Q&A Setelah Menikah


Holaa.. Assalammualaikum apa kabar pembaca budiman? Sehat selalu ya, jangan lupa physical distancing masih berlaku dan selalu pake masker kalau kemana-mana sama sering-sering cuci tangan ya. Anyway.. Akhirnya ada artikel baru yang aku publish. Gak tanggung-tanggung eh gak tau deng ini tanggung atau enggak. Kali ini tema yang diangkat tentang pernikahan. Lebih tepatnya apa aja yang udah dilalui jelang 1 tahun pernikahan. I know this is too early but I hope this relationship keep going until jannah (amiiin).

Beberapa temen yang menjelang nikah atau yang OTW ke jenjang pernikahan juga pada tanya Gimana rasanya menikah dan apa suka dukanya? Hampir setahun kok belum ada momongan, nunda? (Ini nih cikal bakal mom shamming) Dan masih banyak lagi. Baiqlaah  terlalu panjang ya Allah intronya Better, aku buat Q&A aja ya disini, dan tentu aku ambil topic yang paling sering ditanya dari temen-temen offline tentang pernikahan dan tentang suami. Eitss for disclaimer ini enggak ngegibah atau buka aib keluargaku ya still stay safe.  Tenang masih dalam ranah Gimana aku ngedepin orang baru dalam hidup aku hampir 24 jam yang karakternya beda banget sama diri ini. Finally answer semoga kalian baca sampai bawah ya. Dibaca menjelang tidur , atau ketika nganggur. Huhuh awas ke enakkan.

Q : Gimana rasanya menikah? – Paling sering dapat pertanyaan kek gini dari tetangga, temen, sodara atau netizen sekitar.

A : Gimana ya, Aku gak akan jawab B aja karena emang gak B aja. Lebih ke general ya jawabnya. Ada banyak yang dirasain setelah menikah. Tentu ada masa-masa sedihnya, kayak roller coster gitulah. Tapi sejauh ini kebanyakan rasa bahagianya, semoga selamanya ya. (AMINNNIN DONG). Bahagia udah jadi satu sama orang yang di pilihin Allah yang ternyata juga pilihanku. Gak ada paksaan, gak hasil ngerampok gak nikung punya orang. Heheh. Menikah itu menyenangkan bisa share apapun ke pasangan. Saling topang, saling pandang berpahala pula.

Q : Dipasuta kan pendiem, terus krik krik gak kalau di rumah ?

A : Bagi yang baru kenal mas Dipa dan Aku. Pasti langsung menyimpulkan karakter kita ini beda jauh. Kebanyakan terheran-heran atau langsung buat asumsi pasti aku yang ngedeketin dia. Padahal enggak. Mas Dipa waktu itu gencar banget ngedeketin, klo buat bahan obrolan ada aja. Bahkan yang sering banyak omong dia, even aku juga cerewet sih. Kalau di rumah, Dia kadang ngomong yang aku gak paham karena dia itu bahasanya kadang kek formal banget. Tapi emang sih aku yang banyakan ngomongnya, intinya dia gak krik-krik seperti yang kalian bayangkan.

Q : Siapa yang paling pecemburu diantara kalian ?

: Mas Dipa. Tapi dia selalu beralibi kalau cemburu tanda cinta. OKE ACCEPTED!. But its doesn’t meaning kalau aku gak pernah cemburu sama sekali ya. Ada yang perlu aku cemburui ada yang menurutku gak perlu. Karena dasarnya aku ini bukan tipikal orang pencemburu. Aku lebih percaya aja sama pasangan, sekiranya ada alasan soal kerjaan misal, ya aku oke-oke aja. Sedangkan  Dipasuta itu orangnya pencemburu. Dia kadang ngasih batasan seperti jangan keluar sama temen cowok meskipun itu ada ceweknya.  Alasan tepatnya sih dia berusaha ngejaga aku SUPAYA gak ada fitnah tentang aku diluaran sana. Dia itu sebenarnya ngizinin aku keluar sama temen-temen tapi kalau bisa jangan ada temen cowok kalau gak lagi sama dia/ dia ikut. Meskipun itu temen yang dia kenal KARENA menurut dia, memang iya kalau itu temenku dia kenal, tapi kan orang lain gak tau itu siapa, takutnya ada omongan “kok dian jalan sama cowok sih, suaminya kemana” nah hal itu yang coba mas Dipa hindari. Karena alasan dia cemburu itu make sense so far aku terima. Kadang sadar diri juga sih, karena udah merried jadi selain harus jaga nama baikku aku juga jaga nama baik suami. Jadi sebisa mungkin gak neko-neko.

