Merasakan Menjadi Warga Solo Sementara

Assalammualaikum pembaca budiman, bagaimana kabar kalian, fine kan ya ?.

“Kota Solo, kota tempat kesenian asli,

tarian indah murni irama yang mengiringi”.

Pernah dengar lirik lagu keroncong Om Mus Mulyadi ini? Fix kalian generasi tahun 90-an. Hehe.

Siapa sih yang gak tahu dengan kota kecil nan cantik di salah satu wilayah Jawa Tengah ini. Kota kecil yang lekat dengan kesenian dan setuhan tradisionalnya. Kecil-kecil cabe rawit ini namanya – Solo.

Beruntung sekali aku berkesempatan tinggal di kota penuh budaya ini dan menjadi warga lokal walaupun untuk sesaat. Dinas suami lagi-lagi membawaku merasakan pengalaman baru yang seru entah itu wisata baru, kuliner baru ataupun penginapan baru. “Betah di sana?” pertanyaan paling depan, padahal ya di sananya gak permanen, Hehe. jujurly betah-betah aja, selagi tempat tersebut dekat mini market dan akses kemana-mana mudah, I’m fine bahkan akan sangat betah karena gak kesulitan sekedar untuk menemukan camilan.

Baca juga: Nongkrong Asyik di Tropical Coffee Surabaya

Bisa dikatakan tinggal di Solo dan di Mojokerto tempat aku berdomisili sekarang sama saja. Loh kok?. Iya ya, karena sama-sama di kota kecil, karena aku besar di kota Surabaya yang notabene itu termasuk kota terbesar kedua di Indonesia, so kota kecil di mana pun aku berpijak sekarang menurutku sama saja. Lagi nih, kalau ada celotehan yang bilang coba hidup di pedesaan nah itu beda cerita yaa.. karena yang di maksud udah spesifik pedesaan, sedangkan yang aku bahas kota kecilnya. Hehe. 

Ditambah ternyata untuk siang hari, Solo sama panasnya dengan di Mojokerto. Apakah kalian juga merasakannya pembaca budiman, sama-sama  cuaca siang yang terik cukup  menyengat kulit.

Kelas Ekonomi Sancaka berasa Eksekutif

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan online dan tugas rumah tangga. Berangkatlah menuju kota Solo dengan kereta Sancaka premium. Anyway gerbong Premium ini ternyata gerbong ekonomi versi kereta Sancaka, tapi pelayanannya oke. Gerbongnya gak seperti gerbong kereta ekonomi dhoho yang biasanya aku naikki, serius!  Ya kali aja ada yang protes kenapa ngebandinginnya dengan kelas Ekonomi kereta murah.  Ya karena kereta murah yang pernah aku tumpangi ya sejenis Dhoho, KRD, Sritanjung, Logawa, dan Jayanegera. Dari ketiganya tempat duduknya sama, bikin punggung kenceng. Hehe.

gerbong kereta sancaka premium

Nah Sancaka ini berbeda, tampilannya lebih elegan. Tempat duduknya empuk dan bisa diatur mundur setidaknya 120 derajat. Terdapat beberapa Layar TV di satu gerbong. Nggak takut kepanasan juga karena sudah dilengkapi AC yang dinginnya menyebar di seluruh gerbong. Setelah duduk di kursi yang aku pesan tak lama kereta mulai jalan. Datanglah seorang pramugari kereta api untuk memberikan maske KN95 secara gratis. Kupikir jalan kereta ini pelan karena aku sama sekali tidak merasakan goncangan yang berarti Ketika duduk. Ternyata aku keliru, ketika masuk toilet di dalam gerbong, kereta ini terasa sekali guncangannya, bahkan untuk duduk aman di toilet aja badan ikut bergoyang. Haha kereta ini melaju begitu cepat, aku tertipu. 

Bisa dikatakan kereta Sancaka tergolong kereta jarak jauh untuk kalangan menengah ke atas. Tampilannya eksklusif serta harga tiketnya yang cukup lumayan. Perjalanan Mojokerto-Solo Balapan dengan gerbong ekonomi premium di harga 125rb. Harga tiket yang cukup lumayan dengan perjalanan 2,5 jam. Tapi mungkin alasan tersebut juga mendasari PT KAI memberikan pelayanan yang maksimal kepada para penumpang. Oke Worth it!. 

Ini merupakan perjalanan jarak jauh pertama kali sendirian setelah beberapa tahun terakhir vakum akibat virus Corona. Tanpa Mas bojo yang biasanya selalu duduk di samping. Bisa nih nanti upload story dengan based suara kereta. Hehe. 

Setibanya di Stasiun Solo Balapan, tujuan pertama adalah menghampiri penginapan Mas Bojo. Perjalanan cukup singkat dari stasiun ke hotel tempat Mas Bojo menginap. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit aku sudah tiba di hotel.

Hotel Mewah Tengah Kota Solo

Setibanya di Hotel Solia Yosodipuro Hotel Solo, tempat di mana Mas Bojo menginap. Tampilannya sangat apik. Hotel klasik yang comfortable. Hotel Solo yang menurutku aman nyaman dan harganya relatif murah ini sangat memperhatikan ciri khas jawa tengahnya. Karena terkenal dengan provinsi yang kental sekali dengan budaya jawa, di hotel ini banyak memiliki kesan heritage yang bisa di temukan baik dari pertama kali masuk hotel ataupun di kamar. 

