Review Hotel : Semalam Di Everyday Smart Hotel Malang

Assalamu'alaikum pembaca budiman. how's life penuh perjuangan bukan? Sama seperti ini bulan ini, Agustus. Selamat memeriahkan hari kemerdekaan pembaca budiman. Semoga kita mampu menghargai perjuangan para pahlawan, dengan cara kita bertahan di kejamnya dunia tidak membuat negeri tercinta ini hancur karena ego masing-masing. i wish august will be nice for all of us. Sedaap bener!! 

Baca Juga:  Dari Taman Sari ke Yamie Panda Taman Siswa

Ngomong-ngomong, mau cerita nih tentang staycation kemarin. Hehehe. Mumpung masih segar kenangannya. Alhamdulillah bisa short escape lagi, plus reunian dengan teman sekolah dulu, meskipun beda hotel tapi tetap quality time kita patut di acungi jempol. Kenapa kok gitu?, Actually i came in Malang because Mas Bojo did his job, nah aku nimbrung ikut buat meet up sama si temen ini. Bertemulah aku dengannya sesuai meet point di Alun-Alun Kota Malang. Pertemuan ini pertama kali sejak aku menikah, jadinya saat bertemu kami agak heboh. maklum ciwi-ciwi kalau ketemu kayak gimana sih, rempong kali ya. Setelah memastikan bertemu dengan temanku ini, aku pamitan dengan mas bojo doski harus kembali melakukan pekerjaan. 

Setelah chit chat dan berwisata ke kebun bunga sampai pukul 6 sore, akhirnya kami memutuskan untuk berpisah. Temanku yang baik ini mengantarkanku menuju tempat menginap yang telah di pesankan atas nama mas bojo. Alhamdulillah, kantornya baik banget. Patut di contoh perusahaan lain nih. Yaa, kayak perusahaan tempat aku bernaung dulu deh, minimal. Hehe

Staycation ini bener-bener menyenangkan. kalau ada yang tanya ketagihan staycation kah? Yup tapi sebenarnya staycation juga dalam rangka dinas mas bojo, menyelam sambil minum air kan? hehe. hitung-hitung untuk mencari suasana baru. Even di rumah lagi gak ngapa-ngapain, itu juga bisa ngebuat suntuk loh. Apalagi di rumah banyak kerjaan, tambah suntuk dan butuh healing kan (ini kalau menurut aku yaa). Gak takut ketagihan? Aku sudah ketagihan yeorobun. Hehe. Sejak bekerja di agen perjalanan, aku sering memanfaatkan compliment yang aku dapat dari hotel, baik itu untuk aku gunakan sendiri ataupun aku jual kembali. kebanyakan sih aku jual kembali dengan harga miring, mayan buat uang jajan. 

Baca Juga :  Menulis Menyehatkan Mentalku

Manfaat staycation buat aku pribadi, kegiatan yang sangat  membantu sekali untuk merefresh otak. aku bisa menemukan inspirasi untuk tulisan selanjutnya. Berhubung yang dimaksud dengan tulisan selanjutnya ya review hotel. jadi di maksimalkan dong, menamati seluruh hotel ini. Entah kenapa, rasanya mood kembali membaik dan seger like gamon (gagal move on) dari hal yang indah-indah apalagi kalau membahas tentang staycation .

Hotel yang akan aku review kali ini adalah Everyday Smart Hotel Malang. Namanya review berarti setelah aku singgah di sana dong ya, jadi semua yang aku curahkan nantinya adalah pure dari hasil pengalaman dan pengamatan pribadi no suntik-suntik drama, kali aja ada yang endorse. Haha mengharap sekali. husst! yuk lanjut ngetiknyaa.

Everyday Smart Hotel adalah hotel bintang dua yang berada di daerah hits Malang. Bangunan yang menjulang tinggi diantara bangunan sekitarnya ini berlokasi di Jl Seokarno-Hatta No. 2. Lowokwaru, Kota Malang.  Which is nearby with convinience store and culinery yang kerap kali jadi tempat jujukan kera-kera (arek-arek) Malang. Dekat pula dengan salah satu universitas ternama di Malang Universitas Brawijaya dan beberapa kampus lainnya. 

Posisi Hotel Everyday Smart Hotel ini ternyata menyatu dengan Apartemen Soekarno Hatta. Itu yang aku tangkap saat Pertama kali tiba di area Drop off  yang ada di lantai 1. After say good bye to my friends, karena hotelnya juga cukup jauh dari tempatku saat ini.Memasuki kawasan hotel ataupun apartemen, aku melihat ada 2 meja security yang bersebrangan dengan label masing-masing Apartemen Soekarno-Hatta dan Hotel Everyday Smart Hotel. Masing-masing meja pun memiliki ruang tunggu. Sedangkan untuk area parkir mobil ataupun motor tamu dan karyawan berada di basement 1 & basement 2. 

