Pelajaran Yang Aku Petik Melalui Jalan Yang Sulit

Lama juga untuk bisa di hari kedelapan dari challenge yang aku dan si partner sepakati. Lama karena kerjaan dan rentetan alasan yang menyertai, gak fokus kan jadinya. Hallo apa kabar, semoga aja gak bosen sama myspacediianov ini yhaa pembaca budiman.

Nah kali ini concern topic selanjutnya adalah lesson what I’ve got aja gitu kali ya. Sempet binggung juga, mungkin ikhlas kali yang aku harus terapkan setelah melalui hal panjang untuk sampai pada tingkat itu. Sampai saat ini pun ikhlas itu hal yang sulit. Selalu ada embel-embelnya. Contohnya aja let someone I loved the most leave me alone, gak itu aja, ikhlasin barang-barang yang disayang buat pindah ke tangan orang lain itu juga berat, hehe. Sampai segede ini aja, ikhlas masih menjadi Pe Er Banget, tapi gak semuanya gak ikhlas yaa... Ada hal-hal yang memang butuh waktu buat mengkhilaskan suatu hal.

Bisa di bilang kehilangan orang yang paling dekat, itu yang paling aku inget. Dan paling butuh waktu lama untuk ikhlas. Sebelumnya aku gak ada pikiran bakalan ditinggal atau bakalan jungkir balik buat bisa struggle di semesta yang penuh dengan keriyekan ini. Semesta yang isinya rangkaian manusia dengan rupa-rupa karakter.

Aku kehilangan ibu kandung sejak aku berumur 13 tahun, beliau meninggal pas aku lagi puber-pubernya jadi anak cewek. Pernah ngerasain puber kan ya pembaca budiman, curious nya tinggi kan? Perubahan bentuk fisik dan mainset juga adakan ya? Biasanya yang anak cewek apa-apa kudu lapor atau tanya ke ibu kan ya ?. curhat a,b,c,d soal sekolah, soal gebetan  atau pasangan hidup. Nah… aku melewatkan moment itu.

Ikhlas di moment–moment kek gitu sulit banget, baper kapan pun kalau lagi pengen. Selalu ada pertanyaan kenapa kok di tinggal, kenapa gak ada persiapan sama sekali. Kenapa gak pamitan dulu dan bla bla. I needs explain berasa kayak drama ya, but that’s true . kalaupun di bibir ngomong oh iya aku ikhlas, ternyata di hati masih aja gak terima. Selalu ada pengandaian-pengandaian yang menyertai “andai ibu masih ada bakalan banyak cerita, hidup gak bakalan serumit ini, bakalan makan lesehan bareng, pergi ke pusat kota malem-malem buat lihat atraksi jaranan. Nikmati waktu kadang berdua dan cerita soal receh tapi ngena banget” itu tuh yang bikin ikhlas gak pernah terwujud. Malah jadinya sebel sama takdir dan mikir kok takdir kejam amat sih sama aku. Mulai cari siapa yang salah dan there is no never ending.

Bapak juga bilang sih, mau gimana pun Takdirnya Allah itu lebih indah. “kalau ibu diambil di usia yang masih muda, itu artinya Allah lebih sayang sama orang itu daripada kita. Allah gak mau, imannya dirusak, jadi Allah jaga ibuk” gitu beliau bilang. Buat nerima omongan bapak yang kek gitu aja juga masih ada perdebatan batin. Aku juga sayang dong sama Ibuk. Aku juga mau ibu disini sampek aku dewasa nanti. Gitu aja terus. Gak salah yha kan, punya pikiran yang rada’ egois, then komplain I still need my mother here!. Butuh waktu bertahun-tahun buat cerna omongan bapak yang awalnya aku gak paham sama sekali.., tapi lama-lama aku mikir se enggaknya hasil pemikiranku ini, karena aku pernah ngaji dan dapat ceramah ustadzah. Sayangnya Allah ke hambanya itu gak bisa dibandingkan dengan sayangnya makhluk ke makluk lainnya, sayangnya Allah itu lebih besar. Oke, no doubt . Kalau aku gak ikhlas bakalan jadi beban sendiri buat aku sama buat ibuk di sana. Ikhlas itu berat, tapi jaminan nya bahagia beruntung dapat surga. Gak ada makhluk di muka bumi ini yang gak mau masuk surga ya kan?, tapi cara masuk surga tentu juga rupa-rupa then Ikhlas the lesson that I got from the hardest way.

