Tampilkan postingan dengan label blogger. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label blogger. Tampilkan semua postingan

Hello 2023, Tahun Baru, Harapan Baru

 

tahun 2023


Assalammualaikum pembaca budiman, happy new year. Selamat menyambut tahun baru dengan suka cita. Semoga selalu di limpahi kesabaran dan ketegaran untuk setiap prolematikan yang akan terjadi di tahun ini. Tahun baru, target baru, impian baru, kekuatan baru betul begitu ya..

Kenapa tidak mengharapkan kebahagiaan tiada putus? 

Jadi gini, versiku kebahagiaan itu bukan hanya diharapkan, tapi kalau bisa diciptakan. Bisa dari hal kecil hingga yang kadang diluar ekspetasi kita sendiri. Karena kadang hidup tak selalu sama seperti yang kita inginkan bukan? So, I wish always dilimpahi kesabaran dan ketegaran dan bisa menciptakan kebahagian di tengah-tengah kedua harapanku tadi. Duh bisa aja ngelesnya.. Hehe.

Aku penasaran apakah tahun ini berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Seperti 1 Januari 2022 yang terlewat begitu saja, atau 31 Desember 2022 kemarin, yang di rayakan dengan keluarga inti, sembari menikmati ubi madu panggang buatan sendiri yang jadi rebutan penghuni rumah sini. Aku harap akan ada hal sangat aku tunggu-tunggu menyapa di tahun ini. Menjalani 2022 dengan segala rasa yang menyertai cukup menguras emosi ternyata. Belum lagi adanya penghakiman yang terlontar dari orang lain yang tak tau apa-apa tapi giat menebar duri hingga tertancap di dada. Ingin marah tapi rasanya percuma, justru aku akan mirip dia hanya banyak bicara dan judge kesana kemari tanpa tau musababnya. jangan ah.. Semoga aku berbeda.

Bagaimana dengan hari-hari di 2022?

Menjadi baik-baik saja sepanjang tahun 2022 sulit ya ternyata? Ada rasa kecewa, ada pula putus asa. Kelelahan, dongeng, drama tahun lalu silih berganti. Tak selalu sih, karena ada moment bahagia yang juga datang dengan sendirinya ataupun direncanakan bagaimana alurnya. Kembali lagi, hidup memang tak selalu seperti yang kita inginkan, ada pembelajaran setiap tarikan nafasnya. Alhasil mantra andalan menyemangati diri sendiri sering terucap berkali-kali. Yaa.. begitulah menjalani 2022 semuanya epic " ternyata aku kuat juga yaa" begitu bisikku pada diri sendiri.

baca juga: ibu rumah tangga juga sibuk berkarir

Kini 2023 sudah terlaksananya, setidaknya 5/365 hari sudah berjalan dengan damai tanpa menyebabkan perkara apa-apa. Alhamdulillah. Meskipun masih bergelut dengan pandemi yang entah kapan akan berakhir secara resmi, semoga tidak ada kehilangan lagi seperti kebanyakan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Kehilangan itu menyakitkan, apalagi kehilangan orang yang kita sayang dan sering menoreh kenangan. Jangan ya..Awal tahun hingga akhir tahun nanti, semoga kebahagiaan selalu berlimpah meskipun kesedihan sesekali menyapa.

Wacana di tahun baru dan sepanjang tahun 2023

Tahun baru, sejarah baru, achieved baru. Ada banyak wacana dan rencana yang telah aku susun dalam benak, yang setidaknya ingin aku wujudkan di tahun 2023 ini. Salah satunya rencana untuk naik cetak buku dengan judul dan konten yang aku garap sendiri. Ternyata keinginan bertahun-tahun lalu belum padam juga meskipun udah di tolak penerbit berkali-kali. Revisi pun juga tak terhitung jumlahnya. Ingin menyerah dan terima takdir kalau tak bisa jadi penulis andalan tapi kok aku gak terima. Aku masih berpikir jika aku mampu untuk menjadi salah satu jejeran penulis yang kompeten dan naskahnya naik cetak serta karyanya  bisa di pajang di deretan buku best seller. Amiin. 

Memutuskan untuk berkutat dengan tulisan dan penerbit mayor, aku juga harus siap menerima penolakan (lagi). Awal mula mengirim naskah tanpa babibu, aku  langsung ke penerbit mayor. Dan saat itu aku harus menunggu 3-6 bulan untuk mendapatkan jawabannya. Sayangnya naskahku di tolak. Sedih? Tentu, tapi hal itu tak membuatku terpuruk karena ada beberapa penerbit mayor lainnya yang mungkin akan menerima naskahku. Untuk ke kedua hingga ke empat kalinya aku mengalami penolakkan lagi dan lagi. Hal itu membuat nyaliku ciut dan memutuskan untuk rehat sejenak. Namun rehat itu ternyata membuatku lalai. Hehe 

Berkutan dengan kegagalan berkali-kali

Kenapa memilih mayor, kenapa gak coba minor? Sejujurnya aku pernah mencoba mengirimkan naskah di penerbit minor, mungkin sekedar melombakan hasil karya secara iseng, alhamdulillah 3 dari karyaku naik cetak. Lalu aku challenge diriku sendiri untuk masuk ke dapur penerbit mayor. Sayangnya aku menemukan jalan buntu.

Kini, aku kembali menyiapkan mental melanjutkan mimpiku. Menyiapkan banyak hal termasuk penolakkan  nantinya dan kembali merevisi apa yang perlu aku revisi. Sebegitunya ya. Hehe. Yang jelas, aku masih ingin berusaha untuk bisa di barisan depan, yang karyanya jadi legenda di dunia percetakkan.

Review - Wizz Mie, Restoran Kekinian Yang Lagi Viral Di Surabaya

wizz mie  viral

Assalammualaikum pembaca budiman. Selamat menjalani sisa-sisa hari terakhir di bulan dan tahun 2022 ini. Semoga wish list di tahun ini perlahan-lahan sudah muncul di permukaan dan list to do untuk rencana kedepan sudah tersusun rapi dan tinggal eksekusi. Aminin bareng-bareng yok!

Akhirnya ada artikel yang aku upload di bulan yang indah ini. Sempet khawatir sebetulnya, apa aku ada bahan untuk artikel selanjutnya. Haha tapi akhirnya, aku menemukan pencerahan so, here we go…

Salah satu hal yang ingin aku jajal dan masuk wish list adalah nongkrong di salah satu café ataupun restoran kekinian. Dengan harga makanan relatif murah, makanannya enak, konsepnya bagus dan dapat dijangkau sewaktu-waktu. Paket lengkap gak tuh? Hehe.

Grand Opening Selalu Rame Ya?

