdulillah, tahun ini penuh berkah, lagi-lagi Allah baik banget. Selama beberapa hari ke depan diberikan jeda untuk tidak melakukan rutinitas harian.  Sebuah hadiah yang sama sekali tidak terfikirkan. Okay lets start, its time to break. lumayan nih pengalaman stay-nya bisa di  share di blog kesayangan lagi. Hehe 

Selama hampir satu minggu Menginap di Solia Yosodipura Solo banyak banget pengalaman yang aku dapatkan di sana. Sebenarnya gak bener-bener seminggu sih, karena si mas bojo berangkat lebih dulu, sedangkan aku menyusul beberapa hari setelahnya dengan menggunakan kereta api Sancaka. Setibanya di stasiun Solo Balapan aku langsung menuju hotel tempat mas bojo stay.

Keindahan Solia Yosodipuro Hotel Solo

Solia Yosodipuro Hotel dengan 9 lantai ini Merupakan hotel bintang 3 yang lokasinya sangat strategis di tengah kota Solo. Dekat dengan beberapa penginapan ataupun hotel berbintang, obyek wisata ataupun transportasi umum. Tepatnya di jl Yosodipuro No. 31-33. Jarak dengan setasiun Solo Balapan juga hanya hanya 1,3KM. tapi untuk orang seperti aku, yang mager banget, jadi aku pilih naik OJOL aja, gak sampe 5 menit eh aku udah tiba aja di depan hotel.

Menginjakkan kaki pertama kali di pelataran hotel, nuansa modern yang kental dengan ciri khas khas Jawa Tengah terlihat dari furniture yang melekat, loby, pintu masuk dan lantai hotel. Sebelum memasuki lobby, sebelah kiri teras hotel disediakan mini bar - Pendopo Terrace namanya. Dilengkapi akuarium yang diletakkan di ujung ruang dengan bingkai kayu, berwarna coklat tua. Terdapar pula sofa panjang berwarna abu-abu yang empuk, meja dan kursi yang terbuat dari rotan, menambahkan aksen heritage yang sangat melekat pada hotel ini. Menurut info, Pendopo terrace ini kerap sekali di gunakan sebagai tempat acara komunitas. Nah malam kedua stay di sana, kebetulan ada event komunitas vespa yang lagi kopdar. Sayang sih, gak bisa ambil fotonya karena situasi dan kondisi di terace hotel crowded banget. Hehe. Alhasil hanya bisa liat sebentar lalu naik lagi ke kamar.  

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

Baca Juga : Yakin Bukan Fomo?

Mendekati meja reseptionis, sudah disambut dengan para reseptionis yang ramah. Meskipun para reseptionis dan aku di batasi oleh sekat penghalang yang terbuat dari mika, nyatanya tak mengganggu proses check in. Sukak front liner yang model begini dah, helped banget. Tentunya dengan protokoler yang telah di sesuaikan.

To be honest first impression ketika memasukki area ini sudah wah. Hotelnya modern tapi enggak melupakan sentuhan tradisonalnya terutama di area lobby dan teras hotel seperti infoku di awal. Lobby pun cukup luas. Disebelah kiri meja reseptionis dari pintu masuk merupakan salah satu akses menuju restoran.  sebelum pintu masuk pun, di hadapkan dengan rak oleh-oleh yang di perjualan belikan ke tamu hotel, Sedangkan di koridor lobby disediakan welcome drink dalam teko dan tamu di persilahkan ambil sendiri. Minumannya pun bervariasi setiap harinya.

Reseptionis Solia Yosodipuro Hotel Solo

Front Office Solia Yosodipuro Hotel

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

lanjut, Setelah menerima key room, aku disugukan dengan pemandangan yang eye cathing sebuah kereta kencana yang di letakkan di tengah jalan menuju lift, aku menyebutnya lobby tengah. Memang tidak untuk di naikki, tapi sudah cukup membuat bibir menyunggingkan senyum bagus sekali hiasan di tengah lobby ini. Di lobby tengah juga di sediakan toliet umum untuk para tamu yang berdekatan dengan pintu masuk dari basement menuju lobby. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Tampilan Kamar Mewah Solia Yosodipuro Hotel

