Lanjut cerita travelling kemarin yuk. Yang itu loh, cerita dari artikel beberapa waktu lalu tentang merasakan menjadi warga solo sementara. Jadi, selama di Solo aku berpikir kenapa gak sekalian jalan-jalan ke Jogja dengan kereta, toh ya mumpung di sana ada adek dan kereta Solo-Jogja juga lumayan murah, kalau di banding perjalanan menuju Mojokerto - Jogja , better begini lah . And Here we go!
Keribetan Proses Check In KRL Solo - Jogja
Tibalah waktunya aku pergi ke Jogja setelah empat hari tinggal di Solo. Setelah sarapan dan menyediakan outfit of the day, kami bergegas menuju stasiun Solo Balapan dengan transportasi online. Drama di mulai setibanya di stasiun. Jadi, karena ini pertama kali aku dan adekku menggunakan KRL. Kami sempat kebinggungan untuk memulai alur menaiki kereta tersebut. Setibanya di lantai dua, khusus untuk jalur KRL petugas loket info jika pengisian e-money dengan menggunakan kartu indomaret masih belum bisa, jika ingin tetap melakukan isi ulang bisa langsung datang ke indomaret, karena waktunya mepet kami ditawari opsi kedua, kami bisa membeli kartu baru seharga 38k dengan saldo 10k, atau jika tidak berkenan, bisa menggunakan e-wallet Link Aja. Sebenarnya menggunakan aplikasi tersebut paling mudah menurutku, tinggal tap di gate kereta KRL nanti. Oke! Kami memilih turun ke gate kereta dan check in dengan tap menggunakan e-wallet saja. Anyway untuk harga peron KRL ini 8k aja ya. Murah kan?. tapi alurnya bikin pusing. Hehe
Selepas tab e-wallet di gate sistem, ternyata satu akun hanya untuk satu orang. Baiklah karena yang punya Link Aja hanya aku, akhirnya adekku segera download aplikasinya. Setelah ter-download dan terisi saldo barulah kami bisa lolos check -in. Pikirku begitu, tapi kenyataannya beberapa kali ngetap dengan hape, entah kenapa rumit sekali, yang gak terdeteksi lah, signal ngadat lah. duh .. syulit, tapi dengan banyak kesabaran akhirnya kami masuk kereta KRL. Keretanya nyaman tidak penuh sesak. Tempat duduknya pun memanjang dan berhadap-hadapan. Hampir penuh karena banyak yang ternyata turun dengan tujuan Jogjakarta.
Setibanya di stasiun Tugu Jogja pun sebelum keluar ada gate khusus untuk para penumpang di harap scan log out aplikasi ataupun tab e-money yang menandakan jika penumpang sudah keluar dari stasiun. Sejauh pengalamanku menggunakan kereta, hanya di KRL ini, aku harus tap check in dan check out, emang gitu ya aturannya?
Baca Juga: Jogja 3D2N - Dari Tamanari ke Yamie Panda Taman Siswa
Well, untuk mempermudah transportasi saat di sana, aku memutuskan untuk menyewa motor, toh ya ini hanya kegiatan tak sampai satu hari penuh, motor jenis beat tahun 2019 di harga 75k dengan persediaan bensin 3 bar. Oke cukuplah buat muter-muter yang gak tau kita bakalan muter kemana aja. Hehe
Rute pertama setelah janjian dengan dealer sewa motor di depan stasiun, kami memutuskan untuk kulineran sembari makan siang. Tempat makan yang ingin sekali aku kunjungi lagi setelah terakhir kali di bulan Mei lalu bersama keluarga. Yamie Panda yang ada di taman siswa. Entah kenapa tempat makan dengan tema oriental warna merah, dan mural panda yang ada di dinding dalam resto ini sangat melekat di benak. Selain karna tempatnya yang nyaman, menu yang disajikan juga enak, itu sebabnya aku memasukkan Yamie Panda sebagai wish list kuliner di sini.
Lanjut, tempat yang ingin kami kunjungi adalah Tempo Gelato. Kedai Gelato yang menjadi tempat impian adekku ini sukses membuat siapaun terpana ketika mulai membuka pintu di tempat tersebut. Masuk lokasinya, widih bener-bener keren. Betah di sana walau hanya menghabiskan uang 30k untuk menikmati cone gelato 2 rasa dengan porsi yang menurutku itu lumayan. Gelatonya enak, tempatnya pun instagramable. Hehe Cukup puas dengan beberapa kali take foto di sana, kami memutuskan untuk lanjut ke destinasi selanjutnya.
