Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

Kisah hari ini

Aku senang duduk ditepi danau ini. Menikmati setiap angin yang mengoyak ujung jilbabku. Desiran anginnya mampu menenangkan rumitnya pikiran meskipun sekelebat. Hiruk pikuk dunia kadang berbisik di telinga, apalagi diiringi drama yang kadang buat diriku kesal juga. Setidaknya, dengan duduk di sini, mampu menggeser sejenak penat yang melekat.

Aku menarik nafas panjang, sekali lagi duduk di sini membuatku mampu merasakan sunyi yang aku kagumi. Seharusnya aku bersyukur aku bisa hidup sejauh ini dan menikmati mentari yang masih terbit dari timur. Tidak membuat segalanya menjadi lebih kacau termasuk dengan perkara hati. Perkara yang seharusnya sederhana namun prosesnya menyita teori semesta.

Aku pernah dihadapkan pada situasi yang aku sendiri merasa tak mampu mengatasinya dengan segera. Saat itu aku sedang giat-giatnya menuju tujuanku. Lalu, beberapa kerikil muncul dan melukai kakiku. Sempat aku memaksa berjalan meskipun berdarah-darah, meringis kesakitan sebab luka semakin melebar. Hingga akhirnya aku memilih berhenti. Sungguh aku tak mampu berjalan lagi. Aku butuh berhenti sejenak. Memikirkan diriku sendiri tidak bertindak menyedihkan.

Lalu, aku duduk di sini menangkan diri, memeluk luka batinku sendiri. Sembari menyiapkan mental dan mempertebal niatan.  Mungkin karena setiap orang punya cara untuk menenangkan pikiran, jadi aku memilih cara demikian - Berdiam meleburkan lamunan dan mengumpulkan keberanian.  Aku sadar hal seperti ini juga dialami banyak orang. Saat mereka sudah menentukan tujuan, mereka akan dihadang dengan banyak ujian, sepertiku.

Pikiranku kembali jernih. Renunganku usai. Danau ini pun yang menjadi saksi. Semua kenangan, semua kesusahan, pun dengan bahagia yang akan kudapatkan nanti melayang-layang dalam pikiran. Iya, aku hanya butuh waktu untuk bisa kembali ke niatku. Aku butuh ruang untuk tenang. Rasanya, tak semua yang terjadi di dunia ini butuh jawaban pasti. Namun, yang jelas segalanya harus dilalui dengan hati-hati. Jika pun nanti aku terpeleset dan terjatuh lagi,  aku diminta merebahkan diri  (lagi). Kemudian bangkit dan segera berjalan menyelesaikan apa yang sempat tertinggal. 

Setelah Aku Diarah Yang Salah

Aku, seseorang yang pernah rapuh. Pernah sepenuhnya percaya namun ditinggalkan begitu saja. Seseorang yang pernah benar-benar mencintai tapi dilukai berkali-kali. Seseorang yang rela berjuang ketika semua usahanya tak dipandang. Dan seseorang yang kesakitan namun tetap bertahan untuk cinta yang sangat kejam.

Itu aku, sebelum aku tahu jika nanti dikehidupanku akan ada sesosok dirimu. Seseorang yang entah siapa. Tapi mampu membuatku terpana. Seseorang yang secara sukarela mau menghabiskan sisa hidupnya bersamaku pasti nanti begitu. Menciptakan bahagia berdua dan tempat aku berpulang dengan segenap jiwa. Aku tersadar dengan tidak sengaja, lalu berusaha membuang usaha yang sia-sia hanya untuk cinta yang salah. Aku yang saat ini sudah berbeda. Memasukkanmu dalam pikiranku setelah aku terserang cinta gila.

Kamu, Bantulah aku untuk menemukanmu, untuk mengenggam tanganmu. Aku tahu, aku pernah dijalan yang keliru. Aku tahu aku pernah bertumpu pada rasa nyaman yang dulu ku sombongkan lantas rasa itu menyesatkan. Sebab itu, aku butuh bantuan untuk menemukanmu. Bisakah kau memberiku petunjuk dari mana arahmu, atau bisakah kau beri aku isyarat bagaimana wujud dirimu sehingga tak nampak abu-abu. Aku akan menyapamu dengan hati-hati.

Sementara ini, sibukkan dirimu dengan hal-hal yang baik ya. Jangan lupa berdoa agar aku segera berhenti dari jalan yang bernama penantian. Bermimpi duduk berdua bersamamu, menyeduh teh hangat buatku lalu menatapmu. Didukung dengan gerimis kecil sehingga kita tak bisa kemana-mana. Kurasa sudah mampu kusebut romantis.

Rinduku nanti juga tak akan biasa berkat kau yang kini aku tak tahu siapa. Aku akan terus berbincang-bincang pada Tuhan, meminta Dia memberikan sabar dan juga mempercepat kehadiranmu. Aku juga akan memantaskan diri hingga tiba saatnya kita dipertemukan nanti. Jadi tunggu aku disana ya, jangan kemana-mana. Aku akan segera kesana mendekapmu dalam balutan doa

Kesempatan Yang Sia-Sia

Mungkin aku yang salah tak hati-hati memberikan kesempatan kedua pada dia yang tak bisa menjaga. Mungkin juga terlalu sulit baginya untuk setia pada satu rasa hingga ia mengabaikan apa telah kupercayakan untuknya. Di sini semuanya menjadi lebih parah. Luka yang  belum pulih benar semakin menjadi dan tak kunjung terobati. Dia memutuskan untuk menghianati apa yang sudah kupercayakan, tak sekalipun perduli dengan sejauh apa aku meyakini diri sendiri jika ia patut untuk kesempatan sekali lagi.