Q : Pertengkaran hebat sejauh ini ada gak, klo ada itu biasanya tentang apa?

 A : Definisi pertengkaran hebat… emm, sehebat apa ya? Hehe. Kalau bertengkar itu pasti ada, namanya juga 2 kepala dalam 1 rumah. Beda latar belakang, beda pendidikan, beda asuhan jadi pola pikirnya juga beda. Sebenarnya kita itu sering banget tengkar (gak tiap hari juga kok), tapi mas Dipa selalu bilang kalau itu bukan pertengkaran tapi beda pendapat aja. Dari hal yang remeh temeh tapi nanti baikkan lagi. Jadi alhamdulillah sejauh ini pertengkaran hebat itu gak ada dan jangan sampek deh. Kalau pun ada sebisa mungkin difselesaikan dengan kepala dingin. Kita masing-masing punya cara buat calm down sendiri. kalau aku pribadi, setiap aku gak enak hati atau lagi marah, aku selalu minta dia buat ngebiarin aku sendiri, buat nenanging diri, karena kalau dirayu bla-bla aku bakalan tambah marah (hahaha, aneh ya di baikkin malah marah). Tapi emang I need time to healing my  felling. Paling cuma 2-3 jam lah, abis itu baik lagi dengan sendirinya. Lebih seringnya sih kalau lagi tengkar Mas Dipa yang minta maaf, meskipun kadang yang buat salah itu aku. Hehehe

Q : Sifat Dipasuta yang baru kamu tau pas nikah itu apa?

A : Sifat mas yang baru aku tau setelah nikah itu, hmm (pura-pura mikir keras) ..oh ya , dia itu tipikal orangnya kalau minta hari ini ya kalau bisa hari ini. Iya dia gitu. Tapi sebenernya gak ada sifat yang aku tau sejak nikah sih, karena dia kek gitu emang dari sebelum nikah. Hehehe. Gak ada pencitraan-pencintraan yang dia tunjukan sebelum nikah, karena ya dia kek gitu sejak dulu. Lagi, kalau dia gak mood wooo parah, ngebaikinnya itu butuh efford tapi kalau udah ya uda. I think he doesn’t like me at all. Itu yang kadang buat aku  “ih orang ini nyebelin tapi nggemesin”.

Q :Pernah ribet perkara uang gk? Terus gimana menyelesaikannya?

: Pernah, Hahaha ibaratnya harta gono gini yang didapat dari keringat berdua. Tapi itu gak lama kok. Namanya juga menyesuaikan 2 pendapatan buat pengeluran di rumah. Kek pengeluaran ini gajinya mas dipa yang dipakai, cicilan ini dibayar gajiku dan lainnya  karena tumpang tindah tugasnya jadi ada miss. tapi sekarang ini udah gak kok sama-sama ngasih pendapat masing-masing yang pada intinya okelah keknya masalah materi di rumah gak usah dibahas. Dia percaya kalau aku bisa ngatur keuangan rumah. Sebelum nikah pun kita sebenarnya udah discuss masalah materi. Mas Dipa yang nyuruh aku ngehandle itu termasuk gajinya juga. Dia cukup bawa sekedarnya untuk pegangan. Alhamdulillah sejauh ini cash flow aman terkendali karena ter-manage dengan baik.

Q : Gimana sih cara ngetasin bosan?         