Perihal rating, setelah aku cek, di Traveloka  score-nya gak kaleng-kaleng, hotel bintang 3 ini mendapatkan rating 8,5/10, sedangkan di Agoda 8.9/10. Banyak yang mengatakan jika hotel tersebut memiliki pelayanan yang sangat memuaskan. Ternyata benar dong. Hampir seminggu di sini tidak ada keluhan yang berarti. Kamar selalu bersih, sarapan buffet selalu menggugah selera, pendopo yang asik untuk di jadikan tempat nongkrong, kolam renang bersih. Pelayanan maskimal, Top deh.

solia yosodipuro solo

Lalu kemana aja selama di Solo?. Hari pertama aku hanya mengabiskan waktu di hotel untuk istirahat sembari menunggu kedatangan mas bojo dari dinasnya. Di hari kedua aku memilih jalan-jalan sekitar hotel. Dalam perjalanan menuju hotel, aku sempat menemukan tempat bersejarah di dunia jurnalistik yakni Museum Pers Nasional Surakarta, jadi aku memilih mengunjungi tempat tersebut. Alih-alih mengunjungi tempat yang jauh yang saat itu aku tak tau mana dan dimana, aku lebih memilih berwisata di tempat terdekat dari hotel. Jaraknya hanya 7 menit dengan jalan kaki. 

Museum pers nasional Surakarta

Kebetulan saat itu sedang diadakan pameran foto internasional "Padma Candrageni" dengan tema yang di usung seputar gunung Merapi dan candi Borobudur. Semua foto yang terpajang di sana menarik untuk di abadikan.  Sampai pada akhirnya alur pameran tersebut membawaku tiba aku di ruang perpustakaan museum, kurang lebih 2 jam aku habiskan di perpustaan tersebut sekadar untuk melihat koleksi buku yang terpajang dan bermain handphone. 

Pameran padma Surakarta

Pameran padma Surakarta

perpustakaan museum pers nasional surakarta

Pameran padma Surakarta

Lanjut, karena sudah siang dan waktunya makan, aku membeli makanan sekitar museum dan berencana untuk memakannya di kamar hotel. Mungkin setiap kota memiliki penyajian ataupun untuk penyebutan makanan berbeda-beda ya. Fun fact!,  aku mencoba membeli gado-gado di pinggir jalan. Nah yang menarik, bumbu gado-gado ini ternyata menggunakan bumbu pecel. Setauku, bumbu gado-gado itu memang dasarnya dari bumbu pecel dengan tambahan kentang dan santan kelapa, sehingga rasanya gurih. Nah yang aku dapatkan ini literally bumbu pecel, kalian pernah gak sih mengalami hal demikian pembaca budiman? atau memang setiap kota bumbu masakannya beda-beda ya? hehe, yuk share gado-gado di kota kalian bumbunya seperti apa.

Di dekat museum tepatnya di penghujung jalan Gajah Mada, terdapat taman kecil, taman Ngesus Punggawan namanya. Seperti taman kota yang di bangun untuk penghijauan jalan. Selama di sana aku sering menemukan, jika taman tersebut di gunakan oleh bapak-bapak becak untuk ngaso (istirahat) sambil menunggu customer. 

Lanjut untuk kuliner di malam harinya, aku dan mas mojo memilih untuk mencoba mencari disekitar hotel saja karena memang malas untuk bepergian jauh. Banyak berjejer warung pinggir jalan yang mulai di buka di sore hari. Ada satu warung makan yang selalu rame sejak aku datang di Solo, namanya soto daging sapi Bu Hadi 2, aku dan mas bojo berencana mencobanya. Ternyata sejenis makanan dengan wadah mangkok ayam jago yang berisi soto bening dengan sayur kecambah sebagai topingnya, untuk lauknya bisa diganti namun harganya juga bervariasi. Enak sih, tapi menurutku porsinya kurang. Maklum doyan makan nih. 


soto daging sapi bu hadi 2

Anyway untuk harga makananya di sini ternyata hampir sama dengan di Mojokerto ataupun Surabaya ya, pricy menurutku. Hehe. UMR kota solo termasuk kecil, tapi kenapa biaya hidupnya mayan tinggi ya. Ini berdasarkan survey di setiap malam aku mencari makan di luar hotel. Harganya 11-12 dengan tempat makan yang aku datangi di kota besar. Mungkin karena kenaikkan BBM kali ya, jadi berpengaruh di seluruh aspek kehidupan di sini. Atau emang aku yang keliru berkunjung ke warung makannya. Entahlah yang jelas, mayan juga sih harga-harga makanan di sana.

Selain dengan niat yang kuat menyusul Mas Bojo di Solo, aku juga berencana untuk jalan-jalan di Jogjakarta dengan adikku. Nah fungsi adek di sini, sebagai partner jalan-jalan kalau mau kemana pun, hitung-hitung sebagai pengganti Mas Bojo karena doi sibuk mencari nafkah. Hehe. So, terplotlah jadwal untuk adek datang menyusul di hari ketiga saat aku di Solo. 

Aku dan adikku memiliki planning trip ke Jogjakarta tanpa inap. Setidaknya Jogja-Solo bisa di tempuh dalam waktu 1 jam dengan menggunakan KRL, lumayan juga menghemat biaya yang seharusnya dari Mojokerto ke Jogjakarta, sekarang jadi Solo – Jogjakarta. Hehe. Nah pengalaman pertama menggunakan KRL Solo-Jogja ini sungguh membingungan. Aku harus naik turun tangga, belum lagi harus top up E-Money, dan apabila menggunakan aplikasi, 1 aplikasi hanya bisa digunakan untuk 1 orang penumpang. Boom! aku dan adikku panik. Tapi untuk cerita jalan-jalan ke Jogja dengan menggunakan KRL ini akan aku ceritakan di judul lainnya. Hehe