Memberikan kesempatan kedua menurutku tak salah. Manusia tentu mengenal kata jera. Barangkali kesempatan itu akan digunakan sebaik-baiknya. Tak mengulangi salah dan berencana untuk sesuatu yang lebih indah kedepannya. Menaruh harap kelak dengan kesempatan kedua seseorang akan kembali percaya padanya. Tak memandang lagi masa lalu yang diisi penuh dengan tangis sendu.

Namun, pikiranku tak selaras dengan jalan pikirannya. Dia merancau dengan mudahnya. Membuang jauh-jauh janji yang diutarakan tanpa risih. Memilih mematahkan hati di tengah jalan lantaran rasa bosan menyeruak tak karuan. Membuat aku lagi-lagi tersakiti hingga ke ulu hati. Terlebih membuatku membencinya setengah mati. Begitulah kesempatan kedua yang dia dapatkan  dengan sengaja  disia-siakan tanpa pikir panjang.

Kadang yang nampak indah memang tak bisa menjamin bahagia. Buktinya dia yang kuberi leluasa dan  menggebu ingin bersama, bertindak sebaliknya. Semakin melukai, menggores hati dan tak lagi menghargai. Dia memang jauh dari sempurna. Aku tak akan menuntut bahkan tak kupermasalahkan hal itu. Hanya saja, aku ingin dia memperbaiki yang pernah ia rusak. Menyambung apa yang telah ia putus sepihak. Hingga pikirku memberikan kesempatan kedua adalah solusinya. Tapi nyatanya aku salah. Logiku lumpuh terserang cinta buta. Dia kembali seperti semula, menyakiti tanpa ampun meremehkan yang ku titipkan yakni perasaan.

Mengenal Diriku Sendiri Secara Menyeluruh

Saat ini aku sedang berusaha mengenal diriku sendiri. Melapangkan hati untuk menerima apa yang aku tak bisa lakukan dan segera melenggangkan apa yang harus dilakukan. Menelaah apa-apa yang sudah aku lakukan tanpa berpikir panjang. Aku cukup banyak kehilangan kesempatan untuk memaafkan diriku sendiri karena terlalu sibuk untuk menyalahkan orang lain. Selalu sibuk mengabaikan hal-hal yang membuatku berkembang.

Aku akan belajar mengenal diriku sendiri lagi secara menyeluruh. Memaafkan aku yang senang bergelut dengan masa lalu. Merelakan apa yang sudah aku usahakan karena itu hanya menghasilkan kekecewaan. Meyakinkan diriku bahwa perubahan itu perlu asal aku tetap mengenal diriku. Aku sering lupa bahwa seseorang yang aku ajak bicara kadang menyimpan amarah dengan apa yang aku ucapkan padanya. Dan itulah letak kesalahan yang sudah aku perbuat dengan sengaja, lantaran aku pribadi yang gegabah.

Aku akan belajar mengenal diriku sendiri. Meratapi segala perbuatan yang menjerumuskan aku pada tingkah yang membuat aku sendiri malu. Meniadakan ego meskipun itu ujian terbesar selama aku hidup dan menjalani kehidupan. Mempelajari arti kehilangan meskipun itu tak gampang memudarkan kesedihan yang aku rasakan.

Aku akan belajar mengenal diriku sendiri. Menerima segala luka atas kepergian yang tak pernah aku inginkan. Menciptakan bahagia dari banyaknya celah yang memikat kedua mata. Entah butuh waktu berapa lama untuk aku mengenal diriku. Hal itupun juga kurindui untuk kutemukan keberadaannya. Sekedar menjawab segala tanya yang berkumpul di dada.

Baca JugaSemu Yang Di Gantikan Oleh Kamu

Aku akan belajar mengenali diriku sendiri. Mencoba mencari tahu dari banyaknya sudut pandang yang selama ini aku lupakan bahwa letak tak sempurna adalah aku sebagai manusia. Tak lagi menyalahkan dan menutup-nutupi kekurangan dan bertindak sebagai Tuhan. Tak akan menyibukan diri untuk mendapatkan kesan dari orang lain yang kadang aku lupa, aku tak bisa memuaskan semua orang yang menaruh tinggi terhadap ekspetasi.

Menimbang kehidupan dari berbagai macam hal itu perlu. Karena dunia ini dinamis, salah jika ada yang mengatakan bahwa dunia adalah sesuatu yang statis.Sama halnya dengan mencintai, jika memang itu sudah tak benar untuk dicintai maka melepaskan dan menjadikanya masa lalu adalah pelajaran baru.

