Tenanglah Kita Semua Pernah Terluka

(souce: pinterest.com)

Kamu pasti pernah dikecewakan dengan orang yang tak pernah kamu sangka. Kamu pasti pernah dibuat menangis dengan orang yang kamu kira baik hatinya. Kamu pasti pernah mengunci diri di kamar dan tak membiarkan orang lain mengerti sedihmu. Bukan karena kamu malu, tapi karena kamu butuh waktu sendiri untuk terima kesakitan itu. Membenci diri sendiri karena tak berdaya berbuat semestinya meski rindu juga menggebu di kepala.

Kadang hidup memang harus dicumbu gelisah bahkan sampai menderita. Melalui kesulitan untuk terima kenyataan kemudian mengikhlaskan. Tak ada yang mudah mengatakan rela jika yang kita lepaskan adalah sesuatu yang berharga. Namun, tak ada cara yang lebih mudah selain menerima. Sebab, dengan begitu kita akan sadar segala yang ada di sisi sifatnya sementara. Tenanglah, kita semua pernah mengalami yang namanya terluka. Berada di kondisi yang tak pernah kita harapkan ada. 

Beberapa waktu yang lalu aku seperti itu. Apa yang kumiliki tiba-tiba melayang, pergi menjauh seperti terbawa angin topan. Duniaku terbalik dalam hitungan detik. Aku mencoba menguatkan diri, kembali mengumpulkan pemikiran dan usaha terbaikku jika tak ada yang benar-benar tinggal, setiap datang akan diiringi dengan pulang. Tapi tetap saja, aku meluruh dengan kehilangan. Aku menangis sejadi-jadinya karena usaha relaku gagal tak tersisa. Kehilangan begitu menyesakkan hingga aku sulit untuk bernafas. Saat itu aku merasa aku sudah berada di titik terbawah dalam hidup. Tak ada yang berjalan sesuai kehendakku. Kupikir hidupku sungguh-sungguh memilukan dan aku tak kuat untuk berdiri tegap. Bahkan untuk menyemangati diri sendirian aku tak mampu.

Meski begitu, logika kembali walau butuh waktu yang tak sebentar. Sadar jika apa yang aku genggam sampai kepayahan kini harus kulepaskan. Itu saran yang kubisikan lirih ketika mataku bertemu dengan diriku sendiri didepan cermin. Aku yakin akan ada pelangi setelah rintik hujan berhenti. Langit mendung akan indah dengan hiasan beberapa garis warna-warni yang membuat mata kita terpesona. Aku memang butuh seseorang, namun sebelum itu yang perlu kulakukan adalah melewati ini sendirian dengan hati yang tak memikul beban. Aku tak boleh berhenti untuk menuju hal baru yang telah menungguku di ujung sana. Aku harus terus hidup untuk memperjuangkan apa yang kumiliki saat ini, tak boleh menyerah hanya karena pernah kalah dan tumpah airmata.

Hari Ini Di Tahun Lalu


Foto kita ketika menatap masa depan

epat tanggal 9 Desember 2018, hari ini di tahun lalu. Perasaan campur aduk berkecamuk dalam hati. Bahagia, canggung, tak percaya semuanya beradu menjadi satu. Yang kupikir , hal itu cuma mimpi. Kalau tidak menikah, ya yang menghampiri adalah mati. begitukan hidup?. ditakdirkan bersama atau sendirian sampai menutup mata. Tapi Allah Maha Baik, Dia memberiku kesempatan untuk bisa bahagia dengan menikmati masa di khitbah seseorang.

Hari ini di tahun lalu, satu langkah kita lebih dekat. Menyegerakan ingin membuang getir. Sejak pagi aku sudah gelisah sendiri, menyiapkan ini itu bahkan mempoles diri untuk tampil cantik di antara yang datang dan yang ku undang. Merapikan jilbab bahkan kebaya yang sengaja kubeli untuk hari teristimewa. Waktu yang telah disepakati pun berlalu seperkian menit, gelisah dan gemirisik kanan kiri pun menyeruak. Beruntungnya segera terdengar informasi jika rombongan yang melamar datang. Aku kembali mempersiapkan diri. "ah aku akan menikah sebentar lagi". Begitu yang selalu saja ku ucapkan di depan cermin. Dipinang oleh seseorang yang tak pernah aku rencanakan dalam satu tahun belakang. Tak pernah sebelumnya  terucap dalam sujud dan akan menjadi pendamping seumur hidup. Mulanya hanya sebagai kolega, lalu berteman hingga akhirnya dia datang melamar. Tentu segala sesuatunya berproses. Namun, cukup unik karena tak ada kendala. Ridho kedua orang tua pun sudah kami terima. Serasa semua langkah dipermudah.

