Ada Kalanya

Ada saatnya seseorang benar-benar butuh seseorang lainnya yang paham dengan apa yang sedang ditimpanya. Seseorang yang mungkin tak memberikan banyak solusi tapi mau menemani dengan sepenuh hati. Mendengarkan cerita tanpa henti termasuk cerita sedih. Menyeka airmata ketika menangis dan menyediakan pundaknya untuk hapuskan letihnya

Ada saatnya seseorang butuh seseorang lainnya yang mau berjalan di sampingnya bahkan bersedia memapah saat dirinya jatuh. Sesorang yang rela dunianya berhenti sejenak, untuk berbagi waktu dengannya. Bersedia memberi tahu jika kadang semesta itu kejam, namun tak akan ada apa-apa selama dia tak sendirian karena ada orang lain yang akan penawar.

Berhalusinasi seperti itu rasanya cukup menghibur. Kadang, meskipun kita mengatakan jika kita butuh,  tak ada seseorang yang membantu. Ketika kita berteriak kesepian terkadang orang-orang berpura-pura tak mendengar, bahkan tak ada yang benar-benar datang sekedar untuk meramaikan. Mungkin karena setiap orang punya kesibukan. Punya impian yang tak mau dia tinggal karena waktu terus berjalan dan mereka tak ingin ketinggalan.

Jadi banyak orang yang memutuskan untuk bisa mengatasi segalanya sendirian. Bergelut dengan pikiran dan mencoba menyelesaikan apa yang sedang menekan di dalamnya. Duduk tertegun untuk menemukan hal yang mampu membuatnya lebih kuat. Mungkin juga berbicara pada dirinya sendiri di cermin jika segala hal yang terjadi mampu dia atasi sendiri. Ataupun harus merangkai beberapa kalimat supaya dirinya terhibur. Yang terpenting, di saat dia  gigih berjuang dan tak ingin menyerah dengan keadaan apapun akan dicobanya. Mencoba yang terbaik dan menetap meski segalanya sudah tampak sulit. Dia percaya semua ada nilainya, tak ada yang sia-sia meski saat itu berdarah-darah melewatinya.

Setelah Aku Diarah Yang Salah

Aku, seseorang yang pernah rapuh. Pernah sepenuhnya percaya namun ditinggalkan begitu saja. Seseorang yang pernah benar-benar mencintai tapi dilukai berkali-kali. Seseorang yang rela berjuang ketika semua usahanya tak dipandang. Dan seseorang yang kesakitan namun tetap bertahan untuk cinta yang sangat kejam.

Itu aku, sebelum aku tahu jika nanti dikehidupanku akan ada sesosok dirimu. Seseorang yang entah siapa. Tapi mampu membuatku terpana. Seseorang yang secara sukarela mau menghabiskan sisa hidupnya bersamaku pasti nanti begitu. Menciptakan bahagia berdua dan tempat aku berpulang dengan segenap jiwa. Aku tersadar dengan tidak sengaja, lalu berusaha membuang usaha yang sia-sia hanya untuk cinta yang salah. Aku yang saat ini sudah berbeda. Memasukkanmu dalam pikiranku setelah aku terserang cinta gila.

Kamu, Bantulah aku untuk menemukanmu, untuk mengenggam tanganmu. Aku tahu, aku pernah dijalan yang keliru. Aku tahu aku pernah bertumpu pada rasa nyaman yang dulu ku sombongkan lantas rasa itu menyesatkan. Sebab itu, aku butuh bantuan untuk menemukanmu. Bisakah kau memberiku petunjuk dari mana arahmu, atau bisakah kau beri aku isyarat bagaimana wujud dirimu sehingga tak nampak abu-abu. Aku akan menyapamu dengan hati-hati.

Sementara ini, sibukkan dirimu dengan hal-hal yang baik ya. Jangan lupa berdoa agar aku segera berhenti dari jalan yang bernama penantian. Bermimpi duduk berdua bersamamu, menyeduh teh hangat buatku lalu menatapmu. Didukung dengan gerimis kecil sehingga kita tak bisa kemana-mana. Kurasa sudah mampu kusebut romantis.

Rinduku nanti juga tak akan biasa berkat kau yang kini aku tak tahu siapa. Aku akan terus berbincang-bincang pada Tuhan, meminta Dia memberikan sabar dan juga mempercepat kehadiranmu. Aku juga akan memantaskan diri hingga tiba saatnya kita dipertemukan nanti. Jadi tunggu aku disana ya, jangan kemana-mana. Aku akan segera kesana mendekapmu dalam balutan doa

Tenanglah Kita Semua Pernah Terluka

(souce: pinterest.com)

Kamu pasti pernah dikecewakan dengan orang yang tak pernah kamu sangka. Kamu pasti pernah dibuat menangis dengan orang yang kamu kira baik hatinya. Kamu pasti pernah mengunci diri di kamar dan tak membiarkan orang lain mengerti sedihmu. Bukan karena kamu malu, tapi karena kamu butuh waktu sendiri untuk terima kesakitan itu. Membenci diri sendiri karena tak berdaya berbuat semestinya meski rindu juga menggebu di kepala.

Kadang hidup memang harus dicumbu gelisah bahkan sampai menderita. Melalui kesulitan untuk terima kenyataan kemudian mengikhlaskan. Tak ada yang mudah mengatakan rela jika yang kita lepaskan adalah sesuatu yang berharga. Namun, tak ada cara yang lebih mudah selain menerima. Sebab, dengan begitu kita akan sadar segala yang ada di sisi sifatnya sementara. Tenanglah, kita semua pernah mengalami yang namanya terluka. Berada di kondisi yang tak pernah kita harapkan ada. 

Beberapa waktu yang lalu aku seperti itu. Apa yang kumiliki tiba-tiba melayang, pergi menjauh seperti terbawa angin topan. Duniaku terbalik dalam hitungan detik. Aku mencoba menguatkan diri, kembali mengumpulkan pemikiran dan usaha terbaikku jika tak ada yang benar-benar tinggal, setiap datang akan diiringi dengan pulang. Tapi tetap saja, aku meluruh dengan kehilangan. Aku menangis sejadi-jadinya karena usaha relaku gagal tak tersisa. Kehilangan begitu menyesakkan hingga aku sulit untuk bernafas. Saat itu aku merasa aku sudah berada di titik terbawah dalam hidup. Tak ada yang berjalan sesuai kehendakku. Kupikir hidupku sungguh-sungguh memilukan dan aku tak kuat untuk berdiri tegap. Bahkan untuk menyemangati diri sendirian aku tak mampu.