: Aku belum merasakan bosan, dan jangan sampai ngerasain bosan. OKE SKIP! Karena menikah itu kalau bisa seumur hidup sekali. Jadi kalau ada tanda-tanda bosen segeralah cari cara untuk bisa ngebuat hubungan itu anget lagi. Entah liburan berdua atau kenapa gitu berdua. Entahlah ,(Kasih advice ya kalau kalian tau gimana caranya)

Q : Kamu nunda punya anak atau lagi pake KB ?

: Pertanyaan ini aku dijadikan penutup ya (fiuhh kek konten penting aja Hehe) takut terlalu panjang ini artikel. Enggak ya netizen budiman. Aku gak pernah nunda punya momongan. Kita kalau bisa pengen cepet, tapi karena belum dapat rezeki dari Allah, yaudah kita nikmati waktu berdua aja sembari nunggu. Bangun chemistry toh kita kenalnya kan juga belum lama,  dari kenal sampai nikah juga Cuma 1 tahun. Kadang sebel juga sih yang ngejudge kek gitu, Tapi yaudahlah. Dinikmati aja.

Di Rumah Aja

Genderang tagar #DirumahAja sudah berjalan kurang lebih 3 bulan lamanya di Indonesia. Sejak ada pandemik, tak kurang-kurang masyarakat yang amat perduli dengan kesehatan menyuarakan di sosial media untuk stay #dirumahaja jika tidak ada kepentingan mendesak. Kalau pun bepergian dianjurkan menggunakan protokoler yang telah ditentukan. Tetap menjaga jarak, memakai masker dan tidak berjabat tangan. Dalih berharap ingin pulih,  kita justru di suguhi hal mengerikan. Berita tentang kasus positif semakin meningkat tajam. Dalam satu hari tembus 1000 orang yang terpapar.

Di tambah lagi akhir-akhir ini berita semakin aneh-aneh saja. Katanya mall di buka dan berbondong-bondong orang datang menyambangi hanya untuk berbelanja baju lebaran. Katanya mudik tidak di perkenankan, tapi pulang kampung dipersilahkan. Katanya trasnportasi udara di izinkan beroperasi, Ratusan masyarakat kemudian mengantri bersesak-sesakan untuk dapat tiket penerbangan. Ahh.. sungguh aneh. Entah siapa yang bebal, mereka yang berkeliaran karena bosan dan butuh bantuan, ataukah pemerintah yang lamban menekan penyebaran. Meminta untuk stay di rumah, namun tak dipertegas dengan aturan yang jelas. Masih banyak ditemui orang lalu lalang, bahkan berkumpul tertawa riang di pinggir jalan. Penanganan yang tidak maksimal seperti ini membuat orang sudah berjuang mati-matian bergidik ngeri ketakutan saja. Virus tak hilang, tapi malah menyebar. 

Miris! sebagian sedang berjuang untuk pandemik berlalu dengan mengorbankan waktu, hobi bahkan pekerjaan. Sedangkan sebagian lagi begitu apatis dengan mementingkan ego masing-masing, masih keluyuran sana-sini dan berdalih mati itu emang sudah takdir. Jika ingin sengsara. Sendirianlah jangan susahkan yang lainnya. Bangunkan empatimu, bangunkan hati nuranimu. Lihatlah tim kesehatan yang kelabakan merawat pasien di garda terdepan sana. Bahkan diri mereka pun bisa terancam, akibat ke egoisan kalian. Tolong, tolong di rumah aja! Buat kalian yang masih keluyuran. Sadar, tolong sadar bencana ini belum memiliki penanganan yang signifikan. Bantu juga mereka untuk segera pulang. Mereka juga punya keluarga seperti kalian. 

Kesal memang!. Berupaya agar pademik berakhir, nyatanya tak diimbangi dengan langkah-langkah riil. Aku bagian dari masyarakat yang hampir sebulan berdiam #dirumahaja, kecuali jika ada hal atau keperluan mendesak baru keluar rumah tapi tetap jaga jarak. Pekerjaanku juga di rumahkan, lebih tepatnya aku bekerja dari rumah. Mengikuti anjuran pemerintah tentu adalah hal baik. Aku hanya ingin bumi cepat sembuh dengan berusaha semampuku. Bumi kembalilah normal seperti sedia kala,  seperti tidak ada apa-apa.