Di hari itu, 9 Desember 2018, dia- Dipasuta namanya, Pria yang menurutku tak gagah tapi memiliki niat baik untuk hidup bersama dan menua dengan aku yang penuh kurang dan minim sabar. Dia yang dalam benaknya menyiapkan mental untuk mengijab di depan penghulu dan waliku. Pernah waktu itu aku berandai, andai bukan dia yang datang mungkin saat ini seseorang lainnya yang mencoba menyakinkan. Tapi kuperjelas lagi, aku sangat keras kepala. Butuh berapa dekade untuk bisa mengambil hatiku yang pernah terbelah dan berdarah-darah karena jatuh cinta. Akan butuh waktu lama untuk aku bisa bersanding dengannya. Seseorang yang akan mengakuisisi dan mengendalikan hidupku nanti.

Untung saja, dia - Dipasuta yang datang. Pantang menyerah sebelum mendapatkan. Pantang lelah meskipun batinnya lagi-lagi kubuat kepayahan. Pun setelah hari ini ditahun lalu, aku sempat menggoyahkan niatnya untuk bersama. Siapa tahu dia akan berkata "ya sudah aku menyerah dan mari kita berpisah" nyatanya, tak pernah sekalipun dia terpikir kearah sana. Yang ada, dia justru mengecangkan ikatan dan berkali-kali berkata sayang.

Jika di ingat-ingat, sebelum aku berkata "iya" untuk niatnya meminang. Ada banyak keraguan yang bergentayangan. Bisa jadi dia semena-mena. Bisa jadi dia kan menjadi otoriter dan hidup yang aku jalani saat ini. Bisa jadi dia akan melenggangkan ikatan dan habis kesabaran, saat aku tak patuh dan kemudian aku dijatuhkan dalam kubangan penderitaan. Ya.. bisa jadi, itu yang dibenakku.

Lalu aku berbisik pada Tuhan. Meminta diberi jalan dan ditunjukkan arah yang benar. Klise bukan? tentu.  Aku hanya tak ingin membuang masa-masa berhargaku. Itu cara terampuh untukku hilangkan ragu. Sebelum hari itu aku sangat takut, kalau-kalau keputusan yang aku ambil keliru. Aku pun takut untuk meminta pendapat pada teman karena sejatinya semua cerita tentangnya bermula dari mulutku saja. Mereka tak kenal, bertegur sapa pun jarang.  Sampai akhirnya aku putuskan untuk menerimanya. Dia  menyakinkanku tak akan berubah meskipun sudah lama bersama bahkan berpuluh tahun lamanya. Tetap sayang dan perhatian sebagaimana saat ini dia bertingkah. Gigih berjuang padahal aku dulu kerap tak sepaham bahkan sempat lontarkan cercaan saat dia menjelaskan kesalahpahaman. Kupikir dia sangat sabar, bisa meredam emosi dan tenangkan aku saat aku butuh sandaran.

Hingga tiba hari ini di tahun lalu 2018. Minggu pagi di bulan Desember. Dia bersama keluarga besar datang menawarakan diri menjadi besan.  Membawa beberapa bingkisan yang sejatinya untukku yang di utamakan. Aku sembunyikan senyum malu saat keluarganya datang menggoda. Hatiku berdebar "oh Tuhan, aku dilamar". Aku menatapnya dari kejauhan. Dia berwibada dengan kemeja yang kami beli berdua dengan motif senada.  Langkahnya mantap maju kedepan. Aku berbisik padanya  apakah yakin untuk memulai semuanya bersamaku nanti ?. Dia tersenyum dan berkata  " Bismillah aku yakin".

How To Face Fake Friends


Welcome to My space pembaca budiman.  Challenge is back. Sama orang yang sama tentunya, tapi yang ini agak beda karena lebih dari 2 orang . Ada si Nona yang demen banget ngerubah kata dan Si lucu Denny.