Mungkin saja kita akan tenggelam dalam kesedihan, bahkan mengecewakan janji yang sempat penuhi hari. Tapi demi kehidupan yang harus terus kita lewati setelah ini. Akan selalu ada perubahan yang kadang tak mengenakkan dan menjadi sulit untuk diterima akal. Semua itu semata-mata akan menjadikan diri sendiri tangguh, mampu lewati pilu dan jadikan dirimu seseorang yang baru.

Sepasang Kekasih Yang Gagal

Kala itu kita sedang tak dalam kondisi baik. Dikuasai emosi dalam pikiran masing-masing. Kita saling lempar salah, sedangkan kita tau bahwa salah adalah milik berdua. Kita mementingkan ego. Dan kita memilih untuk menjalani hari terpisah kemudian. Meratapi apa yang telah terjadi tentang kita yang telah retak.

Bagiku, hari semakin berat ketika semua tak lagi sama. Bahkan kecewa dan luka mengalahkan rindu yang mendidih di dalam dada. Susahnya berpura-pura bahwa semuanya kembali seperti sedia kala. Ya! Waktu ketika aku tak mengenal kamu dan semuanya seperti biasa saja, tak ada yang perlu kurisaukan apalagi soal hati. Aku tak pernah meminta dipertemukan denganmu jika akhirnya pahit harus menyita hariku seperti saat ini. Namun, lagi-lagi rekayasa semesta membuat aku menjatuhkan hatiku padamu. Tuhan mempertemukanku denganmu. Dan timbul rasa yang sulit untuk aku kendalikan maunya apa. Hingga kita memulai bersama dan berbagi kisah asmara.

Baca JugaCukup Cintai Dirimu Sendiri Dulu 

Namun,malam itu indahnya lampu taman kota tak seindah perasaan kita. Kita bertengkar hebat mengenai sesuatu yang fana. Mungkin saat itu kau dan aku lelah. Hingga Memilih mengakhiri percakapan dengan perpisahan yang tak mengenakkan. Menyudahi segala perasaan yang masih kita pupuk dan tanam. Kita berkali-kali melewati badai namun kita masih kuat sampai pada malam itu akhirnya kita tumbang dengan keadaan. Semudahkah itu kita menyerah pada perasaan, membiarkan waktu menelan kita yang tak mampu menjaga kau dan aku untuk tetap menyatu. Inikah yang dinamakan perpisahan menyakitkan? Lantaran masih ada sayang namun melepaskan.

Baiklah, Semua ini adalah proses untuk mendewasakan perasaan meskipun dilalui dengan hati terbakar. Aku percaya apapun yang terjadi sudah terencana oleh yang Maha Bijaksana. Kita adalah sebaik-baiknya rencana dari Dia. Meskipun kita adalah sepasang kekasih yang gagal. Mengalami masalah setelah bersusah payah menyelesaikannya namun pada akhirnya memilih untuk menyerah.

Barangkali setelah ini akan menjadi titik awal bagi kita untuk menguatkan hati. Meski tak lagi menjadi sepasang kekasih, namun aku yakini akan baik-baik saja nanti. Tak apalah jika saat ini harus jatuh untuk kesekian kali. Tak apalah jika harus kepayahaan untuk semangati diri sendiri. Yang terpenting, kita hidup tak pernah mengenal letih untuk terus memperbaiki diri.

 

Alasan Kenapa Aku Memilih Menjauh


Aku sempat lupa, barangkali kita bahagia hanya dibuat-buat oleh kamu yang sedang bersama hati lainnya. Menutup rapat celah yang sebenarnya mengangah dengan kecupan mesrah. Aku tak paham kenapa kamu sedemikian kejam. Mengadakan masalah dari hati yang terlalu lurus percaya dengan banyaknya kebaikkan yang kamu tebar. Menjadi tega pada aku yang sudah terlanjur kasmaran. 

Kalau kamu merasa ia bisa membuat kamu bahagia, seharusnya kamu pergi saja. Daripada kamu perpura-pura cinta pada aku yang masih setia. Aku tak pernah ingin berbagi sayang jika memang dia selalu menjadi alasan kamu senang. Aku cukup buruk untuk menebar senyum ketika semua luka bermula dari orang yang aku cinta.

Baca Juga: Jika Semuanya Bermula dari Aku Yang Mencintaimu Lebih Dulu

Dia, entah itu dari mana asalnya. Menjadi satu hal yang tak bisa kuterima hadirnya. Mengacaukan mimpi yang kulambungkan tinggi saat aku bersama kamu. Memupuskan harapanku untuk ciptakan pelangi kala hujan berhenti. Aku tak ingin menyalahkan dia jika ternyata kamu juga menjadi salah satu penyebab luka yang terasa. Aku hanya tak suka aku dipermainkan dengan kepercayaan.

Akan tampak menyedihkan jika aku terus menerus menjadi cenayang dalam hubungan yang tak ada kehidupan. Menjadi wanita tangguh untuk segala sifatmu. Memaklumi kesalahan ketika percayaku kau abaikan. Itu hanya memperburuk hubungan kita yang sebenarnya tak pernah baik-baik saja. 

Seharusnya kamu tau jika memang ia lebih baik dari aku, kamu akan mengkukuhkan ikatanmu padanya dan menjauh dari aku. Meskipun akan ada luka yang dengan sengaja kau tancakan pada hati yang sudah tabah mencintai kamu sejak dulu. 