Aku tahu ini sangat sulit. Dampaknya pun pada ekonomi yang merosot tajam. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, pun butuh bantuan sandang pangan. Tapi virus kasat mata ini sangat menakutkan. Kematian tidak bisa ditorerir jika kita lengah. Tolong pertimbangkan sebelum melakukan sesuatu. Nasib buruk juga bisa menghantui sekitaranmu. Dan buat kalian yang memang masih #dirumahaja. Terima kasih kalian kuat menahan rindu untuk tidak kongkow jamaah dan tak bepergian kemana-mana dulu. Tetap stay #dirumahaja, untuk kesehatan diri sendiri beserta keluarga ya..

Cerpen Tentang Arashi - Diam!

Assalammualaikum.. Udah gak bisa ngomong apa-apa lagi tentang terlambatnya cerpen ini. HEHE hampir satu tahun tak ada update terbaru. Entah masih ada yang baca atau sudah "OKE LUPAKAN" tapi yang jelas aku gak akan tenang sampai ini usai!. Selamat membaca ya pembaca budiman. Btw bacanya tetap dirumah kan ? Jangan kemana-mana ya, pandemik masih belum usai. 

Aku datang di tengah kerumunan, menyaksikan Aras yang udah berapi - api sedangkan Gito terlihat santai bahkan memandang remeh tatapan Aras. Gito mah gitu , slengek an gak pernah ada hal serius di hidupnya, itu sih yang Aku tangkep sejauh kenal kunyuk itu. Ya Allah ampuni mulutku yang gak bisa enggak mencerca mahkluk astral itu yang emang gak ada baik-baiknya.

Dia dikasih hidup hanya untuk bercanda kali ya, Heran aku. Penampilannya pun mulai berantakan gak kek jaman SMA gitu , enggak kerawat. Rambutnya mulai gondrong ala-ala anak komunikasi. Sorry for not feel sorry  emang gitu dianya. Minus. tuh kan bacot ini kumat lagi. Astagfirullah Jauhkan aku dari manusia ini ya Allah.

"Aras.." panggilku yang kemudian mendapati sorotan matanya tak lupa dengan sekeliling manusia yang ada disana

"kalian ngapain sih.." sengutku pada kedua lelaki  yang sama sekali gak tau Adab ini.

"Dia yang bikin gara-gara duluan" tunjuk Gito ke Aras "Coba nih baby nya dikasih wejangan , jangan jadi cowok yang gampang naik pitam. Ati-ati lo, Bi dia ganas. " saran terakhir dari Gito yang sukses buat aku natap tajam plus jijik dengan dirinya. Manusia abal-abal ini ternyata mulutnya enteng banget kalo ngomong kek kaleng kosong.

"bacot lo diem aja, gue gak tanya elo, Manekin hidup!. Ayok Pergi, Ras"

 ajakku menggandeng tangannya pergi dan menjauh dari tatapan anak-anak lainnya. Sempat dianya mengelak. Aku melirik matanya tak kalah tajam dengan belati dan akhirnya Aras melunak.

Didalam mobil Aras berkali-kali mendengus kesal, aku hanya memperhatikannya sampai dia tenang. Gak tau kenapa sekarang Aras lebih cepet emosian . Padahal dulunya dia kalem loh kek anak kucing. Lucu, nah ini malah kek mau tawuran gini, Astagfirullah.

 Setelah amarahnya mereda barulah aku tanya kenapa dirinya membuat ramai disana.

"banyak-banyak istigfar, Ras, kamu ngapain bercengkramah dengan Gito, ada yang salah ?" tanyaku penasaran. Bukannya dapat jawaban ehh si Ganteng malah peluk. Nah kan aku kegirangan . ehh tunggu bukannya dia tadi marah ya. lah kok ini ..