Btw, serius tanya ada gak sih dari kalian yang antusias menyaksikan ataupun datang langsung di Grand Opening (GO) sejenis kedai ataupun restoran,. Dan di sana, kalian gak langsung dilayani, tapi harus rela antri berjam-jam karena ada paket diskon ataupun suasana baru yang digagas. Padahal sejatinya itu menu  yang dijual sama antara kedai a dan b, masih tetap aja memutuskan datang ke café yang sedang GO itu. Dengan alasan ya itu tadi karena ada suasana baru dan lebih fresh, ada kan ya orang di line seperti itu?. Kebanyakkan saat ini memang cafe dan lebih menjual konsep daripada makanan itu sendiri and well accepted meskipun gak semuanya. 

Baca juga : Nongkrong Asyik, di Tropical Coffee Surabaya

Aku sebut itu sebagai the power of Grand Opening, tentunya banyak promo saat GO itu berlangsung. Pastinya disediakan paket bundling yang lebih menggairahkan ketimbang brand-brand lama dengan menu serupa. Mulai dari packaging, themes ,sounding dari influencer yang menggunakan kalimat hiperbola, dan yang terakhir marketing gratis dari mulut ke mulut  teman ataupun kerabat hingga membuat restoran itu pun rame di kunjungi. Keingin tahuan itu, akhinya sefrekruensi dengan apa yang akan aku bahas kali ini

Jadi gini, sekitar bulan Juli lalu, ketika akan pulang menuju Mojokerto dari Surabaya dan melewati area Praban. Aku menemukan sebuah tempat yang saat itu rame dengan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Begitu pun dengan orang yang lalu Lalang keluar masuk dari tempat tersebut. By the way tempat tersebut juga eye cathing dengan konsep full color plus mencolok karena memang penempatan cahaya itu attractive menurutku, jadi mau tak mau, ada rasa penasaran untuk tahu ataupun sekedar melirik.

Sayangnya, karena terbatas waktu jadi aku urungkan singgah ataupun mengamati apa sih yang sebenarnya ditawarkan di dalam. Hehe, tapi setelah sekian purnama ditambah banyaknya berseliweran di FYP sosmed ternyata menggerakkan hatiku untuk segera berkunjung ketempat yang bikin petcah suasana ini.  Rasa penasaran itu terbayar. Aku dan Mas Bojo menyempatkan diri untuk mampir ketempat yang sedang viral tersebut- Wizz Mie namanya, lokasi persisnya di jalan raya Jemursari no. 319.

Setibanya di depan Whizz Mie, langkah pertama yang bikin syulit adalah mencari tempat parkir untuk mobil. Haha, meskipun disediakan tempat parkir lebih tepatnya motor, untuk mobil masih sangat minim, harus jeli untuk liat space mana yang sekiranya kosong karena posisi tempat makan ini pinggiran jalan raya. Alhasil karena sekitar resto penuh, aku harus nebeng parkir di ruko yang tak jauh dari resto itu berdiri.

Konsep yang Diusung Berbeda dengan Resto Mie lainnya

Tampak dari luar sebenarnya restoran ini sudah kelihatan jika tempatnya homey banget, interior yang digunakan vintage modern dengan maskot yang identik dengan gaya retro 70 atau 80-an. Begitu melangkahkan kaki memasuki teras resto dan karena harus order mie dulu di cashier depan, aku udah bisa liat kalau tempatnya luas. Tersedia tempat duduk outdoor dan semi outdoor. adapula yang tempat duduk permanen yang ditengah area outdoor. Gak perlu panik jika tidak kebagian tempat duduk karena memang tempat ini cukup luas dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat nongkrong dewasa muda. Untuk proses pembuatan makanannya, bisa di bilang Wizz Mie ini pembuatannya serba semi transparan, hampir sama dengan konsep cafe mie sejenis sih, tapi anehnya entah kenapa dapur dari Wizz Mee ini kelihatan luas banget, mungkin karena penataaanya yaa dan lagi kita bisa melihat pergerakan para pegawainya ketika sedang membuat pesanan setiap customer dari sudut manapun.  

Lanjut, oh ya aku belum info Wizz Mie ini menu utamanya adalah Mie pedas. Sebenarnya konsep mie pedas ini sudah tersedia dari beberapa tahun lalu dan adab banyak tempat F&B yang menjual mie serupa dengan penamaan kurang lebih mengarah ke nyeleneh, kalian pasti tau kan kalau nama mie dengan konsep per”setan-an” sudah menjamur di Indonesia.

Variasi Menu Wizz Mie 


Sedangkan Wizz Mie meskipun core menu nya adalah mie pedas, tetapi dia memilih menggunakan nama-nama menu yang menurutku lain daripada yang lain, misalnya  Mie Goyang – Mie pedas goreng kecap, Mie Disko – Mie pedas goreng gurih dan Mie Manja – Mie Goreng dengan bumbu original untuk tingkat kepedasan kalian bisa pilih dari level 1, hingga 5, khusus untuk Mie Goyang dan Mie Disko level kepedasan berbeda ya,  kalian juga bisa menambahkan telur mata sapi sesuai yang tertera di papan menu 

Wizz Mie juga memiliki menu yang gak kalah enak dari menu utama, ada Rice Bowl, Genk Sushi, Genk Dimsum, Ice Bar dan Genk Frape, Jackpotnya lagi mereka juga menyediakan menu Gelato yang dijual secara terpisah dari kasir utama dengan harga yang lumayan murah. Kebetulan karena aku suka jenis mie yang gurih-gurih manis gitu, jadi aku pesan Mie Goyang level 2 (dengan 10 cabe) sedangkan Mas Bojo Mie Disko level 1 (dengan 10 cabe) untuk beveragenya aku memesan Ice Red Velvet dan Ice Mocca, untuk additional, aku memesan Udang Rambutan dan Sushi sayangnya untuk sushi tak terfoto. Hehe 

Jujurly, untuk rasa mie ini sesuai selera, pas banget, mie-nya kenyal. Pedas gurihnya nendang, kok kayak hiperbola yak. Haha, but that’s true, seriusan se-enak itu aku menjabarkan setiap gigitan dan catet ini no endorse ya, sejauh aku ke sana setiap menu yang aku pesan aku beli sendiri. Haha. Yuk monggo Wizz Mie ngasih endorse sini. Hehe. Seriusan aku ketagihan untuk mencoba, per-mie-an selain Mie Gacoan yang udah banyak di review oleh temen-temen blogger.

Hal yang bikin aku kagum setelah mie masuk ke mulut adalah dari segi pelayanannya ketangkasan para pegawai. Untuk waktu tunggu dari order sampai mie siap di santap itu emang gak cepet, tapi juga gak lama just so-so lah ya, tapi uniknya senangkepnya mataku, setiap pelayanan yang membawakan pesanan customer, mereka berjalan dengan speed yang menurutku gak normal sangking cepatnya. Hehe. Padahal apa yang mereka bawa itu gak sedikit tapi mereka bisa balance untuk mengantarkan ke setiap meja tanpa melakukan kesalahan. Salut deh, restoran begini yang aku demen. 