 Topik hari ini adalah How To face your fake friends. . Ada berapa banyak temen sih aku ini, sampek-sampek ada sebutan fake segala. HAHAHA. Udah dikit fake pula. Ya TUHAN!!!

Anggaplah ini tips ala-ala ku "cara mengadapi fake friends yaa". Okey lets do it!. Tahu kalau ada temen yang nusuk dari belakang dengan omongan tajamnya, rasanya pengen kremes itu mulut, iya gak sih. TAPI di inget- inget lagi kalau dia itu friend even fake. So cara aku menghadapi orang seperti itu adalah dengan...

 PERTAMA - Be positive aja dulu. Kali aja ada sebab tindak tandukku yang gak enak di dia, lalu dia mulai membicarakan hal tersebut ke orang lain. Jadinya aku baper, meskipun yaak sebenarnya itu bisa diomongin langsung ke aku tanpa lewat perantara. Jadi kita bisa tahu detail duduk permasalahannya kenapa doski bisa ngomong seperti itu.

 SELANJUTNYA, Don't' Revenge, cukup ketawain. Better kita gak bales perlakuan buruk apapun dari dia, karena kalau kita berlaku sama, gak ada bedanya  dong kita sama dia yha kan pembaca budiman?. Tapi bukan berarti tetap di lingkungan yang sama dengan dia. I don't think so. Enough lets walking out without sound  dengan begitu dia akan sadar ADA YANG SALAHKAH DENGAN DIRINYA. Tapi kalau dia tetap cuek , oh yaudah toh gak ada yang rugikan. KECUALI dia punya utang dan  gak mau bayar wajib kita kejar, toh juga ngeringanin hidupnya di akherat sana.

next, Never share anything  Semenjak tahu temen yang kita sayang  ternyata fake, berhenti buat share hal-hal pribadi ke dia. Cukup untuk say helo ataupun jadi lawan bicaranya untuk permasalahan dia KALAUPUN diajak bicara ya. Inget radius sekian meter dia adalah toxic. 

 TERAKHIRRRR - Be HAPPY!!Life must goes on, tanpa ataupun dengan dia, aku tetap harus hidup bahagia. Setelah kroscek sana-sini dan ternyata emang dasarnya dia yang gak suka dengan kita, pembelaan apapun yang aku lakukan gak akan merubah apa yang dipikirannya tentang aku. So I decide to make my self Happy. Menunjukkan sisi lain diri kita yang menyenangkan kepada siapapun termasuk pada dirinya. 

So... that my tips to face my fake friends.  Menurutku cukup gak usah banyak-banyak. Berkawanlah dengan kawanan yang sehat. Kalau udah tau dia gak baik, atau cuma bawa aura negatif push away.. udah yaa aku tunggu next project dengan kalean yaak guys 

Pada Dia Yang Sedang Berdamai Dengan Keputusasaan

(Source: Id.pinterest.com)

Hai pembaca budiman!. Cieleeh, sekarang punya greeting yang ajeg. hehe. Sesuai infoku di latest update ya, kali ini masih  menyoroti soal perempuan. Anyway..  entah kenapa sensitivitasku terkait perempuan kini semakin meningkat atau karena aku menjadi bagian dari orang-orang yang tergolong selective empathy ya . FYI. Selective empathy itu menaruh perhatian pada suatu hal yang menurut kita perlu untuk di perhatikan.  Ini bukan hal buruk yang harus dihindari juga sih, karna bagaimanapun memiliki empati itu baik. Salah satunya bisa memberikan dukungan fisik dan mental.

Ini pertama kalinya aku angkat cerita yang menurutku sangat sensitive di blog,  yang  seharusnya konten blog ini menghibur ataupun sekedaar share what i want to post.  Tapi karena rasa empati terhadap para wanita yang merasa jika dirinya sudah tak berdaya. Hilang bahagia sebab "after she gave to him all" , aku ingin speak up  bukan untuk menilai tapi memberikan tanggapanku pada mereka. Tujuan aku angkat ini supaya mereka tau, kalau hidup mereka masih berharga meski tanpa dia yang mengambil harta berhargamu. Jadi jangan patah semangat untuk bebenah.