Meski begitu, logika kembali walau butuh waktu yang tak sebentar. Sadar jika apa yang aku genggam sampai kepayahan kini harus kulepaskan. Itu saran yang kubisikan lirih ketika mataku bertemu dengan diriku sendiri didepan cermin. Aku yakin akan ada pelangi setelah rintik hujan berhenti. Langit mendung akan indah dengan hiasan beberapa garis warna-warni yang membuat mata kita terpesona. Aku memang butuh seseorang, namun sebelum itu yang perlu kulakukan adalah melewati ini sendirian dengan hati yang tak memikul beban. Aku tak boleh berhenti untuk menuju hal baru yang telah menungguku di ujung sana. Aku harus terus hidup untuk memperjuangkan apa yang kumiliki saat ini, tak boleh menyerah hanya karena pernah kalah dan tumpah airmata.

Hari Ini Di Tahun Lalu


Foto kita ketika menatap masa depan

epat tanggal 9 Desember 2018, hari ini di tahun lalu. Perasaan campur aduk berkecamuk dalam hati. Bahagia, canggung, tak percaya semuanya beradu menjadi satu. Yang kupikir , hal itu cuma mimpi. Kalau tidak menikah, ya yang menghampiri adalah mati. begitukan hidup?. ditakdirkan bersama atau sendirian sampai menutup mata. Tapi Allah Maha Baik, Dia memberiku kesempatan untuk bisa bahagia dengan menikmati masa di khitbah seseorang.

Hari ini di tahun lalu, satu langkah kita lebih dekat. Menyegerakan ingin membuang getir. Sejak pagi aku sudah gelisah sendiri, menyiapkan ini itu bahkan mempoles diri untuk tampil cantik di antara yang datang dan yang ku undang. Merapikan jilbab bahkan kebaya yang sengaja kubeli untuk hari teristimewa. Waktu yang telah disepakati pun berlalu seperkian menit, gelisah dan gemirisik kanan kiri pun menyeruak. Beruntungnya segera terdengar informasi jika rombongan yang melamar datang. Aku kembali mempersiapkan diri. "ah aku akan menikah sebentar lagi". Begitu yang selalu saja ku ucapkan di depan cermin. Dipinang oleh seseorang yang tak pernah aku rencanakan dalam satu tahun belakang. Tak pernah sebelumnya  terucap dalam sujud dan akan menjadi pendamping seumur hidup. Mulanya hanya sebagai kolega, lalu berteman hingga akhirnya dia datang melamar. Tentu segala sesuatunya berproses. Namun, cukup unik karena tak ada kendala. Ridho kedua orang tua pun sudah kami terima. Serasa semua langkah dipermudah.

Di hari itu, 9 Desember 2018, dia- Dipasuta namanya, Pria yang menurutku tak gagah tapi memiliki niat baik untuk hidup bersama dan menua dengan aku yang penuh kurang dan minim sabar. Dia yang dalam benaknya menyiapkan mental untuk mengijab di depan penghulu dan waliku. Pernah waktu itu aku berandai, andai bukan dia yang datang mungkin saat ini seseorang lainnya yang mencoba menyakinkan. Tapi kuperjelas lagi, aku sangat keras kepala. Butuh berapa dekade untuk bisa mengambil hatiku yang pernah terbelah dan berdarah-darah karena jatuh cinta. Akan butuh waktu lama untuk aku bisa bersanding dengannya. Seseorang yang akan mengakuisisi dan mengendalikan hidupku nanti.

Untung saja, dia - Dipasuta yang datang. Pantang menyerah sebelum mendapatkan. Pantang lelah meskipun batinnya lagi-lagi kubuat kepayahan. Pun setelah hari ini ditahun lalu, aku sempat menggoyahkan niatnya untuk bersama. Siapa tahu dia akan berkata "ya sudah aku menyerah dan mari kita berpisah" nyatanya, tak pernah sekalipun dia terpikir kearah sana. Yang ada, dia justru mengecangkan ikatan dan berkali-kali berkata sayang.

Jika di ingat-ingat, sebelum aku berkata "iya" untuk niatnya meminang. Ada banyak keraguan yang bergentayangan. Bisa jadi dia semena-mena. Bisa jadi dia kan menjadi otoriter dan hidup yang aku jalani saat ini. Bisa jadi dia akan melenggangkan ikatan dan habis kesabaran, saat aku tak patuh dan kemudian aku dijatuhkan dalam kubangan penderitaan. Ya.. bisa jadi, itu yang dibenakku.

Lalu aku berbisik pada Tuhan. Meminta diberi jalan dan ditunjukkan arah yang benar. Klise bukan? tentu.  Aku hanya tak ingin membuang masa-masa berhargaku. Itu cara terampuh untukku hilangkan ragu. Sebelum hari itu aku sangat takut, kalau-kalau keputusan yang aku ambil keliru. Aku pun takut untuk meminta pendapat pada teman karena sejatinya semua cerita tentangnya bermula dari mulutku saja. Mereka tak kenal, bertegur sapa pun jarang.  Sampai akhirnya aku putuskan untuk menerimanya. Dia  menyakinkanku tak akan berubah meskipun sudah lama bersama bahkan berpuluh tahun lamanya. Tetap sayang dan perhatian sebagaimana saat ini dia bertingkah. Gigih berjuang padahal aku dulu kerap tak sepaham bahkan sempat lontarkan cercaan saat dia menjelaskan kesalahpahaman. Kupikir dia sangat sabar, bisa meredam emosi dan tenangkan aku saat aku butuh sandaran.

Hingga tiba hari ini di tahun lalu 2018. Minggu pagi di bulan Desember. Dia bersama keluarga besar datang menawarakan diri menjadi besan.  Membawa beberapa bingkisan yang sejatinya untukku yang di utamakan. Aku sembunyikan senyum malu saat keluarganya datang menggoda. Hatiku berdebar "oh Tuhan, aku dilamar". Aku menatapnya dari kejauhan. Dia berwibada dengan kemeja yang kami beli berdua dengan motif senada.  Langkahnya mantap maju kedepan. Aku berbisik padanya  apakah yakin untuk memulai semuanya bersamaku nanti ?. Dia tersenyum dan berkata  " Bismillah aku yakin".

How To Face Fake Friends


Welcome to My space pembaca budiman.  Challenge is back. Sama orang yang sama tentunya, tapi yang ini agak beda karena lebih dari 2 orang . Ada si Nona yang demen banget ngerubah kata dan Si lucu Denny.

 Topik hari ini adalah How To face your fake friends. . Ada berapa banyak temen sih aku ini, sampek-sampek ada sebutan fake segala. HAHAHA. Udah dikit fake pula. Ya TUHAN!!!