Kuliner di Kota Solo

Hari ketiga berada di Solo karena adiku sudah tiba, aku berancana melakukan wisata kuliner. Rekomen Mas Bojo aku wajib mencicipi makanan khas Solo-Selat Solo. Rencana awalnya, kami ingin makan di Viens yang menurut Gmaps tempatnya itu tak jauh dari Hotel membutuhkan waktu 15 menit dengan jalan kaki. Namun karena satu dan lain hal ternyata kami kesasar hingga berjalan 30 menit. Sebenarnya bukan benar-benar kesasar tapi lebih ke salah resto Viens aja. Haha.  Harusnya yang kami datangi menuju Viens Pusat, tapi Gmaps yang aku klik justru ke Viens Lotte Grosir. Dodol banget kan. Haha. Karena aku dan adikku berekspetasi lebih enak di pusat. Alhasil kami memutuskan tidak masuk ke Viens Lotte Grosir dan lebih memilih order transportasi umum dari Viens Lotte Grosir ke Viens Pusat padahal posisinya kami sudah jalan 30 menit dan berada di depan Viens yang ada di lotte grosir. Sumpah ini beneran kegiatan nganggur hari itu. Haha

selat solo - makanan khas solo

Setelah memesan transportasi online, tibalah kami di Viens Pusat. Ngomong -ngomong selat Solo ini semacam makanan berkuah yang berisi sayur wortel, buncis rebus dan selada, ada pula potongan kentang goreng dengan toping daging dan telur ayam yang di bacem lalu di guyur dengan saus dan mustard. Nah sausnya ini mantap!. Seperti makanan yang rasanya pernah aku coba tapi entah itu apa, rasanya familiar. Hehe. Aku pastikan perlu mencobanya lagi jika aku ke Solo.

Lanjut, hari terakhir menginap. Nah dari sekian banyak hari, baru di hari terakhir aku bisa dengan lega jalan dengan Mas Bojo yang gak membahas masalah kerjaanya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Pura Mangkunegara di pagi hari sekitar pukurl 05.30. Lokasi ini jaraknya lumayan dekat dari hotel kurang lebih 400 Meter. Kebetulan di sana sedang ada event sepeda berlangsung. Digadang-gadang sebagai acara terbesar di Solo. Untuk acara pelepasan peserta dilakukan oleh Gibran Rakabumi selaku walikota Solo. 

Selepas dari tempat tersebut, karena kami berencana early check out karena ingin mengunjungi pasar Klewer, pasar tradisional yang menjadi andalan warga Solo.  Berada di depan pintu masuk pasar Klewer, aku juga sempat mengunjungi masjid Agung Surakarta. Saat itu juga Solo sedang mengadakan acara tahunan yang disebut Sekaten Solo. Acara ini berlangsung selama 1 bulan sayangnya hanya ramai ketika malam hari. Nah kebetulan saat itu aku harus bergegas ke tempat oleh-oleh lalu kembali ke stasiun.

So, itulah pengalamanku selama beberapa hari di kota Solo. Mungkin gak banyak explore tempat karena memang terbatas waktu dan memang planing untuk jalan-jalan aku fokuskan ke Jogjakarta. Tapi tak masalah, setidaknya aku paham bagaimana kehidupan di kota kecil yang penuh budaya ini.

Review Hotel: Seminggu Stay di Solia Yosodipuro Hotel Solo

review hotel solo murah aman

Solia Hotel Tampak depan

Assalammualaikum pembaca budiman, sehat ya? harus sehat dong. Dunia udah gila nih sama berita-berita di media, So bijak untuk menggunakan sosmed ya pembaca budiman!. Kebetulan selama beberapa hari ke depan aku tidak berada di rumahku sendiri-Mojokerto. Aku ikut Mas Bojo di tempat dia ditugaskan Solo. Alhamdulillah, tahun ini penuh berkah, lagi-lagi Allah baik banget. Selama beberapa hari ke depan diberikan jeda untuk tidak melakukan rutinitas harian.  Sebuah hadiah yang sama sekali tidak terfikirkan. Okay lets start, its time to break. lumayan nih pengalaman stay-nya bisa di  share di blog kesayangan lagi. Hehe 

Selama hampir satu minggu Menginap di Solia Yosodipura Solo banyak banget pengalaman yang aku dapatkan di sana. Sebenarnya gak bener-bener seminggu sih, karena si mas bojo berangkat lebih dulu, sedangkan aku menyusul beberapa hari setelahnya dengan menggunakan kereta api Sancaka. Setibanya di stasiun Solo Balapan aku langsung menuju hotel tempat mas bojo stay.

Keindahan Solia Yosodipuro Hotel Solo

Solia Yosodipuro Hotel dengan 9 lantai ini Merupakan hotel bintang 3 yang lokasinya sangat strategis di tengah kota Solo. Dekat dengan beberapa penginapan ataupun hotel berbintang, obyek wisata ataupun transportasi umum. Tepatnya di jl Yosodipuro No. 31-33. Jarak dengan setasiun Solo Balapan juga hanya hanya 1,3KM. tapi untuk orang seperti aku, yang mager banget, jadi aku pilih naik OJOL aja, gak sampe 5 menit eh aku udah tiba aja di depan hotel.