Fasilitas yang di sediakan di Wizz Mie juga lengkap. Toliet dan Musholah cukup memadai. Kalau kamu ke sana secara grupies jangan khawatir gak ada tempat, selalu ada kok, dengan bantuan pegawai atau kamu bisa melakukan reservasi dulu sebelum ke sana. Begitu ya.. sekali lagi aku info kalau tempatnya ini lumayan luas gak usah panik di usir. Haha. Kelihatan kalau pengalaman yak pernah di usir, tapi tenang bukan di Wizz Mie kok. Hehe. Di Surabaya Wizz ternyata sudah memiliki 3 cabang, 1 di Jemursari yang aku singgahi ini, 2 di Lidah Wetan dan terakhir di Rungkut yang juga baru saja di resmikan tanggal pembukaannya.

Over all, aku dan Mas Bojo puas dengan apa yang disajikan Wizz Mie. Sepaket orang yang gemar safari kulineran murah tapi juga bisa dilakukan berulang. Hehe. Baik dari segi harga, rasa, varian, fasilitas bahkan pelayanan semuanya patut diacungi jempol 4. Semoga ke depannya selalu seperti ini deh dan ada cabang-cabang lain beberapa kota. Kalian penasaran gak sih, kalau lewat area-area di mana Wizz Mie ini berdiri tak pernah sepi pengunjung, cus deh mampir dan rasakan, aku jamin bakalan ketagihan.

Hidupmu Ya Hidupmu, Hidup Mereka Bukan Standartmu

hidupmu ya hidupmu hidup mereka bukan standartmu

Assalammualaikum pembaca budiman!. Sedang apa hari ini? Pasti sudah melakukan hal yang baik kan?. Sudah bulan -ber aja sekarang. Mendekati akhir tahun nih achievement pasti hampir semuanya gol kan ya? atau ada yang masih struggle?, gak apa-apa, setiap orang punya timing masing-masing, semangat yaa!. Yuk cerita-cerita di sini. 

Deep breath dulu, atur nafas lalu mulai membaca pelan-pelan artikel ini dan diresapi. Disclaimer ya, tidak ada unsur yang gimana-gimana terkait postingan ini. Sepeti biasa hanya ingin menyampaikan satu kebaikan versiku dan dengan caraku. Apalagi kalau bukan dengan menulis. Setidaknya bagi yang suka membaca tulisan ini ada niat baik yang ingin disampaikan dengan caranya. 

Ada satu kalimat yang sampai saat ini aku jadikan sebagai pegangan untuk terus bersyukur dan berbenah. Widih badas.. berat-berat. Hehe. simplenya begini “hidupmu ya hidupmu, hidup mereka bukan hidupmu!. Jangan pernah mau diatur orang lain, mengstandartkan diri atas patokan dari orang lain karena itu sangat berat. Serius.

I think as a human we have ever compare our self to other. Ya kan ? pasti pernah? Pasti dong  Sebagai makhluk sosial kesempatan berinteraksi dengan orang lain membuat kita sengaja ataupun tidak sengaja membanding-bandingkan hidup kita dengan mereka. Entah itu dari segi fisik, keuangan, karir ataupun hal kecil yang menurut oran tersebut gak penting tapi bagimu itu sangat bahkan perlu untuk di tiru, kok jatuhnya seperti FOMO  ya?. Iyap sedikit banyak mengarahnya ke sana. 

Baca juga: Memiliki Previlage dalam hidup 

Adalah hal wajar jika kita pernah membandingan hidup kita dengan orang lain. Kok wajar? Iya dong, bukan untuk menganggap bahwa hidup kita paling menderita atau serba minus sehingga gak patut diapresiasi. BIG NO!. Bukan itu ya tetapi dijadikan motivasi untuk mengkoreksi diri agar lebih baik lagi. Di bandingkan untuk dijadikan panutan. Tidak harus sama persis, setidaknya menjadi versi diri kita yang lebih baik lagi untuk kebaikan sendiri. Sampai sini paham kan ya pembaca budiman? Hehe. Guide line nya membandingkan untuk dijadikan motivasi bukan obsesi.

Membandingan diri hanya akan menambah beban mental

Beda cerita dengan orang yang selalu mengkomparasikan diri ke arah yang negatif. Harus seperti itu? Titik!. Pokoknya kalau gak seperti itu gak bahagia, gak afdol rasanya karena hidup orang tersebut adalah impian banyak orang. Siapa bilang? yakin impian banyak orang?, bagaimana kalau sebagian orang justru tidak ingin seperti itu. Mereka mengganggap bahwa hidupnya yang saat ini di jalani adalah sebuah proses, they just try enjoy their life no matter what

Lagi, bagaimana jika ternyata yang kamu upayakan ingin memiliki kehidupan seperti orang yang kamu anggap "sempurna" tidak sesuai dengan harapanmu. Iya kalau hidupmu seperti mereka, lah kalau enggak?. Menjadikan kehidupan orang lain menjadi tolak ukur hidup kita itu tidak masuk akal. Pertanyaan kedua, yakin bahagia?. Nah loh jadinya memicu stress kan, lagi-lagi kesehatan mental diabaikan. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain malah membuat kita terlihat menunjukkan ketidak bersyukuran dengan apa yang di miliki. menjadi golongan orang yang tidak puas dengan pencapaian diri sendiri. Yang jelas membandingkan diri terlalu berlebihan akan menambah beban mental. 

Sejak membahas issue mental di beberapa postingan terakhir, aku akui semuanya based on pengalaman pribadi ataupun dari hasil diskusi dengan orang yang sedang berada di fase "rasanya hidupku biasa-biasa saja". 

Sangat tidak enak merasakan berada di posisi di mana kita meragukan diri sendiri karena aku pernah di posisi demikian. Rasanya ingin bangkit tapi sulit, ingin memulai perubahan tapi tak tahu cara memulainya. Benar-benar berada di posisi stuck!. Aku seperti berperang dengan pikiranku sendiri, tapi percayalah selama sebagian dari dalam diri kita memberikan dukungan untuk berubah dan tidak merasa rendah diri, kita harus pertahankan itu meskipun memerlukan waktu. Nah di sini aku ingin share versiku supaya tidak terlalu sibuk membandingkan diri dengan apa yang orang lain miliki, mungkin  beberapa dari kalian juga bisa mengamininya, 

Baca juga: Hadiah untuk Seorang blogger 

Self Love atau mencintai diri sendiri apa adanya

Aku percaya bahwa setiap manusia di muka bumi ini memiliki peran penting. Meskipun ada yang memiliki kekurangan, tentu dia juga memiliki kelebihan yang suatu saat akan membuat perubahan besar sepanjang hidupnya diarah yang lebh baik. Yes I belive it. Kelelebihan ini yang harus di gali dengan Self love dan bersyukur dengan berbagai keadaan. Self love di sini aku artikan dengan mencintai diri sendiri apa adanya.  Apa adanya tanpa tanda kutip ya. Haha. Yang artinya menerima segala apa yang kini dihadapi dengan berpikiran positif, menerima kekurangan diri sebagai bagian dari eksistensinya kita yang sekarang. Self love itu penting, untuk kita  terhindar dari stress yang di sebabkan oleh banyak tuntutan hidup. Proses self love juga macem-macem, seperti yang aku bilang di awal setiap orang punya timing masing-masing, jadi jangan jadikan beban karena masa-masa kecewa, marah, terluka itu juga harus kita rasakan untuk bisa memaknai hidup yang kita jalani saat ini, tapi ingat seperlunya jangan sampai terjerumus dan lama bertahan dalam masa-masa seperti itu. 