Baca Juga : Plesir Gumuk Pasir Pantai Dlodo

Mendekati meja khusus hotel, setelah mengatakan jika aku tamu hotel dan reservasi by online, security tersebut membantuku membukakan pintu kaca, pembatas antara lift dan ruang tunggu luar. Security tersebut menyuruhku menuju lantai 7 bertemu reseptionis. Sekilas aku tampak kebingungan, aku kira butuh card detector untuk menuju lantai 7, ternyata tidak. Tamu yang datang meskipun belum melakukan proses check in atau akan melakukannya bisa langsung menuju lantai 7 asalkan mendapatkan konfirmasi dari security yang menjaga dua meja tadi. 


Terdapat 3 lift di bangunan ini, 1 lift yang biasanya digunakan untuk barang dan ukurannya lebih besar dari 2 lift lainnya. 2 lift selanjutnya di peruntungkan untuk tamu yang keduanya bisa digunakan untuk akses apartemen ataupun hotel. Jujur aku menunggu lift yang datang agak lama entah karena memang lift tersebut kondisinya full atau karena terlalu tinggi bangunan yang bisa mencapai lantai 19 sehingga memperlampat jalan lift.

Tiba di lantai 7, aku langsung menuju reseptionis. Dibantu oleh staf yang super ramah proses check in berjalan lancar, setelah menyerahkan KTP lalu mengisi formulir tamu barulah aku diberikan kunci kamar atau card detector yang juga berisi informasi fasilitas kamar hotel dan voucher makan. Sekilas tentang lobby Everyday Smart Hotel ini. Areanya lobby cukup luas. Untuk posisi meja reseptionisnya menghadap pintu keluar 3 lift. Lebih tepatnya diantara 2 lorong menuju kamar hotel. Terdapat 2 set sofa hitam dengan posisi berhadapan, dilengkapi dengan bantal berwarna kuning biru, warna khas hotel Everyday dan meja kaca. Terdapat pula rak majalah, TV layar datar 32 inchi dan tempat refill minuman di setiap lorong dan area meja reseptionis.


Type kamar di everyday Smart Hotel ini terbagi menjadi 3 jenis, Standar, Superior dan Deluxe room. Aku mendapatkan kamar standart twin bed & non smoking room  city view yang ada di lantai 11 letak kamarnya berada di tengah-tengah lorong. Sempat protes kenapa harus twin bed, karena reservasi di awal double bed, ternyata karena kondisi hotel saat itu sedang penuh, tapi jika ingin double bed, tamu diizinkan untuk menyatukan ranjang twin bed sendiri. 

Super riweh sekali, tapi gapapa karena sama bojo As long ranjangnya empuk enak dan nyaman dibuat bobok. Menuju kamar, aku disuguhkan dengan lukisan abstrak di setiap dinding-dinding lorong. Begitu card detector aku tempelkan dan membuka pintu kamar, yang aku tatap pertama kali adalah wastafel yang posisinya tepat di samping pintu masuk kamar. Hehe. Lalu untuk kamar mandi, posisinya berada di sebelah kanan pintu masuk. Siap-siap mengeluarkan handphone, lalu jeprat-jeprat fasilitas kamar seperti biasanya. 




Room standart ini cukup luas, kurang lebih ukuran kamar 18meter persegi. Diatas ranjang twin bed terdapat lukisan berukuran sedang. Untuk fasilitas kamarnya sendiri seperti kamar standart hotel pada umumnya, meja belajar ambalan di ujung kamar dilengkapi dengan lampu dan kursi duduk. 2 botol welcome drink, dan 1 kotak tissue, Meja dan lampu tidur di kanan kiri ranjang. TV LED berukuran 29 inchi, Wi-fi, Pesawat Telepon, 1 pasang sandal hotel, AC yang super adem berkali-kali nyala matiin -nyala matiin. Hehe, lalu tempat penyimpanan baju & hanger, cool and hot water shower, closet duduk. Sedangkan untuk Coffe dan tea maker tidak disediakan di kamar ini, fasilitas tersebut hanya di peruntunkan untuk room di atas standart. Mengsedih yaa

Lagi, setelah tau mendapatkan ranjang twin sharing sudah ngebuat hati ternyes gitu (apaan sih. Haha) Bantal di kamar standart hanya di sedikan satu, tanpa guling ataupun bantal kecil khas hotel di masing-masing ranjang. Ini nih yang bikin bete jugaa. Bantalnya gak tinggi, ceper banget. So, kalau nonton TV kayak nonton liat atap pas, gak nyaman. Haha.