Kamu membiarkan aku merasakan sepi meskipun saat kau di sisi. Membuat aku mencurangi batinku sendiri bahwa aku ini letih dengan pura-puranya kamu menyembunyikan dia yang sedang kamu dekati. Hingga aku memutuskan akulah yang pergi dan mencoba menenangkan luka yang nyata rasanya, untuk dia yang sudah membuatmu jatuh.

Mungkin begitu jahat pikirmu tentangku. Aku meninggalkanmu dengan banyaknya rasa kesewa. Tapi kalau saja kamu cerita sejujurnya, mungkin perpisahan akan menjadi hal terbaik yang pernah kita lalui dan tak akan menimbulkan banyak tanya. Tapi aku sudah merasakan pedih yang tak bisa pungkiri lagi. Adanya dia merusak apa yang sudah membuatku bahagia. Atau mungkin kamu yang mulai menghadirkan dia. Entahlah. Rinduku pun mulai tak sependapat dengan rasa sakit hati yang hebat. 

Jika kamu bertanya apa dengan meninggalkanmu aku merasakan bahagia. Maka aku akan menjawab sekenaku saja. Aku hampa ketika itu. Tak kupungkiri setiap jalan kita lalui berpengaruh pada masa di mana aku butuh kamu. Meskipun nyatanya aku sendiri yang benar-benar perduli dengan tujuan yang kita  amini jauh sebelum aku menutuskan pergi.

Tapi itu semua tak akan menjadi baik. Aku memilih pergi karena aku tak ingin lebih dalam disakiti. Terlepas dari banyaknya aku terluka. Hal-hal yang menyenangkan akan tetap aku kenang.  Aku tetap akan menjalani hidup sebagai mana mestinya. Menemukan cara bagaimana aku akan bahagia dengan dia yang akan menjadi penggantimu nantinya.

 

Semu Yang Digantikan Oleh Kamu

Kau tiba-tiba datang dari perkenalan yang tak kuharapkan. Bermula dari keisengan akibat luka hati yang fatal. Gagal memiliki seseorang padahal hanya tinggal hitungan jengkal. Aku akan menjadi seseorang yang paling cantik untuk waktu 24 jam saat itu. Ya! menjadi mempelai wanita. Namun, Aku kehilangan dirinya, seseorang yang kuyakini mampu membuatku bahagia. Gelisahku menggunung dan akhirnya sebuah situs maya mampu membuatku tenggelam di dalamnya. Hingga munculah kamu. 

 Seseorang yang kini bersanding denganku. Kita mulai bertukar kabar walaupun pada awalnya aku lakukan setengah hati. Pertemuan denganmu pun masih terselip ragu, bahkan ingin segera aku mengakhiri sebelum semuanya terlalu jauh karena hatiku yang teramat membatu dan masih berdiri di satu pintu.

Kita mulai beriringan. Namun, aku terlalu sering mengabaikan hal yang justru itu kau khawatirkan. Aku menutup mata bahwa sebenarnya ada kesabaran yang sedang kau tunjukkan. Ada cinta yang sedang kau tabur dan siap ku tuai kapanpun aku mau. Kekecewaanmu yang kau genggam rapat-rapat. Pilumu yang tak pernah kau ucap, sebenarnya aku menyadari itu tetapi aku pura-pura buta. Kau masih  dipendiriannmu. Menerima apa adanya aku. Selalu saja mengatakan bahwa kau mencintaiku, tak mempermasalahkan bagaimana aku dulu.

Mungkin aku masih terlalu mencintainya. Hingga aku berdoa pada Tuhan, setidaknya kutemukan sama persis dengan dia yang masih utuh di hatiku. Tetapi, yang kudapat dirimu yang berbeda jauh dari dirinya yang dulu. Aku sempat putus asa manakala hatiku masih tak ingin beranjak pergi dari patah hati. Seharusnya kau marah. Namun lagi-lagi kau tunjukkan kebesaran hati.

Kau dengan tenang mengatakan bahwa dirimu mengerti situasiku. Kau yakinkan aku bahwa drama hati yang kujalani saat ini, pasti akan berakhir indah tak seperti sebelumnya. Kau mengajarkan bahwa bahagia itu diciptakan berdua, bergantung antara satu dengan lainnya. Hingga akhirnya aku luluh dengan tulusnya cinta yang kau sajikan dalam bejana penuh dengan bahagia.

Kau tak ingin membuat deretan janji yang nantinya tak sanggup untuk tepati. Kau selalu  menguatkan hatiku mencoba memupuk sebuah rindu, bahwa saat ini ada dirimu yang mencintaiku. Kini kesabaranmu berbuah manis. Hadirmu perlahan mempu menyadarkanku. Aku mendapatkan yang lebih baik dari dirinya yang kumiliki dulu. Kau mengembalikan fitrahku bahwa wanita itu mulia. Patut dicintai oleh lelaki yang mampu membuatnya berpikir dewasa. menjadi wanita yang berarti untuk seseorang yang ditakdirkan untukku. Dan itu kamu!.