Thanks to your self everyday

Biasakan mengeluarkan kalimat positif pada diri sendiri setiap hari. Nah untuk aksi ini aku sering terapkan ke diriku, semisal ketika bangun tidur dan di depan cermin “kamu cantik, unik, awesome terima kasih sudah bertahan di dunia yang semakin gila ini”. Aku berusaha menghargai diriku dengan berkata demikian. Intinya afirmasi positif untuk diri sendiri. Jika dilakukan terus menerus menurutku akan menimbulkan self confident. Kepercayaan diri akan meningkat sehingga perasaaan membandingkan diri dengan orang lain akan terkikis, justru akan berubah menjadi rasa syukur dengan apa yang di miliki saat ini. ibaratnya Point of view yang berbeda dengan situasi yang sama. 

So, hidupmu adalah hidupmu yang jalannya sudah di tentukan, dan dapat kamu rubah sesuai usahamu. Sedangkan hidup mereka, apapun yang mereka lakukan itu hak mereka yang tak patut kamu jadikan standart bahagia. Kita tak pernah tahu mungkin mereka mati-matian berusaha untuk meraih posisinya saat ini dan tidak tersorot olehmu. Begitu pula dengan usaha kita untuk mencapai level tertentu seharusnya patut untuk di apresiasi sekecil apapun itu.  So, stop to compare your self dengan hidup orang lain. Bahagiakan hidupmu dengan caramu sendiri, tanpa memaksa dan meniru dan jangan korbankan dirimu untuk kepentingan orang lain.

Merasakan Menjadi Warga Solo Sementara

Assalammualaikum pembaca budiman, bagaimana kabar kalian, fine kan ya ?.

“Kota Solo, kota tempat kesenian asli,

tarian indah murni irama yang mengiringi”.

Pernah dengar lirik lagu keroncong Om Mus Mulyadi ini? Fix kalian generasi tahun 90-an. Hehe.

Siapa sih yang gak tahu dengan kota kecil nan cantik di salah satu wilayah Jawa Tengah ini. Kota kecil yang lekat dengan kesenian dan setuhan tradisionalnya. Kecil-kecil cabe rawit ini namanya – Solo.

Beruntung sekali aku berkesempatan tinggal di kota penuh budaya ini dan menjadi warga lokal walaupun untuk sesaat. Dinas suami lagi-lagi membawaku merasakan pengalaman baru yang seru entah itu wisata baru, kuliner baru ataupun penginapan baru. “Betah di sana?” pertanyaan paling depan, padahal ya di sananya gak permanen, Hehe. jujurly betah-betah aja, selagi tempat tersebut dekat mini market dan akses kemana-mana mudah, I’m fine bahkan akan sangat betah karena gak kesulitan sekedar untuk menemukan camilan.

Baca juga: Nongkrong Asyik di Tropical Coffee Surabaya

Bisa dikatakan tinggal di Solo dan di Mojokerto tempat aku berdomisili sekarang sama saja. Loh kok?. Iya ya, karena sama-sama di kota kecil, karena aku besar di kota Surabaya yang notabene itu termasuk kota terbesar kedua di Indonesia, so kota kecil di mana pun aku berpijak sekarang menurutku sama saja. Lagi nih, kalau ada celotehan yang bilang coba hidup di pedesaan nah itu beda cerita yaa.. karena yang di maksud udah spesifik pedesaan, sedangkan yang aku bahas kota kecilnya. Hehe. 

Ditambah ternyata untuk siang hari, Solo sama panasnya dengan di Mojokerto. Apakah kalian juga merasakannya pembaca budiman, sama-sama  cuaca siang yang terik cukup  menyengat kulit.

Kelas Ekonomi Sancaka berasa Eksekutif

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan online dan tugas rumah tangga. Berangkatlah menuju kota Solo dengan kereta Sancaka premium. Anyway gerbong Premium ini ternyata gerbong ekonomi versi kereta Sancaka, tapi pelayanannya oke. Gerbongnya gak seperti gerbong kereta ekonomi dhoho yang biasanya aku naikki, serius!  Ya kali aja ada yang protes kenapa ngebandinginnya dengan kelas Ekonomi kereta murah.  Ya karena kereta murah yang pernah aku tumpangi ya sejenis Dhoho, KRD, Sritanjung, Logawa, dan Jayanegera. Dari ketiganya tempat duduknya sama, bikin punggung kenceng. Hehe.

gerbong kereta sancaka premium

Nah Sancaka ini berbeda, tampilannya lebih elegan. Tempat duduknya empuk dan bisa diatur mundur setidaknya 120 derajat. Terdapat beberapa Layar TV di satu gerbong. Nggak takut kepanasan juga karena sudah dilengkapi AC yang dinginnya menyebar di seluruh gerbong. Setelah duduk di kursi yang aku pesan tak lama kereta mulai jalan. Datanglah seorang pramugari kereta api untuk memberikan maske KN95 secara gratis. Kupikir jalan kereta ini pelan karena aku sama sekali tidak merasakan goncangan yang berarti Ketika duduk. Ternyata aku keliru, ketika masuk toilet di dalam gerbong, kereta ini terasa sekali guncangannya, bahkan untuk duduk aman di toilet aja badan ikut bergoyang. Haha kereta ini melaju begitu cepat, aku tertipu. 

Bisa dikatakan kereta Sancaka tergolong kereta jarak jauh untuk kalangan menengah ke atas. Tampilannya eksklusif serta harga tiketnya yang cukup lumayan. Perjalanan Mojokerto-Solo Balapan dengan gerbong ekonomi premium di harga 125rb. Harga tiket yang cukup lumayan dengan perjalanan 2,5 jam. Tapi mungkin alasan tersebut juga mendasari PT KAI memberikan pelayanan yang maksimal kepada para penumpang. Oke Worth it!. 

Ini merupakan perjalanan jarak jauh pertama kali sendirian setelah beberapa tahun terakhir vakum akibat virus Corona. Tanpa Mas bojo yang biasanya selalu duduk di samping. Bisa nih nanti upload story dengan based suara kereta. Hehe. 