Mas Bojo stay di kamar deluxe lantai 7. Segeralah aku menuju room yang terletak di ujung koridor dengan langkah kaki yang nyaman karena lantai hotel ini dilapisi karpet empuk. Tidak seperti hotel bintang 3 kebanyakan, Kamar hotel ini bener-bener sangat luas, nyaman dan bersih juga. Sentuhan trasional khas jawa tengah juga nampak dari kamar ini. Ranjang king size dengan sprei putih, cat kamar yang didominasi warna abu-abu  headboard berwarna senada membuat kamar ini tampak serasi. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Fasilitas kamar ini pun juga lengkap. Lampu kamar juga nggak sendu-sendu amat. Pencahayaannya pas di kanan dan kiri tempat tidur. Terdapat 1 lemari dengan pintu geser yang besar dan beberapa hanger. Di samping ranjang pun ada tempat untuk meletakkan koper, lalu meja kerja dengan lampu duduk, safety box,  kaca kamar yang cukup untuk selfie. Hehe , 2 botol welcome drink,  teh, kopi, gula dan creamer yang masing-masing dalam kemasan dan selalu di refiil setiap hari, 2 sandal hotel, TV dengan channel dalam dan luar negri, pesawat telefon, WI Fi, kulkas mini, cofee & tea maker, pensil dan notes mini. Tak lupa terdapat pula room service apabila para tamu ingin memesan makanan yang di sediakan oleh Kunir Madu Restaurant di luar jam makan, namun tentunya hal tersebut tidak gratis. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel SoloReview Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Untuk toiletries nya juga oke. area basah dan kering di sekat oleh kaca tebal. Kamar mandi dilengkapi dengan toilet duduk, hot and cool water shower, wastafel, Cermin dengan diameter yang cukup lebar, 2 handuk mandi, 2 sachet sikat dan pasta gigi, shower cap, sabun mandi dan shampo dalam botol yang selalu di refiil setiap hari, semuanya di kemas secara elegan, ditambah dengan hair dryer.

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel SoloReview Solia Yosodipuro Hotel Solo

Keunikkan lainya dari hotel yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke -2 ini. Ternyata setiap tipe kamar di hotel Solia Yosodipuro di sediakan balkon, jadi bagi para tamu yang ingin merokok, bisa menggunakan area balkon tersebut, karena semua room adalah non smokingPemandangan kota Solo pun dapat ku abadikan dari lantai 7 tempatku berada saat itu. Siang ataupun malam pemandangan di balkon tetap indah. Suprisingly jika bangun di bawah jam 6 pagi, maka dari balkon akan menemukan pemandangan yang luar biasa indahnya yakni penampakan Gunung Merapi hanya dari lantai 7 hotel ini. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Sarapan di restoran Kunir Madu

Biasanya Bangun pagi langsung siap-siap membuat sarapan dan bekal. Tak bisa dielakkan diam di depan rak kulkas lalu menatap isinya, kira-kira apa aja bahan yang siap diolah selalu menjadi ritual pagi. Hehe. Nah, sekarang bisa leyeh-leyeh bentar berdua sama Mas Bojo sambil persiapan turun ke resto hotel untuk sarapan. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Resto untuk sarapan ada di lantai 1, dekat dengan area lobby depan ataupun para tamu bisa melewati pintu samping area lift. Kunir Madu Restaurant namanya. Jika melewati pintu samping resto, maka tamu pertama kali akan menemukan Gubukan Omelet dan Gorengan Jawa atau bisa di sebut ote-ote, tau kan ya ote-ote ini makanan apa? yuk perpaduan sayuran wortel dan gubis yang kemudian di uleni tepung lalu di goreng. 

Review Restoran Solia Yosodipuro Hotel Solo

Kunir Madu ini tempatnya sangat luas. Interiornya tertata apik dan menyejukkan mata. Setiap sudut ruang menarik untuk di foto.  Makanan yang di sajikan pun bervariasi mulai dari yang tradisional hingga western.


Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Di sajikan secara buffet dan diletakkan di setiap ujung restoran. Menurutku nyaman dan membuat para tamu tidak bergerombol untuk mengambil makanan. Anyway apapun makanan yang aku inginkan rasanya semua tersedia di Kunir Madu. Hehe. Meskipun stay di sana dalam waktu yang menurutku cukup lama dan beberapa item ada yang terulang, tak pernah membuat jenuh untuk terus mencicipi. Semuanya tetap menggugah selera

Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat. Dari pancake, sereal, Omelete, gorengan, salad buah & sayur, bubur ayam, bubur kacang hijau, dessert, spagetti, Tahu kupat, nasi putih, nasi goreng, kwetiau, dan masih banyak lagi. Rasanya tak sanggup untuk mencicipi semua menu hari itu, rapi semua menu terlihat enak.

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Santai di Area Kolam Renang

Sambil menunggu Mas Bojo dinas luar, aku juga siap-siap kerja online. Aku memilih area kolam renang untukku melakukan kegiatan pagi. Jarang-jarang juga kerja model kayak gini. Kolam renang dengan kedalaman 1,3m di hotel ini cukup satifiying. Berada di lantai 2, dengan kondisi outdoor-TirtaManik Pool begitu hotel ini menyebutnya. Kolam ini sangat aestetik. Bagi tamu yang hanya ingin menikmati pool ini tanpa stay sangat di perkenankan. Namun mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku. Oh ya, area pool ini juga bisa di akses dari restoran, dengan menaiki anak tangga yang telah di sediakan. Gimana-gimana cukup menarik bukan?

Gedung Solia Yosodipuro Hotel Solo

Sejujurnya, sangat menyenangkan di area ini, apalagi aku bisa menikmati langit-langit kota Solo, tapi kalau siang cuaca sangat panas. Hehe. Ternyata cuaca di kota Solo ketika siang terik tidak jauh beda dengan kota Surabaya ataupun Mojokerto. Beruntung di sana disediakan lounge chair dengan payung pantai dan Lazy bean sofa yang sangat nyaman untuk aku tetap melakukan pekerjaan tanpa takut  kulit terbakar matahari.

Kolam Renang Solia Yosodipuro Solo

Tempat wisata terdekat hanya berjarak tak kurang dari 500meter yakni Musium Pers Surakarta dan Pura Mangkunegara. Karena kota Solo merupakan kota kecil. Beberapa hotel saling berdekatan seperti Solia Yosodipuro dekat dengan Sahid Jaya Hotel, Grand Orchid Solo, Novotel Solo, Ibis Style dan beberapa hotel lainnya. Bisa kok di tuju dengan jalan kaki, kalau enggak mager ya. Pun dekat dengan dengan kuliner hits kota Solo, seperti Sate Kambing Mas Mardi ataupun soto daging sapi bu Hadi 2 yang setiap hari tak pernah sepi pengunjung.   

Baca Juga : Selamat memperingati 1057 hari pernikahan, Mas!

Jika ingin menikmati tempat makan ala anak muda, hotel ini juga dekat dengan Cafe Roti Bakar 543 bahkan posisi tepat di sebelah hotel. Kuliner lainnya pun juga tak kalah enak. Untuk makan malam aku mencoba mie godhok yang dimasak menggunakan bara areng. Jadi aroma khas nya tidak bisa di abaikan. Ada pula warung penyet yang menyediakan makanan Solo Timl. Sayang beribu sayang aku lupa memotretnya, but aku .  recomended banget mie dan Timlo ini.

Last Word 

Senang sekali memiliki pengalaman pertama long staycation di hotel ini. Menurut aku, Hotel ini cocok banget jika pembaca budiman menginap bersama keluarga ataupun untuk bisnis. Over all pelayanan dari management hotel nya mantap apalagi mendekati sarapan gak sabar menunggu menu apa hari ini, karena emang menu yang di suguhkan itu variasinya banyak banget dan semuanya enak-enak. Hehe.

Buat kalian yang pengen stay di Solo dan binggung mencari hotel Solo murah aman dan nyaman, aku rekomen hotel ini deh. Kalian gak akan kesulitan untuk cari tempat mana yang harus di kunjungi pun dengan kuliner malamnya, karena semuanya ada di hotel ini.