Menginjakkan kaki pertama kali di pelataran hotel, nuansa modern yang kental dengan ciri khas khas Jawa Tengah terlihat dari furniture yang melekat, loby, pintu masuk dan lantai hotel. Sebelum memasuki lobby, sebelah kiri teras hotel disediakan mini bar - Pendopo Terrace namanya. Dilengkapi akuarium yang diletakkan di ujung ruang dengan bingkai kayu, berwarna coklat tua. Terdapar pula sofa panjang berwarna abu-abu yang empuk, meja dan kursi yang terbuat dari rotan, menambahkan aksen heritage yang sangat melekat pada hotel ini. Menurut info, Pendopo terrace ini kerap sekali di gunakan sebagai tempat acara komunitas. Nah malam kedua stay di sana, kebetulan ada event komunitas vespa yang lagi kopdar. Sayang sih, gak bisa ambil fotonya karena situasi dan kondisi di terace hotel crowded banget. Hehe. Alhasil hanya bisa liat sebentar lalu naik lagi ke kamar.  

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

lobby hotel Solia Yosodipuro Solo

Baca Juga : Yakin Bukan Fomo?

Mendekati meja reseptionis, sudah disambut dengan para reseptionis yang ramah. Meskipun para reseptionis dan aku di batasi oleh sekat penghalang yang terbuat dari mika, nyatanya tak mengganggu proses check in. Sukak front liner yang model begini dah, helped banget. Tentunya dengan protokoler yang telah di sesuaikan.

To be honest first impression ketika memasukki area ini sudah wah. Hotelnya modern tapi enggak melupakan sentuhan tradisonalnya terutama di area lobby dan teras hotel seperti infoku di awal. Lobby pun cukup luas. Disebelah kiri meja reseptionis dari pintu masuk merupakan salah satu akses menuju restoran.  sebelum pintu masuk pun, di hadapkan dengan rak oleh-oleh yang di perjualan belikan ke tamu hotel, Sedangkan di koridor lobby disediakan welcome drink dalam teko dan tamu di persilahkan ambil sendiri. Minumannya pun bervariasi setiap harinya.

Reseptionis Solia Yosodipuro Hotel Solo

Front Office Solia Yosodipuro Hotel

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

lanjut, Setelah menerima key room, aku disugukan dengan pemandangan yang eye cathing sebuah kereta kencana yang di letakkan di tengah jalan menuju lift, aku menyebutnya lobby tengah. Memang tidak untuk di naikki, tapi sudah cukup membuat bibir menyunggingkan senyum bagus sekali hiasan di tengah lobby ini. Di lobby tengah juga di sediakan toliet umum untuk para tamu yang berdekatan dengan pintu masuk dari basement menuju lobby. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Tampilan Kamar Mewah Solia Yosodipuro Hotel

Mas Bojo stay di kamar deluxe lantai 7. Segeralah aku menuju room yang terletak di ujung koridor dengan langkah kaki yang nyaman karena lantai hotel ini dilapisi karpet empuk. Tidak seperti hotel bintang 3 kebanyakan, Kamar hotel ini bener-bener sangat luas, nyaman dan bersih juga. Sentuhan trasional khas jawa tengah juga nampak dari kamar ini. Ranjang king size dengan sprei putih, cat kamar yang didominasi warna abu-abu  headboard berwarna senada membuat kamar ini tampak serasi. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Fasilitas kamar ini pun juga lengkap. Lampu kamar juga nggak sendu-sendu amat. Pencahayaannya pas di kanan dan kiri tempat tidur. Terdapat 1 lemari dengan pintu geser yang besar dan beberapa hanger. Di samping ranjang pun ada tempat untuk meletakkan koper, lalu meja kerja dengan lampu duduk, safety box,  kaca kamar yang cukup untuk selfie. Hehe , 2 botol welcome drink,  teh, kopi, gula dan creamer yang masing-masing dalam kemasan dan selalu di refiil setiap hari, 2 sandal hotel, TV dengan channel dalam dan luar negri, pesawat telefon, WI Fi, kulkas mini, cofee & tea maker, pensil dan notes mini. Tak lupa terdapat pula room service apabila para tamu ingin memesan makanan yang di sediakan oleh Kunir Madu Restaurant di luar jam makan, namun tentunya hal tersebut tidak gratis. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel SoloReview Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Untuk toiletries nya juga oke. area basah dan kering di sekat oleh kaca tebal. Kamar mandi dilengkapi dengan toilet duduk, hot and cool water shower, wastafel, Cermin dengan diameter yang cukup lebar, 2 handuk mandi, 2 sachet sikat dan pasta gigi, shower cap, sabun mandi dan shampo dalam botol yang selalu di refiil setiap hari, semuanya di kemas secara elegan, ditambah dengan hair dryer.

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel SoloReview Solia Yosodipuro Hotel Solo

Keunikkan lainya dari hotel yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke -2 ini. Ternyata setiap tipe kamar di hotel Solia Yosodipuro di sediakan balkon, jadi bagi para tamu yang ingin merokok, bisa menggunakan area balkon tersebut, karena semua room adalah non smokingPemandangan kota Solo pun dapat ku abadikan dari lantai 7 tempatku berada saat itu. Siang ataupun malam pemandangan di balkon tetap indah. Suprisingly jika bangun di bawah jam 6 pagi, maka dari balkon akan menemukan pemandangan yang luar biasa indahnya yakni penampakan Gunung Merapi hanya dari lantai 7 hotel ini. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Sarapan di restoran Kunir Madu

Biasanya Bangun pagi langsung siap-siap membuat sarapan dan bekal. Tak bisa dielakkan diam di depan rak kulkas lalu menatap isinya, kira-kira apa aja bahan yang siap diolah selalu menjadi ritual pagi. Hehe. Nah, sekarang bisa leyeh-leyeh bentar berdua sama Mas Bojo sambil persiapan turun ke resto hotel untuk sarapan. 