Setibanya di Stasiun Solo Balapan, tujuan pertama adalah menghampiri penginapan Mas Bojo. Perjalanan cukup singkat dari stasiun ke hotel tempat Mas Bojo menginap. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit aku sudah tiba di hotel.

Hotel Mewah Tengah Kota Solo

Setibanya di Hotel Solia Yosodipuro Hotel Solo, tempat di mana Mas Bojo menginap. Tampilannya sangat apik. Hotel klasik yang comfortable. Hotel Solo yang menurutku aman nyaman dan harganya relatif murah ini sangat memperhatikan ciri khas jawa tengahnya. Karena terkenal dengan provinsi yang kental sekali dengan budaya jawa, di hotel ini banyak memiliki kesan heritage yang bisa di temukan baik dari pertama kali masuk hotel ataupun di kamar. 

Perihal rating, setelah aku cek, di Traveloka  score-nya gak kaleng-kaleng, hotel bintang 3 ini mendapatkan rating 8,5/10, sedangkan di Agoda 8.9/10. Banyak yang mengatakan jika hotel tersebut memiliki pelayanan yang sangat memuaskan. Ternyata benar dong. Hampir seminggu di sini tidak ada keluhan yang berarti. Kamar selalu bersih, sarapan buffet selalu menggugah selera, pendopo yang asik untuk di jadikan tempat nongkrong, kolam renang bersih. Pelayanan maskimal, Top deh.

solia yosodipuro solo

Lalu kemana aja selama di Solo?. Hari pertama aku hanya mengabiskan waktu di hotel untuk istirahat sembari menunggu kedatangan mas bojo dari dinasnya. Di hari kedua aku memilih jalan-jalan sekitar hotel. Dalam perjalanan menuju hotel, aku sempat menemukan tempat bersejarah di dunia jurnalistik yakni Museum Pers Nasional Surakarta, jadi aku memilih mengunjungi tempat tersebut. Alih-alih mengunjungi tempat yang jauh yang saat itu aku tak tau mana dan dimana, aku lebih memilih berwisata di tempat terdekat dari hotel. Jaraknya hanya 7 menit dengan jalan kaki. 

Museum pers nasional Surakarta

Kebetulan saat itu sedang diadakan pameran foto internasional "Padma Candrageni" dengan tema yang di usung seputar gunung Merapi dan candi Borobudur. Semua foto yang terpajang di sana menarik untuk di abadikan.  Sampai pada akhirnya alur pameran tersebut membawaku tiba aku di ruang perpustakaan museum, kurang lebih 2 jam aku habiskan di perpustaan tersebut sekadar untuk melihat koleksi buku yang terpajang dan bermain handphone. 

Pameran padma Surakarta

Pameran padma Surakarta

perpustakaan museum pers nasional surakarta

Pameran padma Surakarta

Lanjut, karena sudah siang dan waktunya makan, aku membeli makanan sekitar museum dan berencana untuk memakannya di kamar hotel. Mungkin setiap kota memiliki penyajian ataupun untuk penyebutan makanan berbeda-beda ya. Fun fact!,  aku mencoba membeli gado-gado di pinggir jalan. Nah yang menarik, bumbu gado-gado ini ternyata menggunakan bumbu pecel. Setauku, bumbu gado-gado itu memang dasarnya dari bumbu pecel dengan tambahan kentang dan santan kelapa, sehingga rasanya gurih. Nah yang aku dapatkan ini literally bumbu pecel, kalian pernah gak sih mengalami hal demikian pembaca budiman? atau memang setiap kota bumbu masakannya beda-beda ya? hehe, yuk share gado-gado di kota kalian bumbunya seperti apa.

Di dekat museum tepatnya di penghujung jalan Gajah Mada, terdapat taman kecil, taman Ngesus Punggawan namanya. Seperti taman kota yang di bangun untuk penghijauan jalan. Selama di sana aku sering menemukan, jika taman tersebut di gunakan oleh bapak-bapak becak untuk ngaso (istirahat) sambil menunggu customer. 

Lanjut untuk kuliner di malam harinya, aku dan mas mojo memilih untuk mencoba mencari disekitar hotel saja karena memang malas untuk bepergian jauh. Banyak berjejer warung pinggir jalan yang mulai di buka di sore hari. Ada satu warung makan yang selalu rame sejak aku datang di Solo, namanya soto daging sapi Bu Hadi 2, aku dan mas bojo berencana mencobanya. Ternyata sejenis makanan dengan wadah mangkok ayam jago yang berisi soto bening dengan sayur kecambah sebagai topingnya, untuk lauknya bisa diganti namun harganya juga bervariasi. Enak sih, tapi menurutku porsinya kurang. Maklum doyan makan nih. 


soto daging sapi bu hadi 2

Anyway untuk harga makananya di sini ternyata hampir sama dengan di Mojokerto ataupun Surabaya ya, pricy menurutku. Hehe. UMR kota solo termasuk kecil, tapi kenapa biaya hidupnya mayan tinggi ya. Ini berdasarkan survey di setiap malam aku mencari makan di luar hotel. Harganya 11-12 dengan tempat makan yang aku datangi di kota besar. Mungkin karena kenaikkan BBM kali ya, jadi berpengaruh di seluruh aspek kehidupan di sini. Atau emang aku yang keliru berkunjung ke warung makannya. Entahlah yang jelas, mayan juga sih harga-harga makanan di sana.

Selain dengan niat yang kuat menyusul Mas Bojo di Solo, aku juga berencana untuk jalan-jalan di Jogjakarta dengan adikku. Nah fungsi adek di sini, sebagai partner jalan-jalan kalau mau kemana pun, hitung-hitung sebagai pengganti Mas Bojo karena doi sibuk mencari nafkah. Hehe. So, terplotlah jadwal untuk adek datang menyusul di hari ketiga saat aku di Solo. 

Aku dan adikku memiliki planning trip ke Jogjakarta tanpa inap. Setidaknya Jogja-Solo bisa di tempuh dalam waktu 1 jam dengan menggunakan KRL, lumayan juga menghemat biaya yang seharusnya dari Mojokerto ke Jogjakarta, sekarang jadi Solo – Jogjakarta. Hehe. Nah pengalaman pertama menggunakan KRL Solo-Jogja ini sungguh membingungan. Aku harus naik turun tangga, belum lagi harus top up E-Money, dan apabila menggunakan aplikasi, 1 aplikasi hanya bisa digunakan untuk 1 orang penumpang. Boom! aku dan adikku panik. Tapi untuk cerita jalan-jalan ke Jogja dengan menggunakan KRL ini akan aku ceritakan di judul lainnya. Hehe