Anggaplah ini tips ala-ala ku "cara mengadapi fake friends yaa". Okey lets do it!. Tahu kalau ada temen yang nusuk dari belakang dengan omongan tajamnya, rasanya pengen kremes itu mulut, iya gak sih. TAPI di inget- inget lagi kalau dia itu friend even fake. So cara aku menghadapi orang seperti itu adalah dengan...

 PERTAMA - Be positive aja dulu. Kali aja ada sebab tindak tandukku yang gak enak di dia, lalu dia mulai membicarakan hal tersebut ke orang lain. Jadinya aku baper, meskipun yaak sebenarnya itu bisa diomongin langsung ke aku tanpa lewat perantara. Jadi kita bisa tahu detail duduk permasalahannya kenapa doski bisa ngomong seperti itu.

 SELANJUTNYA, Don't' Revenge, cukup ketawain. Better kita gak bales perlakuan buruk apapun dari dia, karena kalau kita berlaku sama, gak ada bedanya  dong kita sama dia yha kan pembaca budiman?. Tapi bukan berarti tetap di lingkungan yang sama dengan dia. I don't think so. Enough lets walking out without sound  dengan begitu dia akan sadar ADA YANG SALAHKAH DENGAN DIRINYA. Tapi kalau dia tetap cuek , oh yaudah toh gak ada yang rugikan. KECUALI dia punya utang dan  gak mau bayar wajib kita kejar, toh juga ngeringanin hidupnya di akherat sana.

next, Never share anything  Semenjak tahu temen yang kita sayang  ternyata fake, berhenti buat share hal-hal pribadi ke dia. Cukup untuk say helo ataupun jadi lawan bicaranya untuk permasalahan dia KALAUPUN diajak bicara ya. Inget radius sekian meter dia adalah toxic. 

 TERAKHIRRRR - Be HAPPY!!Life must goes on, tanpa ataupun dengan dia, aku tetap harus hidup bahagia. Setelah kroscek sana-sini dan ternyata emang dasarnya dia yang gak suka dengan kita, pembelaan apapun yang aku lakukan gak akan merubah apa yang dipikirannya tentang aku. So I decide to make my self Happy. Menunjukkan sisi lain diri kita yang menyenangkan kepada siapapun termasuk pada dirinya. 

So... that my tips to face my fake friends.  Menurutku cukup gak usah banyak-banyak. Berkawanlah dengan kawanan yang sehat. Kalau udah tau dia gak baik, atau cuma bawa aura negatif push away.. udah yaa aku tunggu next project dengan kalean yaak guys 

Pada Dia Yang Sedang Berdamai Dengan Keputusasaan

(Source: Id.pinterest.com)

Hai pembaca budiman!. Cieleeh, sekarang punya greeting yang ajeg. hehe. Sesuai infoku di latest update ya, kali ini masih  menyoroti soal perempuan. Anyway..  entah kenapa sensitivitasku terkait perempuan kini semakin meningkat atau karena aku menjadi bagian dari orang-orang yang tergolong selective empathy ya . FYI. Selective empathy itu menaruh perhatian pada suatu hal yang menurut kita perlu untuk di perhatikan.  Ini bukan hal buruk yang harus dihindari juga sih, karna bagaimanapun memiliki empati itu baik. Salah satunya bisa memberikan dukungan fisik dan mental.

Ini pertama kalinya aku angkat cerita yang menurutku sangat sensitive di blog,  yang  seharusnya konten blog ini menghibur ataupun sekedaar share what i want to post.  Tapi karena rasa empati terhadap para wanita yang merasa jika dirinya sudah tak berdaya. Hilang bahagia sebab "after she gave to him all" , aku ingin speak up  bukan untuk menilai tapi memberikan tanggapanku pada mereka. Tujuan aku angkat ini supaya mereka tau, kalau hidup mereka masih berharga meski tanpa dia yang mengambil harta berhargamu. Jadi jangan patah semangat untuk bebenah.

Kali ini issue yang ingin aku angkat adalah " after i gave you my all" . Selalu ada cerita setelah kalimat itu telontarkan.  Aku baru peka dan baru sadar jika aku dikelilingi dengan para pecinta yang tulus namun disakiti kemudian.  Rasa sakit, stress outdesperate , gak punya semangat hidup untuk melakukan apapun bahkan tidak jarang ada yang berpikiran suicide. Karena sebelum melakukanya selalu dijanjikan hal-hal manis. Namun setelah memberikan, tiba-tiba dilepaskan begitu saja ataupun mulai mendapat perlakukan kasar baik verbal ataupun fisik.

Akhirnya, mereka merasakan diri mereka seperti sesuatu yang tidak layak lagi, karena telah memberikan sesuatu yang paling berharga namun setelah itu di sia-siakan. Merasa diri mereka kotor bahkan jijik pada diri mereka sendiri. Dan Kini mereka mengalami krisis self esteem.  So  aku concern di bagian ini. Mencoba untuk memberikan tanggapan, saran , ataupun semangat pada mereka yang berada di posisi tersebut. Untuk bangkit dari  masa-masa yang buruk. Membuang jauh-jauh pikiran yang membuat diri semakin terpuruk. Mengajak mereka mengembalikan bahagia dari sudut pandang yang berbeda. IYA harus bahagia.

Beberapa waktu lalu,  seorang  sahabat bercerita tentang pengalamannya”””terkait " after i gave you my all" . Diakhir kalimat dia memberikan pertanyaan " bagaimana jika kamu di posisiku, memberikan seluruh hidupmu padanya. kemudian kamu diputuskan dengan alasan yang tidak masuk akal?" Aku diam senjenak. Berusaha memberikan jawaban yang tidak menyudutkan apalagi mengatakan hal tersebut tidak baik, karena tanpa aku mengatakan pasti dia juga paham apa yang dilakukan itu tidak benar.  Tapi ternyata aku tak bisa menjawab sesuai kehendaknya. Aku hanya mengatakan setiap orang di uji dengan persoalan masing-masing. Mungkin ujianku tak sama dengannya, tapi sama-sama pernah membuat hidup di titik terbawah tak punya semangat hidup dan merasa sendirian dengan masalah yang begitu berat. 

Sayangnya, dia tetap keukeuh dan mengatakan kalau masalahnya lebih pelik, kami berbeda. YA tentu!, tapi cara mengatasinya yang harusnya sama. Dengan tidak melakukan hal gila sampai lupa kalau masa depan selalu ada untuk dia. Aku miris mendengar dia merendahkan dirinya sendiri. Menganggap dirinya sudah tak punya nilai lagi untuk seseorang yang akan layak nanti. Itu yang menjadi pointnya.  Aku tak ingin dia semakin murka dengan apa yang dia alami. Aku terus mencoba membuat dia memotivasi diri sendiri untuk lebih hidup dan "waras" dengan keputusan yang akan diambil.