Jika Semuanya Bermula Dari Aku Yang Mencintaimu Lebih Dulu

Aku tak menampik, jika rasa yang muncul dimulai dari aku. Iya. aku yang mulai mencintaimu lebih dulu. Aku yang mulai terpesona dengan gagahnya dirimu. Aku terlena dengan kebaikkan yang kau tunjukkan itu. Hingga kuberanikan diri untuk mendekat. Aku tak mempersalahkan ketika cibiran nyaring terdengar bahwa seorang perempuan tak pantas jika lebih dulu mengutarkan cinta. Aku mampu mengabaikannya. 

Bukankah jatuh cinta itu terlihat ngilu jika hanya dipendam rapat-rapat dan hanya bisa menatap. Jadi, kupastikan saat itu aku mulai mencoba meraih tanganmu. Selalu berada tak lebih dari dua meter posisimu. Namun kau tampak acuh hingga aku ingin menyerah saja. Begitu sulitkah jika impianku memilikkimu berganti menjadi teman yang selalu disampingmu apapun kondisimu.

Tapi ada takdir yang sedang bermain hingga aku dan kamu menjadi kita. Kamu harus tau betapa bahagianya aku waktu itu. Kamu mau membuka hati dan menjadikan aku bagian dari masa depan dengan penuh kepastian. Aku percaya dengan pernyataan yang penuh cinta. Bahkan tak ada alasan untuk kita lepaskan ikatan. Kita menjalani hari-hari penuh cinta. Berjanji untuk menyamakan tujuan dan menyamarkan perbedaan. Memahami prinsip masing-masing. Seolah aku dan kamu menjadi kita selamanya.

Lambat laun, sadar atau tidak masalah kecil menjadi besar. Selalu ada alasan untuk kita terus mempertahankan ego masing-masing. Apa waktu menjadi pemisah yang kejam hingga dirimu pindahkan hati yang dulu terisi penuh oleh aku. Entahlah, tiba-tiba jatuh cinta tak semenarik dulu. Kamu mengatakan bosan padahal mataku tak pernah berpaling menatapmu. Meski berkali-kali aku yakinkan jika aku mencintaimu dan takut kehilanganmu. Nyatanya kamu tetap memilih berpisah. Jika hatiku ini kaca, mungkin sudah pecah belah. Aku harus menelan kecewa jika cinta itu kandas. Tak baik jika aku memaksa kita harus tetap bersama. Kini, patah hati harus aku alami. Aku tak ingin seseorang yang kucintai terluka. Mungkin lebih tepatnya, aku juga tak ingin terluka lebih parah.

Mempertahankan sesuatu tanpa cinta didalamnya itu tak benar. Bagaimanapun juga tentang kita, aku yang memulainya. Pada fase ini aku lupa jika jatuh cinta itu semuanya mutlak tentang cerita bahagia. Sedangkan aku melihat bahwa bahagiamu tak perlu lagi denganku. Tak perlu lagi aku sebagai kekasih yang sebenarnya ingin ada untukmu.

Untuk Yang Jatuh Cinta Berlebihan

Aku percaya dengan sepenggal kalimat bahwa cinta itu indah namun kadang penempatannya yang salah kaprah. Mengiyakan segalanya asal bahagia di depan mata, hingga menghancurkan cinta lainnya. Mengabaikan banyaknya cela dengan dalih jatuh cinta itu lumrah. Sungguh luar biasa salah jika seseorang terlalu mencintai kekasihnya dengan cara seperti itu. Menyalakan cahaya pada ruangan yang sudah terang keadaannya.

Ketika memutuskan untuk jatuh cinta. Maka siapkan juga untuk terluka. Bisa jadi ketika kamu sudah kepayahan berusaha untuk menyakinkan dia perihal hatimu yang berbunga-bunga. Mengirim sinyal tentang rasamu yang butuh diperhatikan, Namun dia keukeuh menolak dengan caranya agar tak menyakitimu. Masalah hati tak pernah ada yang tahu. Mungkin kamu menganggap bahwa kebaikkanya padamu didasari oleh rasa yang juga sama kau rasakan padanya. Namun pada kenyataanya itu berbeda karena dia berlaku sama pada lainnya.

Sedangkan kamu yang tak pernah lelah mengejarnya. Kamu yang tak pernah lelah menjaga cintamu padanya. Semoga perjalananmu yang menggantungkan bahagia pada dia yang terlalu kamu cintai tak berakhir luka. Kalaupun kamu tau bahwa terlalu mencintai tak baik tapi masih saja setia kamu lakukan. Maka berpura-puralah jika itu tak sakit. Karena resiko yang kamu ambil dari terlalu mencintai tak kau hiraukan sama sekali.

Baca Juga :Tersenyumlah Hati Yang Patah

Saranku, cintai dia yang pas-pas saja. Tak terlalu dan berkurang dari porsinya. Dengan begitu ketika berpisah kelak kamu mudah melupakannya. Tentu tak penting menjadi satu dari sekian banyaknya alasan untuk terus menerus menyimpan dia yang melukai terlalu banyak. Untuk apa mencintai yang sudah memilih pergi. Menempatkan dia pada tempat yang megah sedangkan dirinya tak betah untuk singgah lama-lama.