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Resto untuk sarapan ada di lantai 1, dekat dengan area lobby depan ataupun para tamu bisa melewati pintu samping area lift. Kunir Madu Restaurant namanya. Jika melewati pintu samping resto, maka tamu pertama kali akan menemukan Gubukan Omelet dan Gorengan Jawa atau bisa di sebut ote-ote, tau kan ya ote-ote ini makanan apa? yuk perpaduan sayuran wortel dan gubis yang kemudian di uleni tepung lalu di goreng. 

Review Restoran Solia Yosodipuro Hotel Solo

Kunir Madu ini tempatnya sangat luas. Interiornya tertata apik dan menyejukkan mata. Setiap sudut ruang menarik untuk di foto.  Makanan yang di sajikan pun bervariasi mulai dari yang tradisional hingga western.


Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Di sajikan secara buffet dan diletakkan di setiap ujung restoran. Menurutku nyaman dan membuat para tamu tidak bergerombol untuk mengambil makanan. Anyway apapun makanan yang aku inginkan rasanya semua tersedia di Kunir Madu. Hehe. Meskipun stay di sana dalam waktu yang menurutku cukup lama dan beberapa item ada yang terulang, tak pernah membuat jenuh untuk terus mencicipi. Semuanya tetap menggugah selera

Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat. Dari pancake, sereal, Omelete, gorengan, salad buah & sayur, bubur ayam, bubur kacang hijau, dessert, spagetti, Tahu kupat, nasi putih, nasi goreng, kwetiau, dan masih banyak lagi. Rasanya tak sanggup untuk mencicipi semua menu hari itu, rapi semua menu terlihat enak.

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Review Solia Yosodipuro Hotel Solo

Santai di Area Kolam Renang

Sambil menunggu Mas Bojo dinas luar, aku juga siap-siap kerja online. Aku memilih area kolam renang untukku melakukan kegiatan pagi. Jarang-jarang juga kerja model kayak gini. Kolam renang dengan kedalaman 1,3m di hotel ini cukup satifiying. Berada di lantai 2, dengan kondisi outdoor-TirtaManik Pool begitu hotel ini menyebutnya. Kolam ini sangat aestetik. Bagi tamu yang hanya ingin menikmati pool ini tanpa stay sangat di perkenankan. Namun mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku. Oh ya, area pool ini juga bisa di akses dari restoran, dengan menaiki anak tangga yang telah di sediakan. Gimana-gimana cukup menarik bukan?

Gedung Solia Yosodipuro Hotel Solo

Sejujurnya, sangat menyenangkan di area ini, apalagi aku bisa menikmati langit-langit kota Solo, tapi kalau siang cuaca sangat panas. Hehe. Ternyata cuaca di kota Solo ketika siang terik tidak jauh beda dengan kota Surabaya ataupun Mojokerto. Beruntung di sana disediakan lounge chair dengan payung pantai dan Lazy bean sofa yang sangat nyaman untuk aku tetap melakukan pekerjaan tanpa takut  kulit terbakar matahari.

Kolam Renang Solia Yosodipuro Solo

Tempat wisata terdekat hanya berjarak tak kurang dari 500meter yakni Musium Pers Surakarta dan Pura Mangkunegara. Karena kota Solo merupakan kota kecil. Beberapa hotel saling berdekatan seperti Solia Yosodipuro dekat dengan Sahid Jaya Hotel, Grand Orchid Solo, Novotel Solo, Ibis Style dan beberapa hotel lainnya. Bisa kok di tuju dengan jalan kaki, kalau enggak mager ya. Pun dekat dengan dengan kuliner hits kota Solo, seperti Sate Kambing Mas Mardi ataupun soto daging sapi bu Hadi 2 yang setiap hari tak pernah sepi pengunjung.   

Baca Juga : Selamat memperingati 1057 hari pernikahan, Mas!

Jika ingin menikmati tempat makan ala anak muda, hotel ini juga dekat dengan Cafe Roti Bakar 543 bahkan posisi tepat di sebelah hotel. Kuliner lainnya pun juga tak kalah enak. Untuk makan malam aku mencoba mie godhok yang dimasak menggunakan bara areng. Jadi aroma khas nya tidak bisa di abaikan. Ada pula warung penyet yang menyediakan makanan Solo Timl. Sayang beribu sayang aku lupa memotretnya, but aku .  recomended banget mie dan Timlo ini.

Last Word 

Senang sekali memiliki pengalaman pertama long staycation di hotel ini. Menurut aku, Hotel ini cocok banget jika pembaca budiman menginap bersama keluarga ataupun untuk bisnis. Over all pelayanan dari management hotel nya mantap apalagi mendekati sarapan gak sabar menunggu menu apa hari ini, karena emang menu yang di suguhkan itu variasinya banyak banget dan semuanya enak-enak. Hehe.

Buat kalian yang pengen stay di Solo dan binggung mencari hotel Solo murah aman dan nyaman, aku rekomen hotel ini deh. Kalian gak akan kesulitan untuk cari tempat mana yang harus di kunjungi pun dengan kuliner malamnya, karena semuanya ada di hotel ini. 

Yakin, Bukan FOMO?

Apasih FOMO itu?

Assalammualaikum pembaca budiman, Pernah nggak kalian merasa panik gara-gara tertinggal informasi di media sosial yang saat itu hype banget, banyak dibicarakan oleh orang-orang, sedangkan kalian tak tahu apa-apa? Atau pernah nggak merasa baru saja tahu hal menurut kita itu “baru” eh sudah ada yang lebih baru lagi bahkan sudah menjadi trend. In the end merasa menjadi makhluk goa yang hidupnya jauh dari peradaban. Enggak gaul, kudet alias kurang update

Belum lagi, ketika menghabiskan waktu untuk berselancar di sosial media, lalu melihat status teman-teman yang dikenal meng-update status memiliki tas yang sedang dibicarakan banyak orang, berkunjung ke tempat yang hits, berkumpul dan staycation di hotel berbintang, pergi berlibur ke suatu tempat fancy atau ke pantai yang instagramable, makan di tempat mewah, memiliki gaji lebih tinggi yang bisa digunakan selama hidup satu tahun. Melihat seperti itu apakah pernah merasa gelisah lalu mulai mengkomparasikan hidup kita dengan hidup orang lain dan menyakini di setiap precious moment mereka seharusnya tak boleh terlewat sedikit pun. pernahkah?