Aku Merasa Salah

Welcome to the next topic of #30dayswritingchallange. Semua topic yang selama ini hampir memper-memper satu sma lain, dan berimbas butuh waktu lama banget ngerjainnya. Atau emang aku aja ya, yang gak siap buat challenge ini. hehehe. Anyway, topic ini tentang “rasa bersalah”. Aku binggung mau mulai dari mana, but challenge is a challenge yang kudu wajib di garap.

Rasa bersalah …

Mungkin rasa bersalah sama diriku sendiri kali ya, lebih tepatnya pada aku yang dulu the little me that Suffered from unfair world. Tapi, Bukan berarti saat ini aku gak bahagia ya. Sejujurnya peristiwa dulu-dulu itu jadi buat aku mikir. Ada banyak hal yang bisa aku jadikan penyebab bahagia even aku dalam kondisi yang gak baik. Seenggaknya ada sudut pandang lain yang aku amini untuk jadi sumber bahagia.

What could I do, I felt gulity  ketika seorang Dian kecil dibebani masalah yang betubi-tubi dan gak bunya tempat buat ngadu. She needs playing with other but she didn’t have friends who understood her reality.  Fiinally she was crying at the cornernobody knows and then she was being introvert .

Dia cuma diam tanpa mengeluh apalagi bersuara tentang kecewanya. Membungkus semua rapi di balik senyum absurd yang dia suguhkan setiap hari ,she was natural but broken inside. Aku tahu, Dian saat itu pribadi yang kuat, sampai-sampai tangisnya pun jarang pecah, dia hanya bertindak konyol dan konyol. Iya, aku selalu seperti itu di waktu kecil.

Beberapa hari yang lalu aku bermimpi bertemu dengan little me, she was energic, funny, tingkahnya yang konyol, cerewetnya yang gak mau ketinggalan dan, gak ada sama sekali Dian dengan raut muka sedih. Dia happy banget sama kegiatan yang dia lakuin, kalo gak salah maktu itu, dia dance dan ikut fashion show rame-rame sama temen kampungnya. Kampung dimana aku pernah dibesarkan sampai kurang lebih 13 tahun. Saat itu mukaku gak berhenti tersenyum dengan tingkahnya yang khas banget “Dian yang gak bisa diem”. Aku ketawa- ketawa sendiri dibuatnya. Heran juga, ternyata aku pernah sebahagia itu tanpa beban atau lebih tepatnya Dian kecil itu sungguh pribadi yang gak bisa diem banget sampai guru-guru selalu bilang kalau Dian gak butuh tempat duduk.

Setelah selesai aktivitasnya, aku datang ke arahnya dan bilang “aku ini Dian yang sekarang. Aku ini kamu yang udah gede”.  she hugs me then cry, entah kenapa aku juga melakukan yang sama sambil bilang “aku minta maaf, dek”, dia gak berhenti nangis and I also Aku merasa bersalah padanya, to little me, karena aku gak bisa melakukan apa-apa saat itu. She learn something bigger about life not at her age - I’m Sorry-

Surat Untuk Ibu Yang Tak Bisa Kupeluk Tubuhnya


Dear someone,
i couldn' touch,
couldn't hug and
couldn't tell to anyone if i really miss her so badly.
And She is IBU.

Aku tidak bisa meminta dilahirkan dari rahim mana dan dibesarkan di keluarga seperti apa. Yang aku tahu, aku hidup dan tumbuh sampai saat ini berkat cinta dan kasih sayang dari seorang Ibu.
If i know you'll leave me with this feeling. aku akan mempersiapkan banyak kisah yang akan aku lewatkan bersamamu. Ratusan bahkan ribuan agenda dan semuanya akan dan selalu harus bersamamu. Akan aku katakan jika aku mencintaimu di setiap waktu yang kumiliki. Tak akan ada kesempatan untuk aku mengeluh dan meronta padamu sampai membuatmu merasakan sakit dan menyesal memilikiku. Never!  dan aku bersyukur kau tidak pernah mengatakannya.

Sorry.. sorry for everything i've done. Aku lebih dari cukup buat hati dan pikiran ibu panas karena tingkahku. You have given a great lesson for all of this. i really miss you, Ibu. Ada banyak cerita yang aku ingin bagikan sampai detik ini. Proses aku melewati hari tanpamu itu sungguh berat. Aku kacau waktu itu atau mungkin sampai sekarang namun tidak sekacau dulu, Entahlah. aku begitu merindukanmu, merindukan ocehanmu, pelukanmu. Aku merindukan apapun yang ada dalam dirimu, Ibu.