Dear sahabat, kamu adalah pribadi yang tangguh. kalaulah kamu di tinggalkan ataupun di campakkan. Aku perkenankan untukmu berduka ataupun berkabung tentang dia. Tapi jangan lama-lama.  Kamu harus menata ulang hidupmu. Kalaupun kamu mengklaim dirimu rusak, maka jangan semakin kau rusak. Perbaikilah.  Jangan menyerah. Apa yang kita pegang teguh kadang memang tak berpengaruh saat kita mulai jatuh hati pada laki-laki.  Yang sebelumnya kita amini dia baik hati tapi ternyata lidahnya bak belati tajam dan menyakitkan. Tapi kita harus tetap sadar, kamu ini pribadi yang juga harus diperhatikan oleh dirimu sendiri. Kita ini berdiri dikehidupan yang keras sesekali lumpuh logika itu wajar. Tak semua memang lelaki seperti itu, ada baiknya belajar dari pengalaman dan mulai membentengi diri sendiri dengan nurasi dan akal yang tidak bertentangan. Berjalan seirama untuk menuju kebaikan. Sudah ya, sudahi membuat mentalmu semakin sakit. insecure terlalu berlebihan itu tak baik. Ayok bangkit! ada orang-orang yang sayang denganmu tanpa perduli apa yang pernah kau lakukan di masa lalu.

Cerita teman ku ini, hampir sama dengan sebagian kisah di akun instagram @perempuanberkisah. sebuah akun yang digunakan sebagai wadah sharing  kisah inspiratif, telling the truth dan/atau pun empowering  para kaum perempuan yang marjinal. Terlepas dari kisah buruk yang tertuang di dalamnya, aku salut pada mereka yang berani speak up dan mencoba untuk "sembuh" dengan membagi kisah mereka. meminta saran bagaimana caranya untuk sembuh dari luka bahkan tak ingin mengingatnya (jike mereka bisa dan ada caranya). mungkin dengan berbagi seperti itu mereka lebih lega. Berharap tak ada orang-orang selanjutnya dengan kisah serupa. 

Untuk para wanita yang sedang kasmaran hatinya, atau juga yang sedang mencoba tegar dan bangkit dari kisah menyakitkan. kamu boleh mencintai  siapapun (lagi) selama yang kau cintai ini dalam keadaan bukan milik orang lain. Kamu boleh memberikan perhatian ataupun kasih sayang pada orang itu selama itu wajar dan tidak memberatkan siapapun termasuk dirimu. Kalaulah semua itu sudah terlanjur , maka berhentilah. jangan lagi mengulang atau bertahan pada hubungan yang sudah tak bisa lagi dia jaga. Berlaku tak sopan saat ini saja sudah menjadi hal biasa, bagaimana dengan nantinya. Ada banyak kemungkinan yang tak bisa diterjemahkan-kata-kata. tanggalkan rasamu jika sudah berbau racun untuk mengusik hal berharga yakni bahagia.

 

Bangkit Dari Rasa Sakit Itu Perlu


Hai pembaca budiman! , mungkin beberapa waktu kedepan aku lebih concern untuk menulis tentang isu-isu perempuan dan pelecehan. Bukan karena bosan membahas romansa, toh itu emang tema yang menurutku bisa ngetik sambil tiduran #sorry sombongnya come up. HEHE gak kok, ntar juga balik lagi ke romance. TAPI  untuk saat ini aku lagi pengen sekali angkat tema perempuan. Alasan aku fokus adalah karena rasa perduliku terhadap cerita yang mereka alami. Aku perempuan DAN aku peka, aku tidak terima jika perempuan di perlakukan kasar, apalagi dilecehkan. Perempuan sama derajatnya dengan laki-laki, hak yang dimiliki pun sama, kenapa tak memanusiakan manusia? Terlepas dari itu, aku salut dengan dia atau mereka yang berani lantang bicara dan mengatakan jika mereka mengalami suatu hal yang menyakitkan tapi mampu bangkit. Itu pointnya. Mungkin tanpa aku berkomentar mereka juga berusaha bangkit tapi akan lebih enak jika ada support dari orang lain yang mendukung dia supaya tidak merasa sendirian.

Setiap orang tentu punya masalah dengan porsi masing-masing. Tapi kembali lagi, bagaimana kita menyelesaikan tanpa melukai diri lebih dalam. Untuk Topic kali ini aku mulai dari cuitan seseorang di twitter. Aku tak sengaja membaca DM yang kemudian di blow up oleh sebuah akun. Aku begitu fokus membaca lalu mulai tertarik dengan kisah yang dialami pun ingin turut menanggapi. Ini adalah masalah serius bagi dia yang entah namanya siapa dan tinggal dimana. Hal itu dimulai dengan keluarga yang menuntut untuk dia segera bergelar sarjana dalam tempo cepat, lalu menikah gak lebih dari umur 23 , kemudian diharuskan untuk lanjut S2 Luar negri dengan beasiswa. Ditambah pasangan bak toxic yang siap menggrogoti semangat hidup perempuan ini. Entah kenapa kehidupannya begitu di tuntut untuk mengikuti kehendak orangtuanya. Oke. Menurut boleh saja, tapi tentu sebagai manusia yang merdeka kita ingin hidup sesuai kehendak kita. So. Lets talk.  Aku gak pengen ngejudge kamu yang macem atau pun macem-macem , jalan hidup setiap orang itu sekali lagi berbeda. Tapi gak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan dan saling ngedukung kalau kita lagi di posisi terbawah.

Jadi begini, di manapun kamu- sender.  Semoga kamu sudah dalam keadaan baik, sudah bangkit, lepas dari toxic yang membelenggung dan dikelilingi oleh orang -orang yang tulus mencintaimu. Aku sebagai pembaca kisahnmu turut prihatin dengan apa yang menimpa. Tapi lebih dari itu, aku ingin mengucapkan terima kasih. Kamu telah tegar sejauh ini, berani speak up meski pada anonim. Kamu hebat!. Ada banyak perempuan di luar sana yang juga mengalami hal sama. Tapi tidak banyak yang mampu menguak dan bercerita seperti kamu. Ada banyak yang tanpa berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan lainnya tapi kamu tidak. Kamu masih memiliki nurani untuk bisa memperbaiki diri meskipun itu dengan proses terseok. Aku salut!