Untuk personal care atau toiletries terdiri, 2 handuk, hand soap, 2 gelas, 1 sikat + pasta gigi dalam kemasan, keset handuk, body wash yang juga bisa digunakan untuk sampo. Menurutku ini masih kurang sih, biasanya meskipun hotel standart untuk toiletries dilengkapi dengan sanitary bag, shower cup, sisir putih kecil tapi balik lagi, mungkin kebijakan hotel memang seperti itu.

Nah, untuk sikat gigi ataupun sandal hotel karena yang tersedia di kamar hanya 1, kita bisa request tambahannya di reseptionis it means back to reseptionis and ask, tapi ribet banget gak sih? Harus kembali ke lantai 7 dan ambil sendiri sedangkan kamarku ada di lantai 11. Kenapa gak langsung aja disediakan di kamar. Haha.

Selain itu, karena room standart yang aku tempati ini memiliki akses connecting door, jadi ketika room sebelah bepenghuni, percakapan mereka cukup terdengar dan itu mengganggu. Untuk  wifi  pun, bener-bener bikin dada istigfar mulu. Haha lemot banget, gemes jadinya.

Tapi aku terhibur dan cukup wah dengan pemandangan kota Malang dari kamar lantai 11, cukup epiclah sebagai perlipur lara. Sayang kalau gak di foto. Hehe

Selain review kamar dan fasilitas kamar hotel, enggak lengkap rasanya kalau tidak review restorannya karena pesan room ini kan include breakfast. Restoran hotel berada di lantai 11. Tepatnya di tengah-tengah lorong dan dapat ditemukan saat keluar lift, jadi tidak sulit untukku menemukannya. Seperti hotel berbintang lainnya. Sarapan yang di sediakan berbagai macam dan para tamu bisa memilih dengan suka hati. Ya tentunya dengan menu yang telah di sediakan hotel. Jujurly untuk makan pagi yang di sajikan menurutku B aja. Hehe. Menunya standart, Aku tidak banyak mengambil lauk pauk, karena memang kurang pas dengan seleraku. (tapi di foto kelihatan banget lapernya yaa). Hehe 

Untuk makan siangnya karena posisi juga sudah Check out, aku mencoba referensi bakso Solo yang ada di malang dari teman kerja mas bojo “Bakso Solo Kidul Pasar” . Baksonya sih enak, tapi harganya bikin kantong menjerit. Kwkwkw. Dua porsi bakso dan 2 gelas minuman dingin which is itu es teh dan es jeruk hampir 60.000 mahal sekali menurutku untuk harga bakso 2 porsi . Lokasinya pun seperti warung pinggir jalan, tapi harganya. bener-bener bikin makan itu gak nyaman. Haha 

Balik lagi ke area restoran hotel, menurutku cukup kecil. Lagi-lagi di dominasi warna biru dan kuning untuk area buffe, sedangkan meja kursi menggunakan warna coklat dan putih. Terdapat pula TV layar datar di depan dan di belakang dinding resto. Karena resto ini mengunakan dinding kaca, jadi aku bisa melihat bangunan sekitarnya seperti; Masjid Raden Patah, Gedung Administrasi Universitas Brawijaya, Gedung layanan bersama, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan beberapa gedung bertingkat lainnya. Waah cukup tinggi kan tempat aku berdiri.




Lanjut, karena aku penasaran dengan kolam renang dan gym yang ada di lantai 1, aku coba cek deh sama mas bojo. Untuk kolam renang ini aku pikir masih dalam building, sayangnya aku keliru. Letak kolam renang berada di luar gedung dan harus melewati area Drop Off yang bisa di asumsikan area orang lalu lalang. belum lagi di lantai 1 juga merupakan convenience store. Gak seru dong ya, pake baju renang terus rea-reo di area umum sebelum nyempung ke kolam kayak gak ada privasinya. Ini yang bikin aku mengurungkan niat untuk berenang, meskipun ketika melihat kolam renang bawaannya pengen turun mulu. Sedangkan untuk gym, karena sudah terlanjur kecewa liat kolamya, aku mengurungkan diri melihat gym dan memutuskan check out lebih awal. Sayang ya jamnya? Ya karena mas bojo juga melanjutkan aktivitas kerjanya untuk melakukan kunjungan dan lanjut meeting. Biasanya sih aku stay di hotel dulu sampai jam check out sembari nunggu jemputan mas bojo, tapi karena mood lagi buruk, jadi ya better ngikutlah. 

Dari review yang aku cek, hotel plus apartemen ini cocok untuk kalangan pelajar ataupun mahasiwa, di samping berada di tengah kota Malang, untuk harganya dianggap "murah" diantara penginapan yang berada di sekitarnya. Emang begitu ya? Komen deh kalian kalau yang pernah stay di sini.  Sedangkan untuk bisnis atau untuk family stacation menurutku tempat ini B aja, itu untuk room standart yaa, mungkin jika pilih room superior atau di atasnya berbeda lagi. 