Menurutku jatuh cinta yang teramat dalam justru menyengsarakan. Mengendapkan satu nama dan mensubsidinya dengan cinta berlebihan. Dan ketika kamu disesatkan oleh waktu yang saat itu mengujimu. Saat dia yang kamu puja memilih lepas dari pelukan hangatmu. Melangkahkan kakinya dengan ringan meninggalkanmu yang sudah terlalu dalam jatuh cinta padanya. Yang kamu dapat dari semua itu hanya derita.

Karena terlalu banyak, kamu tak kunjung bangkit dari kecewa. kamu terjebak dengan kenangan yang tak ada abis-abisnya terbayang. Bukankah itu hanya melukaimu kemudian. Hingga Hilang akal dan tumpul ketika berfikir tentang melepaskan. Kamu tak mempersiapkan tentang kepergian. Padahal seharusnya kamu sadar bahwa ketika ada penyambutan kedatangan tentu akan ada perpisahan.

Cintai dia dengan bijaksana. Tanpa mengurangi fitrahnya jatuh cinta. Sesuai kemampuanmu untuk bisa menahan nestapa ketika dia tak bisa membalas rindumu. Tak perlu menjadi paling hebat untuk tetap mencintai dia dalam ketidakbahagiaan. Kamu hanya perlu bertanggung jawab atas cintamu pada ia yang tak nyaman ketika kau ada. Lepaskan dia yang tak pernah menghargai usahamu berjuang. Karena dia bukan orang yang layak mendapatkan dirimu yang selalu berkorban perasaan. 

Lamaran Untuk Sri

Sekarang ini, lebih dari sering Sri dapat pertanyaan ”Sri, kamu sudah siap menikah?” daripada pertanyaan “kapan kamu nikah?”. Menjadi lumrah jika topik menikah ditanyakan pada Sri, mengingat 25 tahun berlalu, tapi dirinya masih belum juga memamerkan kekasih halalnya. Sri hanya tersenyum mendengar pertanyaan manis berbalut penasaran itu. Bukan karena lucu. Tapi tiba-tiba saja Sri teringat seseorang yang membuatnya harus menjawab mantap. Mungkin karena seseorang itu, Sri menjadi yakin bahwa menikah adalah rencana kedepan yang harus ia pikirkan matang-matang.

Sebenarnya ada banyak cerita yang ingin dia sembunyikan dari banyak orangDia Ingin menikmati sendiri setiap detail prosesnya. Nanti, ketika itu sudah waktunya, dia berencana akan bagikan dalam bentuk cerita panjang. Tapi tak apalah, sekarang ini mungkin untuk menjawab rasa penasaran dari banyaknya pertanyaan tentang kesendiriannya, Ia akan mulai bercerita pelan-pelan meskipun ujungnya dirinya juga juga masih penasaran.

Begini. Dia- Seorang lelaki yang bernama Cecep yang sebenarnya sudah ada bertahun-tahun lamanya. Mengenalkan diri sebagai teman dan Sri pun menyambutnya tanpa ada perasaan. Karena Cecep adalah teman, tak salah jika setiap candaan yang dia lontarkan dibalas oleh Sri dengan cekikikan. Setidaknya interaksi yang coba dia bangun tak Sri gugurkan dengan sikap dingin nan kaku. Sri  menjadi teman berbagi cerita disela-sela waktu istirahat dari lelahnya bekerja. Menurut Sri, Itu tak masalah selama hal itu masih obrolan umum yang dilakukan antara teman lama yang jarang bersua.

Saat itu tepat dengan kondisi Sri yang sedang patah hati. Sedang mencoba merakit kembali puing-puing harapan yang berantakan dari pelukan seseorang yang tiba-tiba hilang ditelan bumi. Luka masih setia singgah di dadanya. Hingga Sri memutuskan untuk sediri dalam waktu yang lama. Tak ada niatan untuknya jatuh cinta kembali pada orang baru. Sedangkan Cecep, tak jelas apa yang dikerjakan, dia rasakan, ataupun kepada siapa hatinya disisipkan. Sri tak ingin tahu terlampu jauh, karena itu bukan kehidupannya.

Entah karena apa semuanya menjadi terasa dekat. Padahal tak pernah ada kesepakatan apapun yang meng-kita-kan Sri dan Cecep. Menjadi seseorang yang enak diajak berbicara ataupun bercanda. itu hal wajar dan bukan sesuatu yang harus dipikirkan dalam-dalam. Tapi semesta mulai berkonsiprasi dengan hati Cecep. Hingga ia mengatakan rasa suka pada Sri yang masih sibuk mencari penyembuh.

Namun, Sri masih belum percaya tentang asmara, apalagi tentang jatuh cinta. Mungkin karena hatinya masih perih jadi apa-apa yang coba Cecep katakan hanya menjadi angin belaka. Tidak hanya Cecep, tapi ada Cecep-cecep lainnya yang juga melakukan hal sama. Mengumbar kata cinta serta berjanji setia pada Sri yang masih sulit untuk menerima. Seperti yang sudah-sudah. Sri pun mengatakan tidak, meskipun itu juga sama sekali tak menenangkan hatinya yang masih kelabu dan sekeras batu.