"kenapa sih sayang.." tanyaku sambil nahan tawa , habis manggil sayang ke Aras ini kek ada bulu-bulu panjang di ketiak yang tersapu angin. Geli.

"tadi pagi kamu semeja sma dia kan?"

Pertanyaannya ini seperti gak butuh jawaban deh, cowok ini tau dari mana juga. Dia punya mata-mata dikantin ? oh ya? atau dia punya six sense atau di tubuhku ini ada gps .. Hello Bintang ngomong yang masuk akal aja , gak usah buang-buang waktu.

"he'em, tapi kondisinya gak sengaja ya, disana ada Dira soalnya. Tapi setelah tau ada manusia ubur-ubur itu, aku langsung cabut ke kelas"

Aras terdiam, hingga perjalanan pulang dia hanya menjawab sekenanya saja. singkat, padat, jelas gak ada keterangan ataupun tambahan kalimat lain. Sebel!. Sepanjang jalan keknya Aras lagi sakit gigi, gak ada ngomong sama sekali. Dari tadi aku cerita cuma di jawab "heem, gk, iya" dipikir ini ngomong sama siapa coba.

Mobil berhenti di pelataran rumahku.

"yaudah aku pulang, makasih, Bye!" kalimat terakhirku kemudian keluar dari mobilnya

"kalau gitu gak usah deket-deket Dira" ucapnya saat aku memutar dan menuju halaman rumah

Ini anak kesambet atau gimana sih, kok tiba-tiba childist gini 

" Ras, plis ya.. tau kan aku dari awal deket sama Dira?, ini kenapa kok tiba-tiba gini. Kamu itu aneh, sebenarnya ada apa kamu sama Gito kok gak sampai sebenci itu ,apa ini aku yang GR atau gimana.. kamu takut aku diambil Gito ? kupikir bukan itu alasannya, sekarng jelasin ada apa ?””

Lama nunggu Aras gak segera ngasih jawaban. Dipikir beneran patung kali ya aku ini.

 Udah ahh.. pulang sana, Bete!'"

Aras kemudian tancap gas dan menghilang dari pagar depan rumah. Tanpa salam, biasa kalau doski marahnya kumat. Padahal itu gak baik loh, aku aduin ke bunda, lihat aja ntar. Mobilnya melaju dengan dan menyapu daun-daun kering yang ada di pinggiran trotoar.  Aku hanya geleng-geleng kepala ngelihat kelakuannya

"kayak anak kecil ih" desahku

***

"Helo Dir." sapaku pada Dira yang akan memasuki ruang kelas dan disambut dengan senyum hangat. Kami memilih tempat duduk tengah yang tak jauh dari Layar depan kelas. Masih sepi, biasa lah anak komunikasi, masuknya menunggu jam kelas mulai. gak bisa datang lebih awal. kek aku sama Dira gini.

"Bi aku denger kemarin cowokmu ribut lagi ya sama Gito?, emang dia segitu bencinya ya sama Gito?"

Aku hanya tersenyum "ya begitulah cowokku" .

Andai aja dia tau kalau Aras benci banget sama Gito. Mungkin Dira juga jaga jarak sama aku ,karna Gito sahabatnya dia. Tapi gimana ceritanya. Mending diem aja bagus. Gak buat perkara lebih. dan Dira masih tetap jadi sahabat baikku.

"apa sih alasannya, Bi ? dia cemburu ? mungkin karena Gito terlalu humble kali ya atau kalah ganteng sama Gito , heheh?" bela Dira dengan membuka lembar demi lembar halaman bukunya .

"enak aja, Aras itu lebih ganteng tau!"

Dira tertawa keras. " Oke Ampun, Bi " . Macam-macam komper Aras sama Gito , Arasku as usually nomer 1 dan gak ada yang bisa kalahin.

"Lagian ya, Bi, bukan maksud  gue buat julid ya. Aras klo ngelihat Gito kayak mau nerkam aja, horor tau!"

Dira rupanya masih penasaran dengan pertikaian Aras dan Gito.