Balik lagi, semua yang aku tulis ini murni pengalamananku selama tinggal di sana.  Sampai ketemu di artikel selanjutnya pembaca budiman.

Selamat Memperingati 1057 Hari Pernikahan Mas!

   

Assalammualaikum pembaca budiman, bagamana kabar kalian? Kuharap akan selalu baik-baik saja, jangan lupa bahagia yaa. Masih sering dapat SMS dari Kominfo terkait covid? Kalau aku iya, justru sekarang dilengkapi dengan embel-embel #VaksinHarusLengkap. Jangan kendor untuk selalu menggunakan masker di mana pun dan kapan pun yaa. Jangan lupa juga lengkapi diri dengan booster, karena ke depannya itu yang akan menjadi syarat bepergian menggunakan kendaraan umum. Catet!

Hari ini tanggal 23 Agustus 2022. Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 1057 hari untuk aku dan mas bojo. Semoga semakin bertambahnya usia pernikahan, semakin dalam pula rasa pengertian, tanggung jawab dan cinta yang terpupuk. We don’t know what’s a head, tapi semoga bisa melewati setiap ujian sama-sama, dan dipertemukan di surgaNya.  Amiin. Kok kayak make a wish gini ceritanya. hehe

Baca JugaSi Penulis Yang Meniqah

Pernikahan di hari 1057, kenapa gak disebut pernikahan ke -3 tahun aja sih (mungkin ada yang penasaran tanya gitu). Jawabannya karena pengetikannya tersirat banyak makna, tidak hanya sekedar angka. 1057 Menunjukkan sudah ribuan hari telah kami lalui menjadi pasangan halal atas izin Allah. Sisa hidupku yang telah kupasrahkan padanya, kupatuhkan rinduku untuk selalu tunduk dan mengikuti sabdanya dan semua itu telah berjalan sekian ribu hari. Meskipun 1057 hari masih bukan apa-apa daripada pasangan di luar sana yang terpenting kami bisa menjadi pasangan yang saling mengerti sejauh ini.

 Kata orang, pernikahan tahun 3 adalah pernikahan yang masih seumur jagung, kecil ya? ya begitulah. Hehe. Semua hari yang terlewat begitu mengesankan dan terasa ringan karna di lalui berdua. Semoga selalu ada hari-hari selanjutnya, karna kami tau ini masih sangat awal, masih banyak rintangan yang perlu kami hadapi. Semoga selalu bergandengan tangan dalam melewati setiap ujian yang menghadang.

Walaupun dalam tahun ini kami belum dikarunia momongan, kami tetap bersyukur, Allah telah mencukupkan rezeki kami dengan cara yang lainnya. Beberapa keinginan kami yang sempat terlontar di awal pernikahan terwujud di tahun ini. Semuanya tentu karena Allah Maha Adil. Alhamdulillah. Cinta kami juga masih terus tumbuh subur karena selalu di pupuk setiap hari. Sejujurnya semua pernyataan ini menurutku telalu lebay, haha tapi  yang jelas aku sama mas bojo selalu menyakini, pasti suatu saat nanti Allah akan mengabulkan doa-doa yang kami di waktu yang tepat perihal momongan. Sementara ini kami nikmati waktu berdua dulu. Kemana-mana berdua, Positif thinking dengan aktivitas yang dikerjakan, travelling berdua. Intinya tidak membuat itu sebuah beban yang harus diratapi.

Fase penuh drama

Menjadi pasangan suami istri yang hampir 24 jam bertemu dengan orang yang sama tentu banyak sekali godaannya. Awal-awal menikah, jauh sekali dari kata adem ayem. Kebiasaan masing-masing kadang membuat otak mendidih dan bibir komat-kamit karena adanya perbedaan sudut pandang keseharian sebelum menikah. Ataupun perkara sepele seperti tugas yang sudah diberikan tak segera dikerjakan. Aku pikir, ketika aku memutuskan menikah dengan mas bojo, tidak akan ada perbedaan yang berarti tentang dia. Tapi nyatanya aku SALAH. Setelah menikah dan bersama dia 24 jam full dan berulang ke esokkan harinya, aku tau suamiku ini seperti apa orangnya. Bukan kayak power ranger ataupun manusia macam spiderman ataupun Iron Man yang punya kekuatan khusus. Bukan ya..

Mungkin karena masih di fase awal menikah, kami harus menyesuaikan diri satu sama lain. Hal-hal remeh yang menurutku tidak seusai ataupun sebaliknya menjadi sebab pertikaian kami. Padahal sebelum menikah, kami minim cekcok. Eh minim ya, bukan berarti tidak ada sama sekali. Konflik dalam hubungan tentu ada, itu pun tak lama karena dia lebih banyak mengalah dan meminta maaf.