Sebagai anak kita harus patuh. Tapi kita juga harus berdikari. Untuk beberapa hal kita harus memiliki prinsip hidup yang harus kita pegang. Jika memang tidak tidak sejalan dengan kehendak orang tua, ajak bicara baik-baik orang tua. Sampaikan apa yang menjadi keluhanmu. Kalaupun pendapat kita tidak didengar, ajak orang ke-3 sebagai penengah yang dekat denganmu pun dengan orang tuamu. Kita hanya harus memberikan pendapat jika hal yang akan kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengenai kuliahmu, jika jurusan itu yang menurutmu passion. Jalani dengan senang hati. Bukti kan jika itu mampu membawa dirimu pada kesuksesan. Jika saat ini masih belum berhasil untuk mendapatkan apa yang di inginkan, mungkin di percobaan berikutnya kamu bisa bahkan gemilang dengan sesuatu itu. Positive thingking needed ya!

Aku setuju jika ada ucapan kalau pacaran tak baik lama-lama. Toh setelah menikah memang kita masih terus belajar untuk memahami pasangan bahkan mulai dari nol. Tapi menargetkan diri untuk menikah karena usia tertentu kurang pas. Jodoh itu datang di saat yang tepat menurut Tuhan, bukan menurut usia sudah mencapai berapa. Tuhan akan berikan jka menurut-Nya engkau telah pantas. Terkait hubunganmu dengan pasangan sekarang, aku sangat tidak menganjurkan untukmu meneruskannya. Kamu hanya akan terluka dan akan terus berpura-pura jika kamu tak kenapa-kenapa. Hal itu justru membuat kamu semakin merasa kosong dan tidak bahagia. Jangan under estimated diri kamu sendiri dengan segala hal yang terjadi dimasa lalu. Healing first dengan PUTUS dari dia –- pacar yang abusive.  Di awal dia baik sama kamu karena ada maunya, tapi ketika apa yang di mau sudah tercapai, luka batinmu akan semakin dalam. Semena-mena tingkahnya tidak akan bisa kau bayangkan lagi. Jika dia menyayangimu, dia tak akan melukaimu sedalam ini.

Mulailah dengan mencintai dirimu sendiri lebih banyak dari sekarang. Berdamai dengan apapun itu yang tidak membuatmu bahagia. Berkawanlah dengan orang-orang di lingkungan yang tepat yang mendukungmu. Mulai terbuka dan berbaurlah, kamu tidak akan dilihat dari masa lalumu untuk bergaul dengan siapa saja. Tinggalkan hal yang tak baik. Lakukan hal yang positif. Segarkan badanmu. Datanglah ke psikiater untuk healing mentalmu. Aku percaya setelah itu kamu akan lebih yakin untuk menatap kehidupan dari sisi yang berbeda. Kamu berhak bahagia walau tanpa dia. Tidak ada yang lebih menyayangi dirimu kecuali kamu sendiri. Ada orang tua yang juga menunggumu dengan tangan terbuka jika kau mulai mendekatkan diri pada mereka lagi.

Untuk perempuan di luar sana yang mengalami hal serupa. Sesekali menangis bahkan tersedu tak masalah. Anggaplah menangis adalah cara tercepat untuk membuang beban hati yang begitu berat. Tapi setelah itu kamu harus bangkit. Terpuruk lama-lama tak baik. Yang kemarin adalah pengalaman. Kedepannya apa yang kamu lakukan pastikan yang terbaik untuk hidupmu. Jika masalah datang kamu harus bertahan dan memecahkan dengan memikiran yang matang. Salam sayang dan pelukku dari blog ini. 

Opiniku Untuk Ibu Pertiwi

Ricuh - Itulah yang terjadi pada Indonesiaku saat ini. Selain beberapa wilayah dipenuhi dengan kepulan asap pekat yang ada di daerah kalimantan pun dengan Riau. Bahkan hingga wajah matahari pagi sulit untuk terdeteksi. Di sisi lain, papua sedang riuh dengan sebaran isu hoax hingga turun korban jiwa. Ditambah, kini seluruh penjuru negri sedang menangis akibat dicabik harga diri serta diperkosa hak suaranya oleh elit politik. Demi kepentingan yang tak tahu ditujukan untuk siapa. 

lantas,  bolehkah aku mengatakan jika itu untuk yang berkuasa dan berjaya sebut saja pemerintah yang buta hatinya. Represif dilarang, nyatanya aparat turun ke lapangan membawa perlengkapan perang. Siap menghadang katanya kalau-kalau para  massa bertindak melebihi batas wajar. Mohon di lihat, mereka yang berjejer di sana adalah pemuda-pemuda terpelajar. Datang dengan harapan ada perubahan. Bukan membawa kebencian yang berujung pertikaian. 

Mereka ingin ada tanggapan dari pemerintah daerah mengenai keberatan yang ditimbulkan oleh RUU yang ngawur itu.Dulu.. dulu sekali sewaktu aku kecil. Mungkin sekitar tahun 1998. aku tak paham apa itu reformasi, order baru ataupun pelengseran presiden. Lalu para mahasiswa turun kejalan, krisis moneter, Demo besar-besaran di gedung bercat hijau di pusat Indonesia ini - Jakarta.  Tapi, kini aku mulai paham sedikit lebih banyak. Ada yang aneh dengan Indonesia saat ini.

Reformasi mulai diabaikan, berpendapat untuk membenahi dipaksa bungkam. Undang-undang  yang harusnya menjadi perlindungan  HAM goyah dan tumpul bahkan justru menusuk ke bawah yakni rakyat jelata. Mencekik bahkan sadis untuk disebut kebijakan. Alih-alih memperbaiki malah justru mengkebiri ide para penerus negri.  Mengganggap pemuda dan pemudi yang turun kejalan menyampaikan inspirasi berlaku anarki. Kritikan dan mosi dianggap kurang menguasai polemik negri. Harus bagaimana lagi menyelematkan Indonesia agar tidak hanya tinggal nama. Puncaknya, mewakili jeritan rakyat yang tak percaya dengan para orang berdasi yang duduk di kursi lembaga pemerintah. Mengaku penyambung lidah tapi berhianat dengan amanahnya. 

Rakyat dari penjuru Indonesia turun kejalanan menyampaikan tuntutan lalu merangsek ke gedung DPR. Keadilan harus di tegakkan.Media sosial ramai dengan aksi heroik para lapisan masyarakat yang pikirannya waras menyuarakan ketidakbecusan para anggota dewan yang bercanda dengan tanggung jawabnnya. Mulai dari Pelajar, Mahasiswa , Aktivis, pekerja ataupun rakyat biasa. Mereka bergerak menghidupkan kembali reformasi sebagai warisan dari Indonesia. Mereka tak ingin tunduk dengan peraturan yang semena-mena. Lawan! Lawan!. Gugurkan.. Batalkan!. Seru yang menggema. 