Kuliner di Kota Solo

Hari ketiga berada di Solo karena adiku sudah tiba, aku berancana melakukan wisata kuliner. Rekomen Mas Bojo aku wajib mencicipi makanan khas Solo-Selat Solo. Rencana awalnya, kami ingin makan di Viens yang menurut Gmaps tempatnya itu tak jauh dari Hotel membutuhkan waktu 15 menit dengan jalan kaki. Namun karena satu dan lain hal ternyata kami kesasar hingga berjalan 30 menit. Sebenarnya bukan benar-benar kesasar tapi lebih ke salah resto Viens aja. Haha.  Harusnya yang kami datangi menuju Viens Pusat, tapi Gmaps yang aku klik justru ke Viens Lotte Grosir. Dodol banget kan. Haha. Karena aku dan adikku berekspetasi lebih enak di pusat. Alhasil kami memutuskan tidak masuk ke Viens Lotte Grosir dan lebih memilih order transportasi umum dari Viens Lotte Grosir ke Viens Pusat padahal posisinya kami sudah jalan 30 menit dan berada di depan Viens yang ada di lotte grosir. Sumpah ini beneran kegiatan nganggur hari itu. Haha

selat solo - makanan khas solo

Setelah memesan transportasi online, tibalah kami di Viens Pusat. Ngomong -ngomong selat Solo ini semacam makanan berkuah yang berisi sayur wortel, buncis rebus dan selada, ada pula potongan kentang goreng dengan toping daging dan telur ayam yang di bacem lalu di guyur dengan saus dan mustard. Nah sausnya ini mantap!. Seperti makanan yang rasanya pernah aku coba tapi entah itu apa, rasanya familiar. Hehe. Aku pastikan perlu mencobanya lagi jika aku ke Solo.

Lanjut, hari terakhir menginap. Nah dari sekian banyak hari, baru di hari terakhir aku bisa dengan lega jalan dengan Mas Bojo yang gak membahas masalah kerjaanya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Pura Mangkunegara di pagi hari sekitar pukurl 05.30. Lokasi ini jaraknya lumayan dekat dari hotel kurang lebih 400 Meter. Kebetulan di sana sedang ada event sepeda berlangsung. Digadang-gadang sebagai acara terbesar di Solo. Untuk acara pelepasan peserta dilakukan oleh Gibran Rakabumi selaku walikota Solo. 

Selepas dari tempat tersebut, karena kami berencana early check out karena ingin mengunjungi pasar Klewer, pasar tradisional yang menjadi andalan warga Solo.  Berada di depan pintu masuk pasar Klewer, aku juga sempat mengunjungi masjid Agung Surakarta. Saat itu juga Solo sedang mengadakan acara tahunan yang disebut Sekaten Solo. Acara ini berlangsung selama 1 bulan sayangnya hanya ramai ketika malam hari. Nah kebetulan saat itu aku harus bergegas ke tempat oleh-oleh lalu kembali ke stasiun.

So, itulah pengalamanku selama beberapa hari di kota Solo. Mungkin gak banyak explore tempat karena memang terbatas waktu dan memang planing untuk jalan-jalan aku fokuskan ke Jogjakarta. Tapi tak masalah, setidaknya aku paham bagaimana kehidupan di kota kecil yang penuh budaya ini.

Yakin, Bukan FOMO?

Apasih FOMO itu?

Assalammualaikum pembaca budiman, Pernah nggak kalian merasa panik gara-gara tertinggal informasi di media sosial yang saat itu hype banget, banyak dibicarakan oleh orang-orang, sedangkan kalian tak tahu apa-apa? Atau pernah nggak merasa baru saja tahu hal menurut kita itu “baru” eh sudah ada yang lebih baru lagi bahkan sudah menjadi trend. In the end merasa menjadi makhluk goa yang hidupnya jauh dari peradaban. Enggak gaul, kudet alias kurang update

Belum lagi, ketika menghabiskan waktu untuk berselancar di sosial media, lalu melihat status teman-teman yang dikenal meng-update status memiliki tas yang sedang dibicarakan banyak orang, berkunjung ke tempat yang hits, berkumpul dan staycation di hotel berbintang, pergi berlibur ke suatu tempat fancy atau ke pantai yang instagramable, makan di tempat mewah, memiliki gaji lebih tinggi yang bisa digunakan selama hidup satu tahun. Melihat seperti itu apakah pernah merasa gelisah lalu mulai mengkomparasikan hidup kita dengan hidup orang lain dan menyakini di setiap precious moment mereka seharusnya tak boleh terlewat sedikit pun. pernahkah?

Sadar atau enggak, fenomena itu disebut FOMO akronim dari Fear Of Missing Out. Sebuah istilah untuk menjelaskan tentang ketakutan atau ketertinggalan tentang sebuah tren yang sedang di bicarakan banyak orang, atau yang orang lain alami dan kita tidak terlibat di dalamnya. Sering ditemukan di era digital saat ini, FOMO dipicu oleh smartphone, barang wajib yang dimiliki setiap orang. Kenapa begitu? Karena ketika seseorang memiliki smartphone dia tidak akan bisa untuk tidak melibatkan segala aktivitasnya dengan sosial media. Entah itu upload, lalu mentions semua yang hadir di sana memberikan deskripsi yang cukup menyentuh ditambah kalimat yang sedikit hiperbola. Masalahnya kita tidak berada diantara mereka dan itu menimbulkan perasaan cemas. 

Baca Juga: Kisah Hari ini

Kenapa sih bahasnya beginian. why we have to being serious on this blog?.  Bukannya ini blog seneng-seneng yaa. Hahah. Tenang, bahasan ini menyenangkan kok. Sejujurnya pembaca budiman, aku menganggap ini hanya sekelabatan yang muncul dalam benak, yang barang kali bisa aku abaikan, tapi semakin lama tidak ku hiraukan, aku justru sering menemukan kejadian FOMO ini di lingkungan sekitarku. So i decided to talk about it di blog kesayanganku ini. 

Disclaimer ya, aku bukan seorang ahli yang tahu bagaimana FOMO ini bekerja dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Keresahan ini muncul setelah aku menyadari mungkin aku pernah menjadi bagian dari FOMO at the timebut now udah enggak ya. (Yakin amat!) Haha. Emang FOMO bahaya? Kalau yang berdampak negatif iya, kalau yang positif enggak juga. Nah di sini yang akan aku bahas yang negatifnya aja ya, karena yang jadi keresahaankan dampak negatif dari FOMO itu sendiri, tapi tentu dengan bahasaku yang aku harap para pembaca budiman mengerti. 

Baca Juga: Tenanglah Kita Semua Pernah Terluka

Aku pernah merasa bahwa hidupku ini gak happy, perkaranya simple sih. Melihat story teman-temanku yang berkumpul dengan wajah bahagia. Rasa dicurangi, rasa diasingkan itu mencuat. Merasa seperti hidupku kurang menyenangkan. Rasanya jika aku tidak bersama mereka ada yang kurang, ada perasaan kosong yang menyebabkan kedekatan kami nantinya akan berjarak. Entah kenapa pikiranku bekerja demikian.