Namun setelah menikah, dia lebih otoriter karena merasa menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas semua penghuni rumah. Sedangkan aku, wanita berjiwa mandiri dan keras kepala pula yang tidak suka terlalu di kekang. Dalam hati “kenapa dia begini” Drama rumah tangga pun mewarnai hari-hari kami. Sempat ada pikiran menyesal kenapa harus mengiyakan ajakannya menikah tapi itu dulu, namanya juga masih jiwa muda. Haha. So drama yaa, tapi kalau di pikir-pikir lagi, menikah dengannya juga suatu keberuntungan yang diamini banyak orang.

Beruntungnya, mas bojo tak pernah bentak aku, menurutku ya ini. Even he get angry already dia gak pernah berkata kasar kepadaku sekali pun bahkan sampai detik ini. Alhamdulillah. Tapi anehnya, ketika kami sedang pillow talk baru-baru ini, dia mengatakan pernah sekali dan itu ketika kami masih tinggal di kos-kosan, dia sempat menyesal melakukannya. Tapi menurutku tidak pernah, karena nada bicaranya tak pernah tinggi seperti orang marah ataupun teriak pada umumnya.

Lah dia marahnya gimana? Marahnya dia itu kelihatan kok dari caranya bicara sudah nyelekit tuh kalo lagi marah ngomong, cara dia menatap dan berperilaku. Wajar dong ya, manusia biasa masih ada emosi, masa iya dia gak pernah marah. Hehe.

Lalu bagaimana kami berdamai dengan keadaan? Aku dan mas bojo sebisa mungkin menyelesaikan setiap permasalahan selalu berdua. Seperti yang aku info tadi, aku tipikal wanita keras kepala. Aku lebih sanang mengutarakan yang aku rasakan, setelah lelah ngomel (namanya juga wanita ya, kalau gak ngomel kayak gak lega gitu). Aku memilih diam sejenak dan tidak mengajaknya bicara terlebih dahulu Gengsiku masih gueede banget. Hehe. Jadi dia yang mengalah dan mengajakku untuk membahas duduk perkaranya dengan kepala dingin. Kami kembali belajar karakter masing-masing, mungkin sampai saat ini juga masih belajar.

Setelah clear dan saling meminta maaf, kami kembali menjadi pasangan serasi. Aneh? Pasti. Aku tak tau kenapa bisa seperti itu, beberapa saat yang lalu marah-marah, tapi seketika berubah melunak saat dia melakukan hal konyol yang membuatku tertawa terpingkal. Begitulah cara kami memperbaiki dan mempertahankan rumah tangga.

Dia bukan orang romantis

Manusia tidak ada yang sempurna begitupun kami. Sejujurnya aku tidak mempersiapkan apa-apa di hari ini. Rutinitasku normal seperti ibu rumah tangga kebanyakan. Bangun pagi, memasak, membersihkan rumah, kerja secara online, istirahat, menyiapkan malam malam, kemudian nantinya ketika mas bojo pulang kerja yang aku lakukan ya chit chat dengannya. Iya seperti itu. Nothing special. Sejauh artikel ini terbit sih rencananya begitu. 

Aku berani bertaruh mas bojo tidak akan ingat tentang hari ini. Tanggal dan tahun berapa kami menikah saja dia sering keliru (emang gitu ya laki-laki? Atau cuma bojoku.). Dia hanya ingat tanggal kami lamaran, aneh ya? tapi tak apa setidaknya ada yang dia ingat tentang moment bahagia kami.

Setahun pertama tentunya kesal, kenapa tidak ada surprise dari dia. Makan diluar mungkin. Mengharap ya. Haha kebanyakan kena drama queen aku ini. Setidaknya ada tindakan yang mewakili hari pernikahan kami. Paling gampangnya nih, semisal seluruh pekerjaan rumah dia yang handle. Walaupun di hari biasanya ya dia tetap membantu mengurus pekerjaan rumah. Tapi khusus hari ini, aku minta yang lebih. Hehe. Sayangnya Mas bojo benar-benar lupa dengan hari kami mengikat janji suci di 1057 hari yang lalu. Aku harus memancingnya dulu, baru dia bilang “oh iya ya?” hanya itu.

Di tahun kedua, mengingat kejadian di tahun pertama di luar ekspetasi. Aku semakin paham karakter yang dimiliki suamiku: ternyata mas bojo memang begitu orangnya, pelupa dan bukan orang yang romantis. Bahkan keluarganya sering berpesan untuk mengingatkan mas bojo terkait-hal yang menurutku itu sangat simpel. Hhehe. So, tidak mungkin ada karangan bunga mawar, coklat, tart apalagi ucapan selamat. Lalu sekarang di perayaan hari 1057? Bisa di tebak meskipun hari ini bersejarah, akan terasa seperti hari-hari biasanya. Emang hari biasanya gimana? Penuh cinta, penuh garam, penuh gula, penuh madu, penuh doa dan penuh perjuangan. Aku sudah tidak ambil pusing, memang mas bojo orang seperti itu.