Kali ini issue yang ingin aku angkat adalah " after i gave you my all" . Selalu ada cerita setelah kalimat itu telontarkan.  Aku baru peka dan baru sadar jika aku dikelilingi dengan para pecinta yang tulus namun disakiti kemudian.  Rasa sakit, stress outdesperate , gak punya semangat hidup untuk melakukan apapun bahkan tidak jarang ada yang berpikiran suicide. Karena sebelum melakukanya selalu dijanjikan hal-hal manis. Namun setelah memberikan, tiba-tiba dilepaskan begitu saja ataupun mulai mendapat perlakukan kasar baik verbal ataupun fisik.

Akhirnya, mereka merasakan diri mereka seperti sesuatu yang tidak layak lagi, karena telah memberikan sesuatu yang paling berharga namun setelah itu di sia-siakan. Merasa diri mereka kotor bahkan jijik pada diri mereka sendiri. Dan Kini mereka mengalami krisis self esteem.  So  aku concern di bagian ini. Mencoba untuk memberikan tanggapan, saran , ataupun semangat pada mereka yang berada di posisi tersebut. Untuk bangkit dari  masa-masa yang buruk. Membuang jauh-jauh pikiran yang membuat diri semakin terpuruk. Mengajak mereka mengembalikan bahagia dari sudut pandang yang berbeda. IYA harus bahagia.

Beberapa waktu lalu,  seorang  sahabat bercerita tentang pengalamannya”””terkait " after i gave you my all" . Diakhir kalimat dia memberikan pertanyaan " bagaimana jika kamu di posisiku, memberikan seluruh hidupmu padanya. kemudian kamu diputuskan dengan alasan yang tidak masuk akal?" Aku diam senjenak. Berusaha memberikan jawaban yang tidak menyudutkan apalagi mengatakan hal tersebut tidak baik, karena tanpa aku mengatakan pasti dia juga paham apa yang dilakukan itu tidak benar.  Tapi ternyata aku tak bisa menjawab sesuai kehendaknya. Aku hanya mengatakan setiap orang di uji dengan persoalan masing-masing. Mungkin ujianku tak sama dengannya, tapi sama-sama pernah membuat hidup di titik terbawah tak punya semangat hidup dan merasa sendirian dengan masalah yang begitu berat. 

Sayangnya, dia tetap keukeuh dan mengatakan kalau masalahnya lebih pelik, kami berbeda. YA tentu!, tapi cara mengatasinya yang harusnya sama. Dengan tidak melakukan hal gila sampai lupa kalau masa depan selalu ada untuk dia. Aku miris mendengar dia merendahkan dirinya sendiri. Menganggap dirinya sudah tak punya nilai lagi untuk seseorang yang akan layak nanti. Itu yang menjadi pointnya.  Aku tak ingin dia semakin murka dengan apa yang dia alami. Aku terus mencoba membuat dia memotivasi diri sendiri untuk lebih hidup dan "waras" dengan keputusan yang akan diambil.

Dear sahabat, kamu adalah pribadi yang tangguh. kalaulah kamu di tinggalkan ataupun di campakkan. Aku perkenankan untukmu berduka ataupun berkabung tentang dia. Tapi jangan lama-lama.  Kamu harus menata ulang hidupmu. Kalaupun kamu mengklaim dirimu rusak, maka jangan semakin kau rusak. Perbaikilah.  Jangan menyerah. Apa yang kita pegang teguh kadang memang tak berpengaruh saat kita mulai jatuh hati pada laki-laki.  Yang sebelumnya kita amini dia baik hati tapi ternyata lidahnya bak belati tajam dan menyakitkan. Tapi kita harus tetap sadar, kamu ini pribadi yang juga harus diperhatikan oleh dirimu sendiri. Kita ini berdiri dikehidupan yang keras sesekali lumpuh logika itu wajar. Tak semua memang lelaki seperti itu, ada baiknya belajar dari pengalaman dan mulai membentengi diri sendiri dengan nurasi dan akal yang tidak bertentangan. Berjalan seirama untuk menuju kebaikan. Sudah ya, sudahi membuat mentalmu semakin sakit. insecure terlalu berlebihan itu tak baik. Ayok bangkit! ada orang-orang yang sayang denganmu tanpa perduli apa yang pernah kau lakukan di masa lalu.