Waktu telah berlalu, Sri pun tak kunjung redakan gelisah tentang penantian Cecep yang masih menunggu. Cecep tak henti-hentinya menyakinkan Sri bahwa jatuh cinta itu indah, kalaupun terluka itu adalah bumbunya. Setidaknya tak menyerah pada masalah. Namun, penantiannya ternyata memiliki batas waktu. Mungkin juga saat itu Cecep juga lelah menungguHingga dia singgahi hati wanita silih bergantiSri tahu dan sama sekali tak menaruh cemburu. Karena memang Sri tak bisa menjanjikan hatinya akan berlabuh pada dia nantinya. Dirinya berpikir pertemanan yang indah sudah lebih dari cukup. Tak akan ada yang pergi ataupun menyudahi. Dan tak ada seseorang yang akan patah hati nanti. Meskipun sebenarnya Sri sadar bahwa Cecep juga  terluka diwaktu yang sama.

Tahun berlalu, Cecep menghentikan persinggahannya pada banyak wanita, dan mulai berusaha untuk menyakinkan hati Sri lagi . Hingga semuanya menjadi tak percuma, Sri melunak dengan sendirinyaSri mulai tergerak hingga berpihak pada ia yang jauh dari sempurna.  Sri perlahan-lahan luluh dan menyerahkan semuanya pada waktu. Sri percaya bahwa waktu adalah penyembuh yang paling ampuh. Meski tak sepenuhnya cinta itu tumbuh. Setidaknya dirinya mampu alihkan sebagian dunia Sri yang sempat kelabu. Barangkali itu salah satu cara untuknya memulai kebahagiaan baru. Mempersilahkan Cecep yang masih keukeuh untuk berjuang menuju temu. Hingga suatu ketika. Saat Cecep lelah untuk mengajak bersama diarah yang salah. Dia menggantti kalimat pertanyaanya Boleh aku minta kamu dibapakmu?”.

Meng Iya Kan Keadaan


Pada satu titik, kita akan merasa lelah untuk memperjuangan. Padahal sudah bersusah payah tak membiarkan diri jatuh dan selalu menyakini bahwa bersungguh-sungguh akan mendapatkan balasan yang indah. Ada pepatah yang mengatakan bahwa hasil tak akan menghianati usaha. Jika ditarik garis tengah, itu artinya, apa yang di dapat setidaknya akan sepadan dengan apa yang telah dilakukan, seharusnya begitu kan?. Namun ternyata, itu tak berlaku untuk hatiku.

Aku pernah memperjuangan seseorang. Mulanya kupikir ini hanya sebuah perteman biasa antara dua orang yang memiliki kecintaan pada banyak hal yang sama. Tapi nyatanya, berlama-lama bersama dia menjadi saat-saat yang membahagiakan. Aku beranikan diri menaruh harap dan mendekat. Memantaskan diri untuk mendampingi dirinya. Berusaha untuk menjadi orang pertama yang selalu dicari. 

Tapi sayangnya, perjuanganku harus kuhentikan cepat-cepat, lantaran aku tau jika ia memiliki hati yang harus dijaga. Yang hatinya sudah sudah penuh cinta, tanpa permisi tiba-tiba aku masuk kedalamnya. Mungkin saja saat itu aku terlalu terbawa suasana. Hingga apa-apa yang dilakukannya padaku, kuanggap sebagai bentuk rasa yang juga kumiliki untuknya.

Aku mulai tahu dari sosial media, tepat ketika dirinya mengposting cerita indah dengan belahan jiwanya. Ya!, sebuah foto yang kuinterpretasikan berbeda dengan foto-foto lain yang ada diberandanya.  Foto bersama seorang perempuan yang mungkin itu dia yang dicinta. Aku melihat rona bahagia dari senyum yang dia sematkan diujung bibirnya.

Aku mundur perlahan, memastikan diri untuk beranjak sejenak meluapkan kekesalan hati karena jatuh cinta pada seseorang yang telah memiliki. Apakah waktu itu aku salah mencintai? Sedangkan ia juga tak pernah sekalipun bercerita dengan siapa melabuhkan hati yang perlahan-lahan mencuri perhatianku.

Bagiku, Dia itu istimewa meskipun aku tak bisa memiliki, namun tak sedikitpun membuatku kelelahan mencintai. Melalui dia aku jadi paham, jika diamnya seseorang juga bisa membuat jatuh hati secara berkala. Tiba-tiba terpana dengan sosok yang ternyata tak jauh dari kita.

 

Cukup Cintai Dirimu Sendiri Dulu

Jika kamu bertanya bagaimana caranya melupakan masa lalu. Aku tak punya jawaban khusus. Hanya saja setelah berpisah. Apapun proses perpisahan itu, terlebih lagi jika dimulai dengan rasa kecewa.  aku memilih untuk tak menyimpan dendam apalagi membencinya. Meskipun perpisahan itu menjadi hal yang berat untuk diterima. Tidak perlu lagi saling menyalahkan, menyinggung ataupun memperdebatkan mana yang benar. Nyatanya, karena berpisah, aku semakin sadar bahwa bersama akan terlalu sering menimbulkan pertengkaran. Kecewa, tentu itu hal yang tak bisa  dihindari. Aku pun begitu. Mengunci diri dalam sepi. Mencoba menenangkan hati yang kacau karena sakit hati.