Baca Juga: Topik Yang Harus Selesai Sebelum Menikah


Aku tak lagi kesal meski tanpa perayaan seperti kebanyak pasangan lainnya. Pasalnya, mas bojo tetap menomersatukan aku dengan caranya. Menurutku begitu. Apa pun yang aku butuhkan sebisa mungkin dia penuhi even its takes time. Itu yang membuat aku mengakui walaupun dia bukan orang romantis, dia tetap berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakanku

Sampai saat ini konfilik kecil akan selalu ada, meskipun begitu kami menggangap itu sebagai pemanis dalam rumah tangga. Selama kami masih bisa saling menjaga, saling berusaha dan mengamini niatan kami menikah, insya allah perjalanan rumah tangga kami akan selalu indah. Yang terpenting, kami terus belajar dan belajar, karena menikah adalah ibadah seumur hidup yang tak pernah lekang oleh waktu. 

Sekali lagi, selamat ulang tahun pernikahan mas bojo… 

Topik Yang Harus Selesai Sebelum Menikah

Topik Yang Harus Selesai Sebelum Menikah

(sumber: pinterest.com)

Assalamu'alaikum pembaca budiman. Hari ini cuaca terasa panas ya? jangan sampe hati juga ikutan panas. Mari ngadem, berhenti di pos es kelapa muda pinggir jalan, nikmati dengan angin sepoi-sepoi, sambil ngrobrolin soal menikah yuk.

Menikah itu enak gak sih?, mungkin ada yang tanya? Enak but it hard like a roller coaster.  Haha Aku juga pernah membahas sekilas di beberapa tulisan sebelumnya. entah kalian  perhatikan  apa enggak. marriage is not easy like people think.

Aku menikah di usia yang dapat dikatakan gak muda-muda amat. 28 itu tua enggak sih? Masih muda ya? belum terlalu tua juga kan. Hehe. Keputusan menikah juga sudah  benar- benar matang dipikirkan. Sampai akhirnya i think that he is the one i needed

Sebelum ke arah menikah, aku harus melihat bibit, bobot, bebet calonku. Kok sampe segitunya, peritungan, banyak kriteria? Gak gitu ya Marni. Haha. Memiliki Kriteria untuk calon pasangan kita nantinya itu perlu.

Menikah is a serious thing, jadi harus cari yang benar-benar bisa membimbing, mengayomi, mendidik dan memberikan contoh yang baik. Menikah adalah ibadah seumur hidup, jadi bukan main-main. Wajib hukumnya kita punya Kriteria untuk calon pendamping  for the rest of our life . Pastinya dibarengi dengan kita  meng upgrade diri yaa. Gak asal pengen nikah, tapi diri gitu-gitu aja sedangkan kriteria terlalu tinggi untuk di terima nalar. Hehe

Baca jugaKapan Kamu Menikah?

Dulu, ketika duduk di bangku sekolah menengah atas,  aku memiliki impian menikah di usia tidak lebih dari 25 tahun. Kalau menurut perhitunganku. Lulus sekolah 2010 melanjutkan kuliah dan akan lulus di tahun 2014, kemudian kerja 2 tahun dan menikah. Itu targetku jika mengikuti alur yang aku ciptakan. Tapi takdir Allah berkata lain, aku harus  post pone keinginan kuliah selama 2 tahun setelah tidak menerima SNMPTN di tahun pertama dan karena kontrak kerja. Aku Kembali mendaftar kuliah di tahun 2012 dan lulus di tahun 2016.

Entah kenapa, setelah lulus kuliah aku mengurungkan niat untuk menikah. Padahal usia saat aku lulus itu 26 tahun. Selain belum menemukan jodoh, rencananya aku ingin fokus membangun karir dan dapat pergi kemanapun tanpa pamit yang rumit kecuali izin orang tua. Gitu! Emang kalau punya pacar harus pamit kemana-mana? Menurutku sih iya. Gitu gak sih kalian? Hehe

Lalu, di akhir Juni tahun 2018, aku berkenalan dengan seseorang bernama Dipasuta. Hasil dari perjodohan temen sekantor. Selama bertemu akhirnya kami membahas banyak hal, sampai di tahun 2019 kami memutuskan menikah. Cepat ya? kayak kejar tayang nih kayaknya. Hehe. Sejujurnya aku sangat-sangat  insecure and not comfortable untuk berkenalan dengan cara perjodohan. aku takut. Takutnya, dia akan kecewa denganku, terutama kelakuanku yang sangat barbar (tidak menunjukkan wanita anggun. Hehe, mungkin kalau dia kenal sejak dulu dia akan ilfeel). Aku cukup rendah diri untuk mengakui jika aku pantas untuk siapapun. Serious im not into it makanya aku jomblo cukup lama. Haha