Cerita teman ku ini, hampir sama dengan sebagian kisah di akun instagram @perempuanberkisah. sebuah akun yang digunakan sebagai wadah sharing  kisah inspiratif, telling the truth dan/atau pun empowering  para kaum perempuan yang marjinal. Terlepas dari kisah buruk yang tertuang di dalamnya, aku salut pada mereka yang berani speak up dan mencoba untuk "sembuh" dengan membagi kisah mereka. meminta saran bagaimana caranya untuk sembuh dari luka bahkan tak ingin mengingatnya (jike mereka bisa dan ada caranya). mungkin dengan berbagi seperti itu mereka lebih lega. Berharap tak ada orang-orang selanjutnya dengan kisah serupa. 

Untuk para wanita yang sedang kasmaran hatinya, atau juga yang sedang mencoba tegar dan bangkit dari kisah menyakitkan. kamu boleh mencintai  siapapun (lagi) selama yang kau cintai ini dalam keadaan bukan milik orang lain. Kamu boleh memberikan perhatian ataupun kasih sayang pada orang itu selama itu wajar dan tidak memberatkan siapapun termasuk dirimu. Kalaulah semua itu sudah terlanjur , maka berhentilah. jangan lagi mengulang atau bertahan pada hubungan yang sudah tak bisa lagi dia jaga. Berlaku tak sopan saat ini saja sudah menjadi hal biasa, bagaimana dengan nantinya. Ada banyak kemungkinan yang tak bisa diterjemahkan-kata-kata. tanggalkan rasamu jika sudah berbau racun untuk mengusik hal berharga yakni bahagia.

 

Bangkit Dari Rasa Sakit Itu Perlu


Hai pembaca budiman! , mungkin beberapa waktu kedepan aku lebih concern untuk menulis tentang isu-isu perempuan dan pelecehan. Bukan karena bosan membahas romansa, toh itu emang tema yang menurutku bisa ngetik sambil tiduran #sorry sombongnya come up. HEHE gak kok, ntar juga balik lagi ke romance. TAPI  untuk saat ini aku lagi pengen sekali angkat tema perempuan. Alasan aku fokus adalah karena rasa perduliku terhadap cerita yang mereka alami. Aku perempuan DAN aku peka, aku tidak terima jika perempuan di perlakukan kasar, apalagi dilecehkan. Perempuan sama derajatnya dengan laki-laki, hak yang dimiliki pun sama, kenapa tak memanusiakan manusia? Terlepas dari itu, aku salut dengan dia atau mereka yang berani lantang bicara dan mengatakan jika mereka mengalami suatu hal yang menyakitkan tapi mampu bangkit. Itu pointnya. Mungkin tanpa aku berkomentar mereka juga berusaha bangkit tapi akan lebih enak jika ada support dari orang lain yang mendukung dia supaya tidak merasa sendirian.

Setiap orang tentu punya masalah dengan porsi masing-masing. Tapi kembali lagi, bagaimana kita menyelesaikan tanpa melukai diri lebih dalam. Untuk Topic kali ini aku mulai dari cuitan seseorang di twitter. Aku tak sengaja membaca DM yang kemudian di blow up oleh sebuah akun. Aku begitu fokus membaca lalu mulai tertarik dengan kisah yang dialami pun ingin turut menanggapi. Ini adalah masalah serius bagi dia yang entah namanya siapa dan tinggal dimana. Hal itu dimulai dengan keluarga yang menuntut untuk dia segera bergelar sarjana dalam tempo cepat, lalu menikah gak lebih dari umur 23 , kemudian diharuskan untuk lanjut S2 Luar negri dengan beasiswa. Ditambah pasangan bak toxic yang siap menggrogoti semangat hidup perempuan ini. Entah kenapa kehidupannya begitu di tuntut untuk mengikuti kehendak orangtuanya. Oke. Menurut boleh saja, tapi tentu sebagai manusia yang merdeka kita ingin hidup sesuai kehendak kita. So. Lets talk.  Aku gak pengen ngejudge kamu yang macem atau pun macem-macem , jalan hidup setiap orang itu sekali lagi berbeda. Tapi gak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan dan saling ngedukung kalau kita lagi di posisi terbawah.