 Tapi aku tak ingin terlalu larut hingga aku sering mengabaikan perasaanku yang lain. Ingin merdeka dari hal-hal yang membuat dada sesak bahkan nyeri. Tak ada gunanya berlama-lama meratap. Menimbun harapan yang hanya berujung ketidakpastian di masa depan. Barangkali berpisah memang jawaban semesta untukku dan dia. Dengan begitu masing-masing akan mulai belajar menata ulang apa makna cinta yang sesungguhnya.

Melupakan memang bukan hal yang mudah dilakukan. Banyak kenangan yang tiba-tiba datang untuk menggagalkan. Aku pun mengalami masa itu. Ketika bersikeras untuk melupa, kemudian rindu menyapa hingga tak terasa hal itu menjelma menjadi air mata.

Melewati fase memaafkan itu terlampau sulit. Apalagi melupakan seseorang yang kita indahkan dengan perasaan sayang, namun menyakiti kemudian. Waktu pun terasa berjalan lambat mana kala aku yang dulu terus merengek untuk mengulang kisah yang seharusnya tenggelam. Aku masih belum rela untuk menanggalkan hubungan yang gagal.

Sekali lagi, aku tak punya kiat khusus untuk bisa beranjak dari masa lalu. Aku hanya ingin damai dengan dengan keadaan. Lalu, aku mulai ubah jalan pikiran. Belajar memaafkan dan mengikhlaskan. Kalau memang dia memilih pergi, maka akan kubiarkan ia pergi, meski luka di hati sengaja tak ia bawa dan harus kucari obatnya sendiri. Dia telah memilih jalan yang menurutnya itu sesuai dengan kehendaknya. Aku pun juga begitu akan mengambil jalan sesuai keinginan hatiku ini, bahagia meski tanpa dia.

Yang aku lakukan kala itu adalah adalah cukup belajar cintai diri sendiri dulu. Tak mengungkit lagi yang sudah-sudah. Membiarkannya lewat begitu saja.  Terseok? Itu pasti tak perlu lagi tanya berapa lama yang kubutuhkan untuk pulih. Namun, aku tak mau kalah dan tetap ku jalani. Sebab, dengan mengungkit masa lalu aku hanya akan memperkeruh warna hati yang saat ini sudah berwarna jingga menyala seperti senja yang warnanya begitu indah diterima mata.

Lelaki Yang Mudah Berganti Hatinya

                          

Harusnya aku tak berurusan dengan dirimu, lelaki yang sebenarnya berpunya namun banyak tingkah. Mengumbar janji mesra, Mengatakan akan berjuang demi cinta pada satu wanita. Tapi pada kenyataanya, beberapa kali aku tangkap mata dirimu sedang bersama dengan wanita berbeda wajah. Apa itu tandanya kau ingkar dengan apa yang kau katakan. Entahlah, aku hanya akan mengamati.

Seringkali aku peringatkan dirimu jangan mudah jatuh cinta hanya dengan sebuah percakapan singkat tanpa pernah bertatap. Kau pun setuju. Tapi tak lama setelah deklarasimu, kau mulai memperlambat daya ingat dan berdalih bahwa kedekatanmu dengan wanita hanya sebatas teman bicara. Sedangkan kau ketahuan terjebak kisah asmara dengan dia yang terlihat mempesona.

Pada akhirnya, wanita yang sering kau sanjung dengan berbagai kelebihan itu membuatmu kepayahan. Dan seketika itu pula kau tinggalkan dengan berbagai alasan. Padahal semua itu kembali lagi padamu, kau yang terlalu kaku dan tak menerima kenyatan jika apa yang dikatakan adalah benar. Mulai menerka-nerka kesalahannya dan kenapa dia berubah. Seolah dia salah dan kau kecewa. Namun, tak berapa lama  kau kembali lagi dengan cerita baru, memindahkan hatimu pada hati baru begitupun seterusnya.

Aku memastikan tak larut dalam segala cerita asmaramu. Cukup memposisikan diri sebagai teman yang baik. Mendengarkan, sesekali memberi saran ketika kau butuh jawaban. Sejujurnya, apapun yang kau sampaikan perihal kisah cintamu, tak pernah kupikirkan dalam-dalam. Sedikit banyak aku mulai paham dengan kebiasaanmu mengartikan kedekatan. Kau lelaki yang mudah jatuh cinta, lebih tepatnya mudah tergoda.

Apa benar jika cinta akan timbul seiring berjalanannya percakapan?. Entah disebabkan oleh apa, mungkin waktu itu pikiranmu sedang tak jernih. Tiba-tiba tak ada angin ataupun hujan kau mulai mengatakan rasa suka. Merangkai kata yang bertujuan supaya aku menjadi milikmu. Sayangnya, aku mulai mengerti bagaimana sosokmu. Aku sudah mengunci hatiku rapat-rapat dan tak membiakan kau masuk meskipun membawa segudang impian yang aku inginkan dari seorang pasangan. Aku hanya ingin hatiku dilindungi dari seseorang yang tak paham dengan kesungguhan.