Sadar atau enggak, fenomena itu disebut FOMO akronim dari Fear Of Missing Out. Sebuah istilah untuk menjelaskan tentang ketakutan atau ketertinggalan tentang sebuah tren yang sedang di bicarakan banyak orang, atau yang orang lain alami dan kita tidak terlibat di dalamnya. Sering ditemukan di era digital saat ini, FOMO dipicu oleh smartphone, barang wajib yang dimiliki setiap orang. Kenapa begitu? Karena ketika seseorang memiliki smartphone dia tidak akan bisa untuk tidak melibatkan segala aktivitasnya dengan sosial media. Entah itu upload, lalu mentions semua yang hadir di sana memberikan deskripsi yang cukup menyentuh ditambah kalimat yang sedikit hiperbola. Masalahnya kita tidak berada diantara mereka dan itu menimbulkan perasaan cemas. 

Baca Juga: Kisah Hari ini

Kenapa sih bahasnya beginian. why we have to being serious on this blog?.  Bukannya ini blog seneng-seneng yaa. Hahah. Tenang, bahasan ini menyenangkan kok. Sejujurnya pembaca budiman, aku menganggap ini hanya sekelabatan yang muncul dalam benak, yang barang kali bisa aku abaikan, tapi semakin lama tidak ku hiraukan, aku justru sering menemukan kejadian FOMO ini di lingkungan sekitarku. So i decided to talk about it di blog kesayanganku ini. 

Disclaimer ya, aku bukan seorang ahli yang tahu bagaimana FOMO ini bekerja dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Keresahan ini muncul setelah aku menyadari mungkin aku pernah menjadi bagian dari FOMO at the timebut now udah enggak ya. (Yakin amat!) Haha. Emang FOMO bahaya? Kalau yang berdampak negatif iya, kalau yang positif enggak juga. Nah di sini yang akan aku bahas yang negatifnya aja ya, karena yang jadi keresahaankan dampak negatif dari FOMO itu sendiri, tapi tentu dengan bahasaku yang aku harap para pembaca budiman mengerti. 

Baca Juga: Tenanglah Kita Semua Pernah Terluka

Aku pernah merasa bahwa hidupku ini gak happy, perkaranya simple sih. Melihat story teman-temanku yang berkumpul dengan wajah bahagia. Rasa dicurangi, rasa diasingkan itu mencuat. Merasa seperti hidupku kurang menyenangkan. Rasanya jika aku tidak bersama mereka ada yang kurang, ada perasaan kosong yang menyebabkan kedekatan kami nantinya akan berjarak. Entah kenapa pikiranku bekerja demikian.

Mungkin kondisi waktu itu feel loneliness, kurang memahami diri sendiri merasa tidak memiliki achievment yang patut dibanggakan sehingga memunculkan perasaan rendah diri. Kegiatan safari media sosial justru semakin membuatku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jatuhnya malah stres berat. Aku juga pernah berpikiran jika aku harus memiliki barang yang sedang ramai diperbincangkan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi dan kebutuhan lainnya, sehingga apa yang sedang trendy harus aku ikuti. Hanya untuk diakui jika aku ini manusia yang up to date, semuanya jadi serba ngoyo (memaksa) kan ya?. Capek sendiri dengan pemikiran seperti itu. Ganggu kesehatan mental juga kan?.

Sesuatu yang membuat aku sadar manakala aku tidak memiliki tabungan sama sekali karena terlalu boros mengikuti “things” yang kerap kali disebut trend. Mengganggap bahwa apa yang ada di dunia maya adalah cerminan kebahagiaan. Padahal itu keliru, dunia nyata lebih menyenangkan daripada dunia maya. Aku mulai merubah pelan-pelan maindset. Menyadari jika kehidupanku berbeda dengan mereka, pun caraku memperoleh bahagia. Tidak perlu terburu-buru juga mengikuti sesuatu yang sedang tren karena kondisi setiap orang berbeda begitu juga dengan latar belakang dan ekonomi yang dimiliki.

Saat berbagi resahku yang mungkin bisa di katakan bagian dari FOMO dengan seorang teman, dia mengatakan “tak perlu merasakan demikian, karena memang tanpa kita, mereka seperti itu adanya, dan tak masalah jika kita berbeda dengan mereka”. Kalimatnya sederhana tapi penuh makna.

Lalu sekarang? Tentu saja semuanya memerlukan proses. Aku berusaha menjadi apa adanya  sekarang, tidak menjadi orang lain untuk menyenangkan orang lain ataupun untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Aku ya aku, mereka ya mereka. Nah aku ingin share cara bagaimana cara mengatasi FOMO. Semoga ini berguna untuk siapapun yang sedang mengalaminya.

Cara mengatasi FOMO Versiku

Joy Of Missing Out (JOMO)

Lawan dari FOMO adalah JOMO- Joy Of Missing Out. Mungkin saat itu karena aku kurang bersyukur dengan yang ada dihadapanku. Merasa hal kecil yang dicapai tidak ada nilainya dengan apa yang dimiliki orang lain. Jadi, mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang seharusnya itu tak aku lakukan. Mudah merasa kalau tidak seperti ini enggak update, gak kesini gak gaul. Padahal menjadi orang yang tidak terlibat dalam keramaian ataupun hingar binggar itu bukan hal salah. Melakukan sebisanya adalah hal baik dan utama untuk mencapai goals yang telah ditargetkan.