Aku sendiri binggung, kalau di pikir-pikir Aras dan Gito gak  pernah ada masalah personal. Kecuali Gito yang dulu coba dekatin aku pas Aras gencar banget di pepet Tia. Itu pun karena Aras gak nembak-nembak jdinya Gito berusaha dekat. Tapi kan akhirnya aku jadian sama Aras, apa sesedehana itu masalahnya sampai Aras seperti itu. Apa bener semuanya bermula dari rasa cemburu. Kok ya sampai segitunya buktinya kemarin doski gak ngasih jawaban sama sekali. Aras terlalu misterius sekarang.

***

Mendekati semester akhir, kebanyakan sekarang  ujian pada take home. Banyak banget tugas yang harus di kerjakan. jangankan untuk ujian, paper  untuk matkul biasa aja sudah bejibun dan harus di send dalam waktu 24 jam. Gila!! dosen komunikasi Gila. Ditengah kespanengan megerjakan tugas kuliah. Ditambah dengan kasus vorus Covid-19.Kuliah Libur tapi tugas tetap jalan. Tuhan bisakah aku tenang sejenak.  Tiba-tiba Bunda muncul dari balik pintu .

"Bintang, ada tamu" info bunda. Aku hanya mengangkat kepala sambil dengan posisi duduk di ranjang dengan setumpuk buku di ranjang.

"biasa.,segera turun gih"

"kalau Aras aku gak mau, Bun. bilang aja lagi sibuk persiapan ujian besok"

"bunda diajarin bohong ih.. "

Bunda mah usil, giliran anaknya pengen belajar yang rajin bilangnya gitu. "tolong dong, Bun sampein, aku lagi deadline tugas nih. ya ya ya.." pintaku ke bunda tanpa beralih posisi

"hmmm , sekali aja , okay"

bunda kembali turun kebawah, dan aku bergegas ngelihat dari jendela kamar lantai dua, tempat ternyaman untuk melamun. Si ganteng udah pergi rupanya setelah di kasih tahu bunda kalau aku gak bisa di temui.

"Selalu aja seperti ini ya, Ras" gumamku

Aku jadi memikirkan perkataan Dira waktu itu. Entah benar atau tidak, kalau menilik kearah sana, kurasa juga masuk akal.

"Bi.. aku sempat tanya ke Gito tentang permasalahannya dengan cowokmu. Jawabannya cukup buat aku kaget sih, katanya cowokmu pernah ada fair dengan ceweknya. Kupikir itu bualananya Gito, secara kamu kalau cerita soal cowokmu selalu menggebu-gebu. Dan juga kalau dilihat cowokmu anak baik-baik kan ya?"

Pertanyaan Dira sudah pasti aku berikan jawaban iya. Aras adalah anak baik-baik yang aku kenal. Gak mungkin dia hianatin aku. Aku percaya dengan ucapannya, tapi semakin aku percaya semakin aku mulai ragu adakah hal yang dia sembunyikan darikuu.

Saling Memeluk Dan Tunduk



Aku lupa, kadang aku juga harus mendengar, mengalah, bahkan memahami apa yang kamu mau. Setelah panjangnya batin bergelut dengan ragu. Menyisir waktu untuk selalu tumbuhkan rindu. Meminta Tuhan untuk bersatu. Akhirnya semesta memberikan jawabannya;  Kita menjadi sepasang yang seatap. 

Kita tak gentar dan terus maju menyongsong hari-hari nanti. Mempersiapkan apa-apa yang perlu disegerakan.  Berjuang untuk saling mempertahankan. Pun saling menguatkan pada apa yang membuat kita sempat berpikir macam-macam. Kita adalah sepasang yang manis atas izin Tuhan.

Sayangnya, ada beberapa hal yang membuat aku merasa paling ingin di dengar. Merancau dengan kalimat tajam dan menyebabkan luka pada hati yang sedemikian berjuang. Dan itu adalah hatimu. Aku diperdaya amarah hingga gegabah berkata menyerah. Aku mulai membuat batasan yang tak patut untuk diperdebatkan. Kita saling adu benar dan mempertanyaan siapa yang bertanggung jawab atas semua ini. Kata-kata makian ku lontarkan. Aku sungguh marah dengan keadaan kita.