Jadi begini, di manapun kamu- sender.  Semoga kamu sudah dalam keadaan baik, sudah bangkit, lepas dari toxic yang membelenggung dan dikelilingi oleh orang -orang yang tulus mencintaimu. Aku sebagai pembaca kisahnmu turut prihatin dengan apa yang menimpa. Tapi lebih dari itu, aku ingin mengucapkan terima kasih. Kamu telah tegar sejauh ini, berani speak up meski pada anonim. Kamu hebat!. Ada banyak perempuan di luar sana yang juga mengalami hal sama. Tapi tidak banyak yang mampu menguak dan bercerita seperti kamu. Ada banyak yang tanpa berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan lainnya tapi kamu tidak. Kamu masih memiliki nurani untuk bisa memperbaiki diri meskipun itu dengan proses terseok. Aku salut!

Sebagai anak kita harus patuh. Tapi kita juga harus berdikari. Untuk beberapa hal kita harus memiliki prinsip hidup yang harus kita pegang. Jika memang tidak tidak sejalan dengan kehendak orang tua, ajak bicara baik-baik orang tua. Sampaikan apa yang menjadi keluhanmu. Kalaupun pendapat kita tidak didengar, ajak orang ke-3 sebagai penengah yang dekat denganmu pun dengan orang tuamu. Kita hanya harus memberikan pendapat jika hal yang akan kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengenai kuliahmu, jika jurusan itu yang menurutmu passion. Jalani dengan senang hati. Bukti kan jika itu mampu membawa dirimu pada kesuksesan. Jika saat ini masih belum berhasil untuk mendapatkan apa yang di inginkan, mungkin di percobaan berikutnya kamu bisa bahkan gemilang dengan sesuatu itu. Positive thingking needed ya!

Aku setuju jika ada ucapan kalau pacaran tak baik lama-lama. Toh setelah menikah memang kita masih terus belajar untuk memahami pasangan bahkan mulai dari nol. Tapi menargetkan diri untuk menikah karena usia tertentu kurang pas. Jodoh itu datang di saat yang tepat menurut Tuhan, bukan menurut usia sudah mencapai berapa. Tuhan akan berikan jka menurut-Nya engkau telah pantas. Terkait hubunganmu dengan pasangan sekarang, aku sangat tidak menganjurkan untukmu meneruskannya. Kamu hanya akan terluka dan akan terus berpura-pura jika kamu tak kenapa-kenapa. Hal itu justru membuat kamu semakin merasa kosong dan tidak bahagia. Jangan under estimated diri kamu sendiri dengan segala hal yang terjadi dimasa lalu. Healing first dengan PUTUS dari dia –- pacar yang abusive.  Di awal dia baik sama kamu karena ada maunya, tapi ketika apa yang di mau sudah tercapai, luka batinmu akan semakin dalam. Semena-mena tingkahnya tidak akan bisa kau bayangkan lagi. Jika dia menyayangimu, dia tak akan melukaimu sedalam ini.

Mulailah dengan mencintai dirimu sendiri lebih banyak dari sekarang. Berdamai dengan apapun itu yang tidak membuatmu bahagia. Berkawanlah dengan orang-orang di lingkungan yang tepat yang mendukungmu. Mulai terbuka dan berbaurlah, kamu tidak akan dilihat dari masa lalumu untuk bergaul dengan siapa saja. Tinggalkan hal yang tak baik. Lakukan hal yang positif. Segarkan badanmu. Datanglah ke psikiater untuk healing mentalmu. Aku percaya setelah itu kamu akan lebih yakin untuk menatap kehidupan dari sisi yang berbeda. Kamu berhak bahagia walau tanpa dia. Tidak ada yang lebih menyayangi dirimu kecuali kamu sendiri. Ada orang tua yang juga menunggumu dengan tangan terbuka jika kau mulai mendekatkan diri pada mereka lagi.

Untuk perempuan di luar sana yang mengalami hal serupa. Sesekali menangis bahkan tersedu tak masalah. Anggaplah menangis adalah cara tercepat untuk membuang beban hati yang begitu berat. Tapi setelah itu kamu harus bangkit. Terpuruk lama-lama tak baik. Yang kemarin adalah pengalaman. Kedepannya apa yang kamu lakukan pastikan yang terbaik untuk hidupmu. Jika masalah datang kamu harus bertahan dan memecahkan dengan memikiran yang matang. Salam sayang dan pelukku dari blog ini.