Sayangnya, perjuangan untuk membuka mata para anggota dewan yang terhormat ini tidaklah mudah. Kabar duka tersebar juga melalui media. Mengklaim bahwa aksi para pemuda diakomodasi oleh oknum yang ingin Indonesia terpecah belah. Sungguh fitnah yang luar biasa binalnya. Apa alasan mendasar dibentuknya peraturan jika tidak untuk mengayomi dan melindungi bangsanya. Lalu, kenapa perundang-undangan yang penuh dengan kepincangan tetap ditegakkan. Berbanding terbalik dengan keinginan para pemuda dan masyarakat yang justru ingin membuat demokrasi tetap hidup dan tak ingin hanya menjadi sebatas wacana. 

Oh ibu pertiwi, maaf jika kau rusak di tangan bangsamu sendiri. Bangsa yang penuh nafsu untuk penuhi keinginan pribadi. Aku tak ikut di sana, menyaksikan perjuangan rakyat yang mencatat sejarah baru di era milenia. Yang rela berjalan jauh berkilo-kilo meter membawa suara dari para kaum marjinal yang diperkosa haknya, yang terpapar terik sinar mahahari bahkan hingga tersiram gas air mata milik aparatur negara yang sejatinya itu layak untuk Kalimatan yang kini sedang berjuang lepas dari belenggung asap yang mampu meregang nyawa. 

Aku turut mendoakan, semoga diberi keselamatan sampai pulang kerumah. Dikabulkan permintaannya. Di sejukkan hatinya agar tidak terprovokasi untuk bertindak anarkis. Tetap tenang meski hati geram. Hidupkan empati bagi yang di lapangan dan butuh bantuan. Ingat keluarga menunggu di rumah dengan rasa cemas namun bangga, wahai pemuda Indonesia!.

Sebuah ajakan untuk membuat opini tentang kejadian yang ramai belakangan ini bersama si cantik  denycahyawati.wordpress.com

Si Penulis Yang Menikah

Sedikit flashback di hari akad tepatnya tanggal 23 Agustus 2019 jam 13.00 WIB. Mungkin baru bisa cerita bagaimana proses dan akhirnya sah si penulis jadi istri. Lantaran sejak kapan hari masih sibuk buat buka amplop, pindahan, dan beres-beres kamar untuk dua orang sekaligus dan terakhir back to reality  that I’m a worker. Hari itu, aku bukan datang di kondangan teman sebagai tamu, bukan datang sebagai supporter yang cukup bilang sah, TAPI datang sebagai yang di AKAD. Sebagai mempelai wanita. Jabatan yang kutunggu-tunggu dari tahun ke tahun. Jabatan terbesar dalam sejarah hidupku

Setelah ba’da sholat jum’at, aku dipekenankan untuk duduk di tempat yang telah disediakan untuk mempelai wanita. Aku duduk di antara Ibuku dan calon ibu mertuaku. Semuanya menggunakan pakaian dan jilbab dengan warna senada sesuai dengan rencana.  Terlihat anggun dan cantik. Sedangkan aku yang menjadi pemeran utama menggunkan kebaya putih panjang dengan kain jarik sebagai bawahannya. Ini hari ku, hari bahagia dalam hidupku. Si penulis akan meniqah. ALHAMDULILLAH. Tapi sebelum akad diucap, dag dig dug jantungku menjelang detik-detik itu rasanya semakin cepat. Aku hampir tak bisa mengontrolnya, untung saja ada budenya si mas yang begitu grapyak ngajak aku ngomong ini itu. Suasana menjadi sedikit hening ketika MC acara memulai membuka suara. Untuk memulai acara Sayup-sayup tapi pasti, terdengar suara bapak yang sedang dituntun oleh pak Penghulu untuk mewakilkan akad hari itu. Posisi bapak duduk di depan si Mas yang dipisahkan oleh meja persegi, dan berada diseberang tempat para shaf perempuan. Aku bisa melihatnya dari celah-celah, beliau terbata-bata meniru perkataan pak penghulu. Hatiku haru, mendengar dan melihat prosesi,di mana peralihan tanggung jawab akan segera berpindah.

Bisa dibilang ada banyak hal yang harus dilalui sampai menguras berat badan untuk terciptanya moment tersebut di hari jum’at yang penuh berkah. Tapi itu bukan hal yang pas untuk dibahas saat ini, dipikir-pikir wajar juga kalau ada yang akan menikah dirundung masalah dari banyak sisi. Yang terpenting kata orang-orang, yang sabar saja menjalani. Mau ada masalah apa, salah satu kudu bisa ngebuat suasana adem dan ga tersulut emosi. Akhirnyaa.. terjadilah proses sakral tersebut.

Begitu akad diucap oleh si Mas “Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur”, hal pertama yang berubah adalah tanggung jawab. Bapak sudah bebas tugas dari segala tanggung jawabnya atas aku - anaknya yang kinyis-kinyis ini. Semuanya sudah take over ke si Mas. Dan saat itu juga, aku harus sadar, kalau aku ini selain jadi anak, aku juga sudah bergelar seorang istri dari seseorang. So.. fase baru kehidupan just begin, Tak lama setelah itu, Si Mas dianjurkan menjemputku untuk duduk di depan pak penghulu dan  kita berdua diwajibkan menandatangani “kontrak” hidup sampai surga. Amin.. amin..

Sampai saat ini hitunglah jalan 3 minggu hidup serumah eh jangan serumah tapi pernikahan kita. Kalau lagi berdua dan ngobrol tentang proses tersebut, sembari dipeluk doski bilang “kita ini udah sah kan ya?” . Akunya manggut-manggut ke enakan dipeluk. So para pembaca budiman, apa mau dilanjutkan ceritanya ? Feel free comment on bellow



Train My Habbits


I’m  so so sorrrryww, I’am ashamed
 to all of you pembaca budiman. Ada challenge yang harusnya berlaku satu bulan tapi sampai di bulan ke 3 belum kelar–kelar juga. Beruntungnya si penantang juga belum menunjukkan progresnya Huheheh. Oke gak pake cerita panjang biar gak seperti curhat, topic di hari ke 11 yaitu train my habit. Agak binggung sama habit ini, tuh kan lagi-lagi bingung, ini nih yang buat semuanya jadi lama nulisnya. Kebiasaan… Kebiasaan.. Anyway selamat hari raya idul fitri, semoga segala khilaf aing diampuni. Takbir! Ingat lebaran pundi-pundi uang akan terkumpul bagi yang belum bisa menghasilkan uang sendiri. Sedangkan bagi manusia-manusia seperti hamba ini, tongpeslah kantong untuk berprilaku bak dermawan ke anak-anak saudara dan tetangga yang ketuk pintu rumah. Gak apa-apa setahun sekali.