Ibu, i'am addiceted with your smile, and after i lost you.  Aku banyak sekali melewati masa-masa sulit, lebih tepatnya tidak hanya aku, tapi kakak dan adik begitu pula bapak. Kita belajar untuk menerima keadaan yang saat itu sangat sulit untuk membuat kita tersenyum. Kita mencoba saling menguatkan tapi ternyata kita gagal dan akhirnya tumbang pada keadaan. Kita "berpisah" dengan cara yang menyayat hati dan pikiran. Semata-mata agar kita terus "hidup" dan bergelar apa yang sempat kita andaikan. Tak ada yang lebih hancur perasaannya waktu itu selain kami yang telah kau tinggalkan. 

Ibu andai kau tahu, Since you leave us, me and another sister live a apart. kami harus mencuri-curi waktu untuk bisa bersama. Mengesampingkan jadwal penting kita untuk pertemuan keluarga karena kami sangat menrindukan bersama. Banyak kejadian baru yang membuat hidup kami jatuh bangun untuk sampai pada titik ini. Ibu.

Ibu, Aku sering sekali menangis karena merindukanmu. Terutama akhir-akhir ini. Rasanya bercerita pada ibu sendiri saat akan menjadi bagian dari hidup orang lain adalah hal yang paling menyenangkan. Hal yang sangat ingin dilakukan bagi anak perempuan yang akan di pinang. Sayangnya aku tak kedapatan dengan hal itu. meski begitu, di kesempatan kali ini, a letter to someone akan ku khususkan untukmu, Ibu. Surat untuk orang yang selalu ku rindu dan ku cumbu dalam setiap doaku.

Ibu, aku sudah memiliki penjaga sekarang, seseorang yang akan ada mulai aku membuka mata sampai dengan menutup mata. Salah satu dari sekian sebab senyumku berkembang dengan mudah.
Jika Ibu bertemu dengannya, mungkin ibu akan berkata - "dia anak yang baik, dia akan selalu ada disampingmu atau dia akan menjagamu mengantikan ibu dan bapak nanti, kamu akan memiliki anak-anak yang lucu dari dia". Iya mungkin begitu.

Ibu, aku akan menjadi bagian dari sisa hidupnya. Andai ibu tahu proses untuk melewati segalanya itu sangat panjang. Aku harus terluka dulu sebelum bertemu dengannya. aku harus menangisi orang lain yang jelas-jelas bukan untukku. Aku harus bergantung pada orang lain sedangkan orang tersebut sering menipuku sebelum aku bersamanya. Menyebut nama seseorang lain, kemudian meminta untuk dipesatukan kembali dengannya. Padahal hatiku sudah terluka dengan orang yang sama untuk kesekian kalinya. Sampai pada akhirnya dia datang kemudian berencana untuk menetap sampai ajal datang. Terlalu berlebihankah Ibu?, memang, aku memang seperti itu jika terlalu menyayangi sesuatu. Tapi itulah yang kubutuhkan, bersama dengan seseorang sampai mataku terpejam. Seperti ibu, berpisah karena maut yang memisahkan. Kemudian dipersatukan kembali dalam kehidupan yang kekal karena amalan (Insha Allah)

Tapi ibu, lebih dari apa yang kurasakan sebelum aku bertemu dengannya. Aku selalu merindukanmu. aku selalu membayangkan bagaimana jika kau masih ada, lalu aku bercerita setiap apa yang aku alami bersamanya. Lalu kau memberikan aku petuah seperti biasanya sebagai seorang ibu. Kemudian Kita berbicara panjang lebar, entah dari mana kemana sampai kau bilang cukup karena aku banyak bicara. Dulu kau sering sekali paling khawatir dengan tingkahku. Bagaimana tidak, aku salah satu anakmu yang paling tak bisa mengendalikan tangan jahilku. Paling tak bisa diam dan paling sering hilang di tengah keramaian.

Ibu, andai waktu dapat di ulang, di beberapa kesempatan hal-hal yang sempat membuatmu kecewa dengan tingkahku akan aku hilangkan. Aku akan menjadi anak baik dan tak pernah membantahmu seperti yang sering aku lakukan dulu. Waktu bermainku bersama teman-teman akan ku babat habis dan akan ku gunakan bersamamu. Terima kasih, Ibu for loving me without doubt, shouting me, kissing me at the night, dan terima kasih telah menjadi ibuku, Ibu.

Aku mencintaimu.