Membatasi diri untuk bermain media sosial

Sudah berapa lama berada di hadapan handphone untuk cek sosial media hari ini?, 1 jam, 2 jam, atau sepanjang hari?. Sudahi hal itu yeorobun, salah satu hal yang menjadi pemicu terbesar FOMO adalah terlalu menggantungkan diri dengan dunia maya itu tak baik ya. Tak ada media sosial rasanya hampa, gak eksis. Please stop to think about it. Gunakan media sosial dengan bijak. Kepo boleh saja, tapi be prepare kesehatan mental juga penting untuk dijaga 

Unfollow yang membuatmu insecure

menurutku sah-sah saja jika seseorang memamerkan apa yang dia miliki ataupun yang dia kunjungi di sosial medianya tapi tidak untuk kamu lihat, Sobetter to unfollow the one who makes you insecure. Yang terpenting itu tidak merugikan siapapun terutama dirimu sendiri

Being Happy No Matter What 

Di dunia ini yang patut dibahagiakan terlebih dulu adalah diri sendiri, yang patut dikasihani tentunya adalah diri sendiri. Kenapa harus melakukan sesuatu yang tidak membuat bahagia .  better I not being there and celebrate something distinguise dari apa yang membuat aku bahagia. Bahagia itu bisa muncul dari hal yang sederhana. Jika pun bahagiamu harus mengikuti tren deep breath and think twice, ask your self, are u really happy with that?.  jika jawabanya iya dan ringan-ringan saja dilakukan go head, lakukan. 

Akhirnya Blogspot menjadi [dot]com


Assalamu'alaikum pembaca budiman. finally di bulan September ini blog tersayang menjadi Top Level Domain (TLD) dari blogspot[dot]com ke dianovits[dot]com. Dengan nawaitu yang kuat blogspot kesayanganku ini hijrah menjadi Top Level Domain (TLD) atau bahasa sederhananya menggunakan nama dianovits.com.  Alhamdulillah, sebuah achievement yang benar-benar menjadi angin segar di sejarah dunia kepenulisanku. Setelah hampir 9 tahun bertahan dengan yang gratisan, kini mulai coba yang berbayar (halah…halah apasih yaa). Hahaa

Blog sebagai wadah curhatan sampah

Padahal ya, niatnya bikin blog ini jujurly berkaitan dengan tugas kampus yang  bejibun. Waktu itu, tahun 2013 memasuki semester 4 semakin gak karuan deadline nya. Putus asa dengan tugas yang harus minim 1000 kata dan di kerjakan dalam waktu 3 jam. Hobinya emang nulis, tapi namanya dunia pendidikan gak boleh asal ngetik lalu kirim tugas ala kadarnya ke dosen kan?. harus bener-bener proper isinya. Saat itu sebuntu-buntunya otak buat nugas, akhirnya memutuskan untuk share semuanya lewat blog. artikel yang di up ya gitu-gitu aja. Cerita yang kadang gak penting. Galau ala-ala anak muda dengan tugas dan batinnya. Intinya blog hanya sebagai wadah untuk sampah keluh kesah. 

Monetisasi dari Google Adsense aja juga serba coba-coba nothing to lose lah. Eh Alhamdulillah kok ya sekali daftar langsung approved . Sekali lagi Allah itu Maha Baik. Mulai gencar bikin artikel apapun yang penting update minimal seminggu sekali. Niche blog saat itu masih gado-gado masih curhatan, cerpen bersambung ataupun prosa. Meskipun rupiah yang didapat tak seberapa, menurutku itu worth it karena berawal dari hobi kok menghasilkan. Wah patut diperjuangkan ini.

Baca juga : Hadiah Untuk Seorang Blogger

Beruntungnya hobi menulis masih belum padam. Beberapa tulisan aku lombakan, alhamdulilah di terima oleh penerbit indie dan dipilih sebagai penulis terpilih yang hasil naik cetak. Senang dong ya. Saat itu aku juga berfokus ingin membuat buku dengan genre fiksi. Alhamdulillah naskah jadi tapi banyak ditolak penerbit tanpa alasan. Ha ha. Ada yang bilang mungkin tidak sesuai dengan visi dan misi penerbit. Yaudah cari penerbit lain, sambil membenarkan bagian-bagian naskah mungkin saja ada yang salah dalam penulisannya. Gitu aja terus, sampai akhirnya aku demotivasi. 

Di tengah-tengah ngeblog semangat mulai kendor kerjaan juga gak bisa di tinggal, akhirnya terbengkailah blog ini. Aku memilih rehat dari dunia tulis menulis selama beberapa bulan di blog. Lelah juga rasanya, di tolak berkali-kali tanpa ada alasan, seperti ditinggalkan tanpa kabar. Sakit!