Mungkin kondisi waktu itu feel loneliness, kurang memahami diri sendiri merasa tidak memiliki achievment yang patut dibanggakan sehingga memunculkan perasaan rendah diri. Kegiatan safari media sosial justru semakin membuatku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jatuhnya malah stres berat. Aku juga pernah berpikiran jika aku harus memiliki barang yang sedang ramai diperbincangkan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi dan kebutuhan lainnya, sehingga apa yang sedang trendy harus aku ikuti. Hanya untuk diakui jika aku ini manusia yang up to date, semuanya jadi serba ngoyo (memaksa) kan ya?. Capek sendiri dengan pemikiran seperti itu. Ganggu kesehatan mental juga kan?.

Sesuatu yang membuat aku sadar manakala aku tidak memiliki tabungan sama sekali karena terlalu boros mengikuti “things” yang kerap kali disebut trend. Mengganggap bahwa apa yang ada di dunia maya adalah cerminan kebahagiaan. Padahal itu keliru, dunia nyata lebih menyenangkan daripada dunia maya. Aku mulai merubah pelan-pelan maindset. Menyadari jika kehidupanku berbeda dengan mereka, pun caraku memperoleh bahagia. Tidak perlu terburu-buru juga mengikuti sesuatu yang sedang tren karena kondisi setiap orang berbeda begitu juga dengan latar belakang dan ekonomi yang dimiliki.

Saat berbagi resahku yang mungkin bisa di katakan bagian dari FOMO dengan seorang teman, dia mengatakan “tak perlu merasakan demikian, karena memang tanpa kita, mereka seperti itu adanya, dan tak masalah jika kita berbeda dengan mereka”. Kalimatnya sederhana tapi penuh makna.

Lalu sekarang? Tentu saja semuanya memerlukan proses. Aku berusaha menjadi apa adanya  sekarang, tidak menjadi orang lain untuk menyenangkan orang lain ataupun untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Aku ya aku, mereka ya mereka. Nah aku ingin share cara bagaimana cara mengatasi FOMO. Semoga ini berguna untuk siapapun yang sedang mengalaminya.

Cara mengatasi FOMO Versiku

Joy Of Missing Out (JOMO)

Lawan dari FOMO adalah JOMO- Joy Of Missing Out. Mungkin saat itu karena aku kurang bersyukur dengan yang ada dihadapanku. Merasa hal kecil yang dicapai tidak ada nilainya dengan apa yang dimiliki orang lain. Jadi, mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang seharusnya itu tak aku lakukan. Mudah merasa kalau tidak seperti ini enggak update, gak kesini gak gaul. Padahal menjadi orang yang tidak terlibat dalam keramaian ataupun hingar binggar itu bukan hal salah. Melakukan sebisanya adalah hal baik dan utama untuk mencapai goals yang telah ditargetkan.

Membatasi diri untuk bermain media sosial

Sudah berapa lama berada di hadapan handphone untuk cek sosial media hari ini?, 1 jam, 2 jam, atau sepanjang hari?. Sudahi hal itu yeorobun, salah satu hal yang menjadi pemicu terbesar FOMO adalah terlalu menggantungkan diri dengan dunia maya itu tak baik ya. Tak ada media sosial rasanya hampa, gak eksis. Please stop to think about it. Gunakan media sosial dengan bijak. Kepo boleh saja, tapi be prepare kesehatan mental juga penting untuk dijaga 

Unfollow yang membuatmu insecure

menurutku sah-sah saja jika seseorang memamerkan apa yang dia miliki ataupun yang dia kunjungi di sosial medianya tapi tidak untuk kamu lihat, Sobetter to unfollow the one who makes you insecure. Yang terpenting itu tidak merugikan siapapun terutama dirimu sendiri

Being Happy No Matter What 

Di dunia ini yang patut dibahagiakan terlebih dulu adalah diri sendiri, yang patut dikasihani tentunya adalah diri sendiri. Kenapa harus melakukan sesuatu yang tidak membuat bahagia .  better I not being there and celebrate something distinguise dari apa yang membuat aku bahagia. Bahagia itu bisa muncul dari hal yang sederhana. Jika pun bahagiamu harus mengikuti tren deep breath and think twice, ask your self, are u really happy with that?.  jika jawabanya iya dan ringan-ringan saja dilakukan go head, lakukan. 

Akhirnya Blogspot menjadi [dot]com


Assalamu'alaikum pembaca budiman. finally di bulan September ini blog tersayang menjadi Top Level Domain (TLD) dari blogspot[dot]com ke dianovits[dot]com. Dengan nawaitu yang kuat blogspot kesayanganku ini hijrah menjadi Top Level Domain (TLD) atau bahasa sederhananya menggunakan nama dianovits.com.  Alhamdulillah, sebuah achievement yang benar-benar menjadi angin segar di sejarah dunia kepenulisanku. Setelah hampir 9 tahun bertahan dengan yang gratisan, kini mulai coba yang berbayar (halah…halah apasih yaa). Hahaa

Blog sebagai wadah curhatan sampah

Padahal ya, niatnya bikin blog ini jujurly berkaitan dengan tugas kampus yang  bejibun. Waktu itu, tahun 2013 memasuki semester 4 semakin gak karuan deadline nya. Putus asa dengan tugas yang harus minim 1000 kata dan di kerjakan dalam waktu 3 jam. Hobinya emang nulis, tapi namanya dunia pendidikan gak boleh asal ngetik lalu kirim tugas ala kadarnya ke dosen kan?. harus bener-bener proper isinya. Saat itu sebuntu-buntunya otak buat nugas, akhirnya memutuskan untuk share semuanya lewat blog. artikel yang di up ya gitu-gitu aja. Cerita yang kadang gak penting. Galau ala-ala anak muda dengan tugas dan batinnya. Intinya blog hanya sebagai wadah untuk sampah keluh kesah. 

Monetisasi dari Google Adsense aja juga serba coba-coba nothing to lose lah. Eh Alhamdulillah kok ya sekali daftar langsung approved . Sekali lagi Allah itu Maha Baik. Mulai gencar bikin artikel apapun yang penting update minimal seminggu sekali. Niche blog saat itu masih gado-gado masih curhatan, cerpen bersambung ataupun prosa. Meskipun rupiah yang didapat tak seberapa, menurutku itu worth it karena berawal dari hobi kok menghasilkan. Wah patut diperjuangkan ini.

Baca juga : Hadiah Untuk Seorang Blogger

Beruntungnya hobi menulis masih belum padam. Beberapa tulisan aku lombakan, alhamdulilah di terima oleh penerbit indie dan dipilih sebagai penulis terpilih yang hasil naik cetak. Senang dong ya. Saat itu aku juga berfokus ingin membuat buku dengan genre fiksi. Alhamdulillah naskah jadi tapi banyak ditolak penerbit tanpa alasan. Ha ha. Ada yang bilang mungkin tidak sesuai dengan visi dan misi penerbit. Yaudah cari penerbit lain, sambil membenarkan bagian-bagian naskah mungkin saja ada yang salah dalam penulisannya. Gitu aja terus, sampai akhirnya aku demotivasi. 