Okay, bact to topic, talk about my habit. Beberapa habit  akan aku share dan gimana aku mengatasinya. Pertama, buat orang yang deket banget sama aku, pasti bisa ngeh sama habitku yang selalu pencet-pencet my acnes kalau udah macam biji kedelai di muka. Suerr kebiasaan ini menimbulkan kenikmatan yang haqiqi para pembaca yang budiman dan itu menjadi my daily routines. Namun berakhir dengan bekas jerawat yang nauzubillah hilangnya lama sekali. Karena kebiasaan yang ternyata memiliki efek samping sampai sekarang, yakni textur muka gak rata alias beberapa part wajah jadi bopeng dan itu buat aku syedihnya kek minta di nikahi.

Sehingga aku bertekat concern kali ini untuk push away my habit yang demen banget pencet-pencet muka dengan tangan , ditambah tangan juga dalam kondisi ga bersih. CARANYA.. wait , buat challenge ini memper ke challenge treat my acnes yang udah pernah aku buat sebelumnya. Ya sebelas dua belas lah But I’ll spesific ke gimana menanggulangi habit yang menyebalkan tapi seru ini. Hahah gimana dong, Pencet-pencet tapi ngrundel setelahnya karena wajah jadi memerah. Kalau tiba-tiba tangan ini nempel dimuka, segeralah aku basuh muka dengan air, yu know kuman-kuman di tangan juga semakin hari semakin kejam. Abis itu, pakai hand sanitizer. Kadang kalau secara sadar pengen pegang muka buat ngerti ada jerawat atau textur muka

Kedua, aku punya habit nulis. Tapi kalau aku nulis itu biasanya harus selesai saat itu juga. Nah.. parahnya ketika keinginan gak sebanding dengan kondisi saat itu. Kak aku punya itu kadang kepikiran untuk cerpen yang awalnya seperti ini, di tengahnya seperti ini ,klimaksnya kek gini dan berakhir kek gini. Tapi dengan kondisi saat itu yang aku lagi having fun sama temen-temen aku. Binggung dong gimana ide dikepala ini dituangin sedangkan aku butuh alat tulis, setidaknya ada note lah. Sedangkan ide itu munculnya random, takutnya kalau dibuat “oh .. oke ntar aja dirumah di inget-inget lagi”. Eh kok ide itu gak keluar kayak blank gitu. Untuk antisipasi agar itu gak ilang Jadinya, aku mulai ngebiasaain bawa notes kecil  di tas, atau gak ketik di note hp alur cerita yang ingin aku buat. Aman kan, habit tetep jalan, having fun sama temen juga tetep jalan.

Nah.. itu tadi cara aku nge train my habit, agak rancu juga sih mau ngejelasin antara itu habit atau kebiasaan atau bisa juga itu seperti hobi. Tapi well, di Day-11 ini itu yang bisa aku sajikan ke kalian. See you di topic selanjutnya.

 

Hal Yang Membuatmu Tertarik


Challenge is back
anyway yang kemarin-kemarin si partner riza gak tau kenapa dan mengapa gak lanjut dengan beribu alasan yang menyertai, she is stuck di day-6. Sedangkan aku yang juga tak sempat mengasah isi kepala gara-gara ngurus kerjaan yang gak tau yang diurus kayak gimana, akhirnya terbengkalailah misi terbesar dalam dunia pernulisan ini #halah. Berhubung ini ada kesempatan buat nulis artikel  yang at least yang aku baca dan jadi jejak digital aku dikemudian hari akhirnya lanjut. Well next topic adalah hal-hal yang membuat aku merasa tertarik. Entah tertarik untuk ingin mencoba, memahami dan memperhatikan. Something make me shout out “waw”.

Hal yang membuat aku excited banget adalah saat aku mendengar orang-orang bercerita tentang  pengalaman hidupnya dan welcome supaya aku tuangkan di blog my space ini. anyway sebelum merangkai kata ala-ala, aku selalu izin ke mereka untuk bisa angkat kisahnya. Supaya para pembacaku yang budiman bisa ambil hikmah dari kisah mereka ini. Mungkin bagi narasumberku, bercerita padaku adalah hal yang bisa meringankan beban, tapi bagiku cerita mereka adalah suatu kehormatan, yang dapat menginspirasi dan cara lain dari bersyukur untuk aku yang moody-an. FYI, aku ini tipekal orang yang gampang stuck dengan keadaan, yang kadang merasa apa yang aku lakukan kok ya gini-gini aja. Beruntungnya, ketika aku mendengarkan cerita mereka, aku pribadi jadi bisa lebih bersyukur dengan hidup. And said “ wow she/he is amazing i can’t be like that”

Pernah dengar rumput tetangga lebih hijau. Nah… kadang ini berlaku bagi aku yang sometimes ngelihat kehidupan mereka yang aku pandang berkecukupan, no burden atau hidup mereka yang gak dapat omelan kanan kiri gegera melakukan kesalahan yang sebetulan gak sengaja. Karir sukses dan bla-bla-bla yang menyertai kehidupan mereka sehingga tampak “bahagia” di mataku. Tapi begitu aku mendengar cerita mereka,and auto think that how’s hard life going on . Saat mereka dititik terbawah dan tak ada yang menolong. Mungkin ketika aku di posisi mereka, aku  tak akan sanggup. Sedangkan mereka sampai saat seperti ini bisa tersenyum. Bisa jadi karena mereka ikhlas ngejalaninnya. So, aku jadi lebih paham. Hidup mereka itu sulit hanya saja mereka tak mengeluh, jadi siapapun yang tak mengenal atau tak mendengar cerita mereka, akan seperti aku sebelumnya dan berpikiran they have happy life ever after.

Entah sejak kapan, kalau aku mendengar cerita langsung dari sumbernya I mean mereka yang mengalami sendiri aku jadi excited, bukan nantinya akan menghibah atau dengan niatan cari bahan buat jadi omongan ke orang lain. Tapi karena dari cerita mereka aku bisa lebih menghargai hidup. Bisa menyadari jika ada orang yang mengalami hal sulit dalam hidupnya tapi masih bisa tertawa bareng-bareng dengan orang lainnya. Lebih dari itu, mereka bisa menginpirasiku untuk bisa membuat artikel yang bisa dinikmati banyak orang. Thank for sharing to me, I’m salute!