Jalan-jalan ke Jogjakarta, rasanya gak afdol kalau enggak ke Mallioboro. Mampir sebentar ke masjid agung Jogja yang berada di Mallioboro untuk sholat dhuhur, kami melanjutkan dengan duduk cantik di kursi yang di sediakan di trotoar sepanjang jalan Mallioboro. Melihat sekeliling area Mallioboro banyak yang berubah ternyata, dulu selalu riuh dan sesak ketika banyak pedagang kali lima di selazar toko Mallioboro menawarkan barang dagangannya, kini, semuanya telah berpindah ke tempat yang dinamakan Teras Mallioboro. Namun Mallioboro kini nampak tertata rapi. Gerai Mallioboro yang dulu tak terlihat gara-gara tertutup dengan pedagang kaki lima, kini menampakkan kemolekkannya dengan lampu warna-warni.
Setelah cukup puas mengumpulkan tenaga. Aku yang dulu sempat menyesal tidak foto di tempat dengan tulisan Jl Mallioboro, kali ini aku berencana mengabadikannya. Haha. Beberapa take foto dengan hasil yang lumayan membuatku tersenyum puas. Setelahnya, karena ingin foto dengan background Bank Indonesia, Pos Indonesia dan Bank BNI di ujung Mallioboro, aku dan adekku memutuskan untuk berjalan dari tempat kami berada menuju ujung Mallioboro sebelah utara. Sesungguhnya itu adalah kesalahan yang menurutku fatal. Kwkwk
Kupikir, jarak tempuh ke ujung Mallioboro dekat, ternyata cukup membuat kaki linu karena terlampau jauh. Haha. Mungkin karena kami jarang berolahraga, jadi jalan dari salazar Teras Mallioboro ke ujung Mallioboro terengah-engah. Berhubung di sana cuaca masih terik, karena jam menunjukkan pukul 2 siang, jadi tidak banyak pengunjung yang datang meskipun beberapa kali kami menemukan turis bersliweran. Lagi-lagi kumpulan foto sudah cukup diabadikan dan dijadikan story sampai beberapa bulan ke depan. Lanjut!
Seperti kebanyakan orang, kami sangat excited jika itu menuju tempat yang ingin kami datangi dan sangat malas ketika kami harus kembali ke parkiran motor. Sekali lagi, jarak menjadikan kaki kami yang linu-linu ini memohon untuk ngaso tempat yang di sediakan beberapa saat. Memberikan motivasi “kapan lagi kayak gini” ternyata masih belum cukup menghilangkan rasa lelah karena berjalan jauh. Okelah semangat, karena selanjutnya kami berencana untuk membeli oleh-oleh khas Jogja dan makan malam. Untuk makan malam, aku berencana membeli Gudeg Yuk Djum, sayangnya si adek tidak suka dengan makanan yang terlalu manis menurutnya. Dan lagi, karena dulu sempat kena prank makan di emperan Mallioboro dengan harga fantastis, akhirnya dia memilih untuk membeli Mcdonals sedangkan aku sekali gudeg tetap gudeg. Hahah. Yaealah jauh-jauh makannya begitu, tapi yaudalah ya, namanya juga pengen, kan Gudeg khas Jogja yaa.
Mengingat masih ada waktu 3 jam dan saat itu masih pukul 4 sore, rencana kami akan menuju Tugu Jogja, sekali lagi, ke Jogja enggak datang ke tempat iconic itu sangat disayangkan. Tetapi, karena cuaca saat itu diselimuti awan gelap lalu tiba-tiba hujan dengan volume yang cukup bikin gak nyaman, kami mengurungkan niat tersebut dan memilih kembali ke stasiun dan itu tandanya kami harus mengembalikan sewa montor yang seharusnya masih bisa kami gunakan sampai jam 7 malam. Rasanya memang kurang sih maennya. Jogja dalam satu hari dengan kondisi seperti itu memang sangat kurang, sayang juga biaya sewa motornya, tau gitu kemana-mana bisa naik transportasi umum aja lebih hemat. Haha.