Entah kenapa dengan seorang Dipasuta ini, segalanya seperti dimudahkan semesta. Semuanya serba mendukung termasuk keluarga kami berdua tanpa ada kendala sedikit pun. Nah, dalam jangka waktu satu tahun dari kenal sampai dengan menikah. Mas Dipa menunjukkan keseriusannya, bahkan semua perkenalan antar orang tua, lamaran, balas omongan, itu semua di awal oleh idenya. Aku sungguh-sungguh santai, tidak nggoyo dengan pikiran harus menikah dengan cepat. Bukan berarti aku tidak serius dengannya. Aku nyaman, bahkan apa yang aku harapkan menjadi pasangan ya ada di dia. As a couple he treats me well, like a queen, but  if we talk about marriage, i've to think twice. Kalaupun aku akan menikah, dia harus tau seluk beluk keluargaku bagaimana. Sedangkan aku masih maju mundur untuk menjelaskan latar belakangku seperti apa. 

Setelah menjelaskannya pun, aku sempat mempersilahkan dia untuk menemukan seseorang yang lebih dariku. Yang mungkin tidak mempersulit hidupnya kelak. Aku akan legowo melepaskan tanpa kecewa sedikit pun. Drama ya? but thats consequence. Aku tak mau lelah di kemudian hari ataupun ada perdebatan setelah kami berada di titik paling serius, kami tak ingin berselisih tentang hal yang harusnya bisa diselesaikan di awal. Dia tidak berniat mundur, justru memberikan afirmasi yang baik. i.m touched. 

Pembahasan pun berlanjut, meskipun seagama ada beberapa nilai yang harus kami clear kan di awal. Tentang bagaimana keyakinan begitupun denganku. Menyepakati tentang keyakinan masing-masing selesai, selanjutnya tentang  do and dont's terkait dengan rumah tangga kelak. Alasan saya melakukan diskusi itu, sejujurnya didukung dengan banyak stereotip yang lekat di masyarakat. Setelah menjadi ibu rumah tangga ruang lingkup akan terbatas hanya akan berkutat dengan dapur, anak dan ranjang. Sedangkan menurutku, menjadi istri tidak harus dibatasi aktivitasnya, istri tetap bisa memiliki  me time , karir dan segala pekerjaan rumah bisa di handle berdua. Takutnya dia tidak sepemahaman denganku terkait kehidupan pernikahan. Mungkin diskusi ini juga yang bisa kalian gunakan ketika kalian akan memutuskan untuk menikah.

Pekerjaan

i m not quit my job itu yang aku ungkapkan pertama kali saat mas bojo membahas bagaimana kehidupan pernikahan kami kelak. Aku tidak akan berhenti bekerja hanya karena aku menikah. Aku akan berhenti, jika ada masanya dia merasa mampu memenuhi kebutuhanku secara lahir dan batin. Dia sedikit terkejut, karena menurutnya apabila ingin berpenghasilan, seorang wanita itu tidak harus bekerja, dari rumah pun bisa bekerja dengan berwirausaha.

Aku menolak. Aku masih belum siap berwirausaha. Pasti butuh biaya dan persiapan matang untuk tidak merasa mental breakdown  saat dagangan tidak laku. posisinya saat itu aku nyaman dengan pekerjaan yang sedang aku geluti. Sekali lagi aku tidak mau harus mengorbankan pekerjaan ketika aku harus bergelar istri. Menurutku itu tidak adil. Mengapa pria setelah menikah bisa tetap bekerja dan menjadi kepala rumah tangga, sedangkan ketika wanita menjadi istri, dia harus tinggal di rumah mengurus segala keperluan anggota rumah. Seolah menjadi istri tidak memiliki peluang untuk sukses meniti karir. Menjadi istri tidak serta merta harus melepaskan keinginannya untuk tetap berdikari  and he accepted!, so  aku tetap melanjutkan bekerja.

keuangan

Uang suami uang istri, uang istri tetap menjadi istri.

Pasti sering kan mendengar ungkapan seperti itu? awalnya emang seru ketika belum menemukan pasangan. Bisa berucap ngawur dan mengiyakan pernyataan itu, tapi ketika mendekati masa-masa akan berumah tangga, maindset pun aku ubah, aku tidak bercita-cita mengakuisi ekonomi bojo. Aku hanya mengingatkan mengenai kewajibannya apa saja terkait masalah nafkah  which is dia pasti lebih paham.