Ke- trigger memulis lagi saat aku menjadi ibu rumah tangga, karena belum ada aktivitas seperti sekarang ini dan lelah menunggu kabar dari penerbit, akhirnya aku memilih untuk  self publishing  sort of  novelku di blog. Semakin sering aku mengunggah artikel, sedikit banyak teman-teman baik di dunia nyata ataupun maya, mulai me-notice, jika aku ini suka sekali menulis. Pernah juga aku dijadikan  ghost writer  oleh teman sendiri dengan bayaran makan siang ataupun camilan di kantor. Menurutku tak masalah, selama aku  mendapatkan keuntungan darinya why not,  win-win solution  kan?. Hehe

Mulai Untuk Menjadi TLD

Sebenarnya banyak banget pertimbangan sebelum bener-bener  haqqul yaqin  buat website sendiri. Salah satu di antara banyak adalah takut nanti ketika sudah menggunakan domain nama sendiri, di tengah jalan akan terbengkalai dengan segudang kegiatan yang penting dan gak penting, kan sayang yaa?. Domain ini berbayar loh, lumayan juga bisa untuk beli skin care. Belum lagi buntu ide dan mager buat artikel akhirnya blog nganggur lagi berbulan-bulan. Lalu, seketika upload, yang di unggah artikelnya  basi untuk dibaca dan gak ada insight-nya buat pembaca yang membuka situs web ini dengan sukarela. Kekhawatiran ini yang membuatku maju mundur untuk beralh ke TLD. 

lalu, bermula dari kegiatan blogwalking beberapa hari terakhir, dan kebetulan banyak sekali yang berbagi pengalaman terkait perubahan domain yang mereka lakukan dari blogspot ataupun wordpress dan apa keuntungannya. Itu semua memberikan keyakinan yang mempengaruhi niatku untuk “udah beli aja toh sekarang mau fokus kan!”

Lalu tergelitiklah untuk mencari sahabat hosting sesuai referensi dari seorang blogger yang tulisannya ngena banget di aku & well i reserved and paid. ketidakpercayaan yang pertama kali aku rasakan. Lebay ya? . Hehe. Bayangin yang dari dulu maju mundur untuk beralih, eh seketika baca blog seseorang langsung yakin untuk berubah. I've my own website. Horaay!!, tapi semuanya gak semudah itu pembaca budiman, ada tahan-tahap yang harus aku lalui, belum lagi ketika DNS management gak sesuai. Untung aku menemukan customer service yang super sabar. Dibantu oleh beberapa kali CS sahabat hosting yang super ramah dan pantang menyerah dengan kelemotanku yang kadang-kadang kumat. Jadilah website dianovits.com melanglang buana di dunia maya. Happynya luar biasa. Receh ya, mungkin ada yang seperti itu (mungkin pembaca budiman), aku tidak terlalu ambil pusing sih, karena menurutku ini  one step closer untuk lebih fokus dengan apa yang aku inginkan.

Baca juga: Apakah Hatimu sudah Merdeka?

Perkara domain kelar, nah sekarang giliran niche mana ingin aku fokuskan, terkait artikel apa saja yang patut untuk diunggah. Mungkin sama seperti sebelum-sebelumnya, hanya saja pembendaharaan katanya lebih di tata dan bisa enak di baca setiap mata. basicly untuk hasil artikel tentunya dari hasil pengalaman, pengamatan dan perasaan. Aku ingin mepertahankan tujuan blog ini, menjadikan blog sebagai ruang publik yang sesuai dengan keinginanku dan juga bersanding dengan keinginan pasar. kalau bisa ya, bukan begitu pembaca budiman?. Tujuan diabadikannya menjadi Top Level Domain kan, agar aku lebih bertanggung jawab dan konsisten untuk mengunggah artikel dan juga memberikan informasi yang positif bagi pembacanya.  tentunya, akan aku sesuaikan dengan bagaimana keinginanku. Setidaknya artikel yang akan aku upload berguna untuk diriku sendiri sebagai penulis (karena aku suka sekali  re-read tulisanku di sini).

Afirmasi dari para pembaca budiman

Jujur sejak awal bergabung ke dunia blogger aku tidak mengharapkan pujian dari siapapun. aku hanya manusia biasa yang butuh tempat sampah untuk membuang keluh kesah di pundak, nah kebetulan saat itu aku bertemu blog. Setelah mulai senang bermain blog beberapa teman mengingatku sebagai blogger, bahkan mereka mengatakan sering mengunjungi blogku secara sukarela. ahh senangnya! 

Ada perasaan haru, ketika mulai menulis kembali dari istirahat selama beberapa bulan, seseorang teman mengatakan enjoy dengan tulisan yang aku upload. Bahkan ketagihan untuk terus membaca beberapa artikel sebelum-sebelumnya. Tenang, dia bukan Mas Bojo kok, mas Bojo sudah sibuk dengan kegiatan kantornya. Aku juga tak menuntut untuk dia harus membaca blogku ini. Jadi aku pastikan ini seorang teman yang juga senang membaca, kebetulan tulisanku salah satunya.

Ada lagi, beberapa hari yang lalu, seorang teman juga mengatakan suka dengan tips yang aku share terkait keuangan rumah tangga. Menurutnya hal itu bisa dia gunakan dalam mengatur keuangannya dan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga kecilnya. Ada juga teman yang mengatakan jika penulisanku rapi. Pengakuan mereka sedikit banyak memberikan afirmasi untukku. Aku terpacu untuk menjadi lebih baik. 

Tentu dong ya, manusia harus jadi lebih baik dari sebelumnya. Nah kebetulan perantaranya dari mereka. Terima kasih untuk para pembaca budiman yang sejauh ini mendukung aku dengan cara indahnya sampai aku seniat ini untuk menjadikan blogspot ke alamat domain dengan namaku sendiri.

Aku pikir, cukup sampai di sini cerita [dot]com dari situs kesayanganku ini. Semoga kedepannya setiap artikel yang di upload bisa sampai di sanubari kalian ya. Tidak itu saja, kalian yang hobinya menulis juga bisa untuk menjadi seperti ini bahkan bisa lebih, jika berkeinginan kuat dan berpikir lebih keras. Jangan sungkan-sungkan untuk bertanya, karena lebih baik terlambat daripada tidak  sama sekali.