Di tengah-tengah ngeblog semangat mulai kendor kerjaan juga gak bisa di tinggal, akhirnya terbengkailah blog ini. Aku memilih rehat dari dunia tulis menulis selama beberapa bulan di blog. Lelah juga rasanya, di tolak berkali-kali tanpa ada alasan, seperti ditinggalkan tanpa kabar. Sakit!

Ke- trigger memulis lagi saat aku menjadi ibu rumah tangga, karena belum ada aktivitas seperti sekarang ini dan lelah menunggu kabar dari penerbit, akhirnya aku memilih untuk  self publishing  sort of  novelku di blog. Semakin sering aku mengunggah artikel, sedikit banyak teman-teman baik di dunia nyata ataupun maya, mulai me-notice, jika aku ini suka sekali menulis. Pernah juga aku dijadikan  ghost writer  oleh teman sendiri dengan bayaran makan siang ataupun camilan di kantor. Menurutku tak masalah, selama aku  mendapatkan keuntungan darinya why not,  win-win solution  kan?. Hehe

Mulai Untuk Menjadi TLD

Sebenarnya banyak banget pertimbangan sebelum bener-bener  haqqul yaqin  buat website sendiri. Salah satu di antara banyak adalah takut nanti ketika sudah menggunakan domain nama sendiri, di tengah jalan akan terbengkalai dengan segudang kegiatan yang penting dan gak penting, kan sayang yaa?. Domain ini berbayar loh, lumayan juga bisa untuk beli skin care. Belum lagi buntu ide dan mager buat artikel akhirnya blog nganggur lagi berbulan-bulan. Lalu, seketika upload, yang di unggah artikelnya  basi untuk dibaca dan gak ada insight-nya buat pembaca yang membuka situs web ini dengan sukarela. Kekhawatiran ini yang membuatku maju mundur untuk beralh ke TLD. 

lalu, bermula dari kegiatan blogwalking beberapa hari terakhir, dan kebetulan banyak sekali yang berbagi pengalaman terkait perubahan domain yang mereka lakukan dari blogspot ataupun wordpress dan apa keuntungannya. Itu semua memberikan keyakinan yang mempengaruhi niatku untuk “udah beli aja toh sekarang mau fokus kan!”

Lalu tergelitiklah untuk mencari sahabat hosting sesuai referensi dari seorang blogger yang tulisannya ngena banget di aku & well i reserved and paid. ketidakpercayaan yang pertama kali aku rasakan. Lebay ya? . Hehe. Bayangin yang dari dulu maju mundur untuk beralih, eh seketika baca blog seseorang langsung yakin untuk berubah. I've my own website. Horaay!!, tapi semuanya gak semudah itu pembaca budiman, ada tahan-tahap yang harus aku lalui, belum lagi ketika DNS management gak sesuai. Untung aku menemukan customer service yang super sabar. Dibantu oleh beberapa kali CS sahabat hosting yang super ramah dan pantang menyerah dengan kelemotanku yang kadang-kadang kumat. Jadilah website dianovits.com melanglang buana di dunia maya. Happynya luar biasa. Receh ya, mungkin ada yang seperti itu (mungkin pembaca budiman), aku tidak terlalu ambil pusing sih, karena menurutku ini  one step closer untuk lebih fokus dengan apa yang aku inginkan.

Baca juga: Apakah Hatimu sudah Merdeka?

Perkara domain kelar, nah sekarang giliran niche mana ingin aku fokuskan, terkait artikel apa saja yang patut untuk diunggah. Mungkin sama seperti sebelum-sebelumnya, hanya saja pembendaharaan katanya lebih di tata dan bisa enak di baca setiap mata. basicly untuk hasil artikel tentunya dari hasil pengalaman, pengamatan dan perasaan. Aku ingin mepertahankan tujuan blog ini, menjadikan blog sebagai ruang publik yang sesuai dengan keinginanku dan juga bersanding dengan keinginan pasar. kalau bisa ya, bukan begitu pembaca budiman?. Tujuan diabadikannya menjadi Top Level Domain kan, agar aku lebih bertanggung jawab dan konsisten untuk mengunggah artikel dan juga memberikan informasi yang positif bagi pembacanya.  tentunya, akan aku sesuaikan dengan bagaimana keinginanku. Setidaknya artikel yang akan aku upload berguna untuk diriku sendiri sebagai penulis (karena aku suka sekali  re-read tulisanku di sini).

Afirmasi dari para pembaca budiman

Jujur sejak awal bergabung ke dunia blogger aku tidak mengharapkan pujian dari siapapun. aku hanya manusia biasa yang butuh tempat sampah untuk membuang keluh kesah di pundak, nah kebetulan saat itu aku bertemu blog. Setelah mulai senang bermain blog beberapa teman mengingatku sebagai blogger, bahkan mereka mengatakan sering mengunjungi blogku secara sukarela. ahh senangnya! 

Ada perasaan haru, ketika mulai menulis kembali dari istirahat selama beberapa bulan, seseorang teman mengatakan enjoy dengan tulisan yang aku upload. Bahkan ketagihan untuk terus membaca beberapa artikel sebelum-sebelumnya. Tenang, dia bukan Mas Bojo kok, mas Bojo sudah sibuk dengan kegiatan kantornya. Aku juga tak menuntut untuk dia harus membaca blogku ini. Jadi aku pastikan ini seorang teman yang juga senang membaca, kebetulan tulisanku salah satunya.

Ada lagi, beberapa hari yang lalu, seorang teman juga mengatakan suka dengan tips yang aku share terkait keuangan rumah tangga. Menurutnya hal itu bisa dia gunakan dalam mengatur keuangannya dan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga kecilnya. Ada juga teman yang mengatakan jika penulisanku rapi. Pengakuan mereka sedikit banyak memberikan afirmasi untukku. Aku terpacu untuk menjadi lebih baik. 

Tentu dong ya, manusia harus jadi lebih baik dari sebelumnya. Nah kebetulan perantaranya dari mereka. Terima kasih untuk para pembaca budiman yang sejauh ini mendukung aku dengan cara indahnya sampai aku seniat ini untuk menjadikan blogspot ke alamat domain dengan namaku sendiri.

Aku pikir, cukup sampai di sini cerita [dot]com dari situs kesayanganku ini. Semoga kedepannya setiap artikel yang di upload bisa sampai di sanubari kalian ya. Tidak itu saja, kalian yang hobinya menulis juga bisa untuk menjadi seperti ini bahkan bisa lebih, jika berkeinginan kuat dan berpikir lebih keras. Jangan sungkan-sungkan untuk bertanya, karena lebih baik terlambat daripada tidak  sama sekali.