Visi misi dalam mengatur keuangan harus mencapai mufakat sebelum kami menikah. i'm realistic  sedikit banyak kasus perceraian yang terjadi atau pemicu keretakan rumah tangga dimulai dari ekonomi yang tidak transparan. Kami mengetahui tentang penghasilan kami sebelum menikah untuk apa saja sejauh ini, apakah memiliki tanggungan atau hutang dan sebagainya. seberapa sering membeli barang-barang, dan melakukan aktivitas liburan. make it clear

Saya enggak pernah memaksa mas bojo harus memberikan nominal tertentu penghasilannya. Yang penting dilaksanakan dan sesuai dengan kebutuhan kami. Nah mas bojo mempercayakan untuk aku yang mengatur keuangan rumah. Oke setuju.

Pekerjaan Rumah

Seperti yang aku katakan di awal, aku takut jika menjadi istri lingkup seorang wanita akan terbatas, hanya berkelutan dengan dapur, anak dan ranjang. pernah berkunjung dan ikut mengamati keluarga mas bojo yang mendukung pertanyataan tersebut, jadi tambah panik. Aku takut mas bojo menganimi hal tersebut. Meskipun pada kenyataanya, keluarga mas bojo sangat tidak merasa keberatan dengan pembagian pekerjaan rumah di tangan istri dan urusan nafkah adalah suami. 

Menurutku pribadi, Jika semua tugas di menangani istri dengan pemahaman jika istri adalah sosok wanita yang notabene selalu menggunakan perasaan dalam segala hal, ya suami juga bisa menggunakan logika untuk memahami bagaimana pekerjaan itu diselesaikan. Jika suami mengatakan tidak bisa atau tidak sabar (tidak sabar), ya harusnya kesabaran itu menuntut. 

Jika istri yang harus mengurus semua pekerjaan rumah  like a slave, right?  i dont want it

Menikah bukan untuk menambah beban seorang wanita. Benar-benar Ya ! Sedangkan di masa kecilku. Ibu dan bapakku bekerja sama mengurus rumah. Mereka selalu bergantian meskipun sama-sama bekerja. Menurutku kehidupan rumah tangga seperti itu adalah impian.

Oleh sebab itu, aku mengutarakannya, walaupun aku menjadi istri pekerjaan rumah harus dibagi. Paling tidak, ketika kita sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tidak akan diperparah ketika tiba di rumah. Saling memahami dan bertanggung jawab pada rumah yang kami tempati.

Tempat tinggal

Setelah menikah aku tidak ingin  tinggal dengan mertua ataupun dengan orang tuaku. Menurutku itu demi kebaikan dan untuk menjaga hubungan silaturahami tetap baik. Kalaupun masih belum ada rumah, kami bisa kos ataupun ngontrak untuk sementara waktu. 

Alhamdulillah mas bojo setuju. Kami ingin mandiri mengatur rumah tangga yang akan dibangun nantinya. Jauh dari orang tua, tidak membuat kami khawatir karena sesekali kami akan bergantian berkunjung. Setidaknya sampai sini perspektif tentang tempat tinggal setelah menikah menemukan kejelasan.

Sex life

Terakhir, obrolan dengan mas bojo agak tabu, padahal kami belum menikah. Hehe. Karena ilmu kami hanya berdasarkan katanya dan artikel yang tersebar di mbah google, kami mulai menyamakan pendapat terkait sex life after married ini. Mula-mula ragu membahasnya. Menurut kalian sopan gak sih tanya “kamu masih perawan/ perjaka?” ke calon pasangan. Hehe. For me itu penting banget. Penekananya ini sekali lagi menurutku, nilai yang aku pegang teguh.

Aku sangat menjaga keperawanan sampai pada masanya aku menikah, beruntungnya itu juga yang mas bojo pegang. Sejujurnya kami sama-sama awam soal sex life but we try not to ignored kalau itu bahasan penting untuk rumah tangga kami nantinya.

Sekarang setelah kami menikah, semua diskusi diatas terlaksana dengan baik. Aku dan mas bojo menikmati moment tinggal berdua. Adapun perdebatan, hanya kami berdua yang tahu dan yang dapat menyelesaikannya tanpa campur tangan orang tua ataupun pihak lain. Kami menikmati waktu untuk tumbuh dan saling menyayangi satu sama lain.

baca juga: Q&A setelah Menikah

Semoga kita memiliki rumah tangga yang sesuai syariat Islam Sakinah, Mawaddah, Warahmah, entah apapun masalah yang akan datang dapat diselesaikan dengan baik, dan dijadikan sebagai pelajaran untuk kami terus berpikir ke depan. Nah,  menikahlah apabila kalian pembaca merasa mampu, jangan lupa list dulu apa yang harus dibahas berdua sebelum tangan si pria berjabat tangan dengan pak penghulu. Karena setelah kata "sah" dan tiba-tiba menjadi pandangan tentang pernikahan, itu akan memicu koflik yang tiada habisnya. Semoga tidak yaa..