 Hingga malam itu, air matamu luluh.

Seketika langit egoku runtuh. Aku tersadar akulah yang salah. Akulah  yang setengah-setengah memahami dirimu. Aku yang masih belum mengerti apa yang hatimu butuh. Atau mungkin justru aku yang belum berusaha. Aku yang menyulitkanmu untuk mengerti aku. Menyalahkanmu atas perlakukanku yang semena-mena. Aku yang salah tapi kamu yang terkena dampaknya.

 Maaf, aku belum gigih berjuang untuk kita. Tangisku pecah. Aku perlahan meraihmu, mendekapmu.

Maaf, telah keras kepala. Aku lupa kalau saat ini aku adalah tanggung jawabmu. Segala tindak tandukku berpengaruh pada peranmu.

Untungnya kamu membalas pelukanku dengan dekapan tak kalah hangat. Kita berdamai dengan kekurangan masing-masing. Saling memeluk dan tunduk pada keputusan besar. Kita tak akan berhenti di titik ini. Seatap memang bukan hal mudah, tapi aku pastikan aku tak akan lagi mengatakan ingin menyerah. Selama kamu disampingku aku tak khawatir.

 

Kisah hari ini

Aku senang duduk ditepi danau ini. Menikmati setiap angin yang mengoyak ujung jilbabku. Desiran anginnya mampu menenangkan rumitnya pikiran meskipun sekelebat. Hiruk pikuk dunia kadang berbisik di telinga, apalagi diiringi drama yang kadang buat diriku kesal juga. Setidaknya, dengan duduk di sini, mampu menggeser sejenak penat yang melekat.

Aku menarik nafas panjang, sekali lagi duduk di sini membuatku mampu merasakan sunyi yang aku kagumi. Seharusnya aku bersyukur aku bisa hidup sejauh ini dan menikmati mentari yang masih terbit dari timur. Tidak membuat segalanya menjadi lebih kacau termasuk dengan perkara hati. Perkara yang seharusnya sederhana namun prosesnya menyita teori semesta.

Aku pernah dihadapkan pada situasi yang aku sendiri merasa tak mampu mengatasinya dengan segera. Saat itu aku sedang giat-giatnya menuju tujuanku. Lalu, beberapa kerikil muncul dan melukai kakiku. Sempat aku memaksa berjalan meskipun berdarah-darah, meringis kesakitan sebab luka semakin melebar. Hingga akhirnya aku memilih berhenti. Sungguh aku tak mampu berjalan lagi. Aku butuh berhenti sejenak. Memikirkan diriku sendiri tidak bertindak menyedihkan.

Lalu, aku duduk di sini menangkan diri, memeluk luka batinku sendiri. Sembari menyiapkan mental dan mempertebal niatan.  Mungkin karena setiap orang punya cara untuk menenangkan pikiran, jadi aku memilih cara demikian - Berdiam meleburkan lamunan dan mengumpulkan keberanian.  Aku sadar hal seperti ini juga dialami banyak orang. Saat mereka sudah menentukan tujuan, mereka akan dihadang dengan banyak ujian, sepertiku.

Pikiranku kembali jernih. Renunganku usai. Danau ini pun yang menjadi saksi. Semua kenangan, semua kesusahan, pun dengan bahagia yang akan kudapatkan nanti melayang-layang dalam pikiran. Iya, aku hanya butuh waktu untuk bisa kembali ke niatku. Aku butuh ruang untuk tenang. Rasanya, tak semua yang terjadi di dunia ini butuh jawaban pasti. Namun, yang jelas segalanya harus dilalui dengan hati-hati. Jika pun nanti aku terpeleset dan terjatuh lagi,  aku diminta merebahkan diri  (lagi). Kemudian bangkit dan segera berjalan menyelesaikan apa yang sempat tertinggal.