Rahasia Di Balik Open Trip

“aku ceritanya Cuma sama kamu ya, jangan disebarkan ke yang lainnya” kupikir berpesan seperti itu kepada satu orang akan aman. Nyatanya tidak!. Justru itu yang dijadikan bahan candaan atau topik ketika seseorang sedang giat-giatnya bercerita dengan sesama. Dan tentu tanpa aku sebagai obyeknya. Sebal, absolutely yes!, tak ada orang yang tak sebal jika rahasianya tersebar. Tapi balik lagi yang namanya rahasia, bukan rahasia lagi jika sudah terdengar oleh orang lain. begitu kan pembaca yang budiman ?Oke let’s see, sekarang aku bakalan share “rahasiaku”. 

Perihal kenal sama si mamas, aku anggep itu sebagai rahasia ya. Karena banyak yang tanya dapat dari mana, kenal dari mana, kok bisa cepet banget dan bla..bla..bla. Tapi jawabanku Cuma ya mungkin udah ketemu jodohnya kali. Jodoh itu gak pernah disangka datangnya dari arah mana, bahkan dengan siapa kita berencana belum tentu itu yang akan jadi endingnya. Justru bisa jadi orang yang tak terduga bakalan jadi akhir dari perjalanan kita menemukan jodoh #eaa. Mungkin tak penting untuk yang sudah menemukan jodoh sesuai dengan kehendaknya, lalu bilang “toh aku sudah dapat jodoh yang aku mau dan aku inginkan” okaycase closed, but maybe this is for you yang sedang menunggu jodohnya. Yang mungkin masih bersama orang lain. MUNGKIN yhaa.

Baca Juga: How to face my fake friends

Lanjut, Aku tipekal orang yang gak nyaman jika memulai hubungan melalui sebuah perkenalan yang disengaja. Menurutku hubungan itu harus atas upaya sendiri, look like feel desperate gak sih kalau kudu dikenalin kanan kiri. Tapi One day, teman di tempat kerja lama minta izin untuk share kontakku ke temannya. Menurutnya, Dia- yang akan dikenalkan padaku, dulu pernah bekerja di tempatku saat ini. Sayangnya dia lebih dulu keluar saat aku pertama kali masuk. Waktu aku tanya siapa namanya, well aku familiar dengan namanya “oh aku tahu itu anak, kan pernah ikut Open Trip Banyuwangiku” begitu responku pada temanku ini. 

Even nama tersebut gak asing, aku masih jual mahal gak nge-iya-in langsung. Toh aku juga lupa wujud orangnya yang gimana. Gengsi lah, namanya juga dikenalin ya kan ya.  Jangan langsung iya. Toh emang gak ada niatan juga sih buat kenal lebih deket. Sempet nolak berkali-kali buat dikenalin. Tapi.. karena si temanku pantang menyerah sebelum berperang, finally I said  “ywes kasihkan kontakku ke dia”. dalam hati nih. -Palingan gak daku reken atau gak si doski gak bakalan chat. 

Singkat cerita ada pesan masuk melalui aplikasi WA dengan casing yang religius sekali “assalammualaikum, Dian ya?” begitulah bunyi isi chatnya. Woyajelas pasti itu chat dari orang asing. Ciri-ciri orang yang kenal pasti nyelonong aja panggilnya kind of  “hai/woy sis… Ian.., di,.. Behel, beb…” begitulah, tapi ini kok ya alim banget. Curiga dong jangan-jangan si mamas yang rencana bakalan di kenalin ini yang chat. Dan ternyata betul. Doski tanya-tanya macam pegawai sensus, kerja dimana, tinggal dimana, berapa saudara, udah berapa lama kerjanya, betah gak sama kerjaanya dan masih banyak lagi.

Karena aku emang gak terlalu mikirin deket sama orang dengan cara “dikenalin”, jadinya aku terkesan cuek, jawab sekedarnya. Inget dijawab, kalau gak inget ya gak di chat. Anehnya cuekku ini gak bertahan lama. Si Mas gencar banget kalau ngehubungi. Rasanya nyambung aja kalau lagi ngobrol sma si mas, baik chat ataupun telepon. Akhirnya si mamas ngajak ketemu untuk pertama kali. Ehh.. tunggu, ketemu untuk pertama kali as a close friend, kan sebelumnya udah pernah ketemu di open trip just say hello udah kelar. Karena  sama-sama gak ngeh sih bakalan punya kisah diluar itu. tapi ini ketemu yang beda. Setelah cari tempat yang pas untuk ketemu, aku dan si Mas sepakat untuk ketemu dirumah teman yang jadi perantara kami. Takutnya kalau ketemu di tempat lain, suasana bakalan canggung, gitu gak sih bagi yang ngalami hal kayak gini. Aku sih yes.

Waktu itu hari Selasa, setelah pulang kerja aku segera meluncur ke TKP, sebelumnya juga udah info temenku sih kalau aku dan si Mas bakalan ketemu dirumahnya, jadi biar bisa ngobrol luwes lah.  Mungkin yang berbeda juga dari hari itu adalah dari segi penampilan karena waktu open trip, layaknya orang mau ndaki, bawa ransel, pakai sepatu both, dan beberapa keperluan mendaki. Kali ini yang akan temui sesosok yang berpakaian formal seperti pegawai kantoran, ya kali ahh dia orang kantoran. Pertama ketemu setelah sekian lama, alih-alih canggung kita malah ngobrol seperti teman lama yang gak ketemu. Tapi dari pertemuan itu, dia lebih banyak diem. Mungkin giginya lagi sakit kali ya. Entahlah.. Sedangkan aku ngomong mulu, kebetulan temenku juga aktif banget ngajak ngobrol jadi situasi aman terkendali. Sempat ada pertanyaan basa –basi seperti: abis ini mau kemana?, emang pulangnya jam berapa? Kerjaannya ngapain aja? Dsb. Kalau di inget-inget sebenarnya jawaban pertanyaan itu gak penting, karena aku mana perduli toh ya hidupnya dia, mau pulang kemana ya urusannya. Jahat kan aku ini sama dia. Iya bener, aku jahat banget. Namanya juga gak terlalu serius buat nanggepi perkenalan kayak gini.

After first met, ku pikir ya udahlah, palingan dia jera ketemu aku yang ngablak ke gini. Eh ternyata salah besar. Sepulang dari meeting point. Dia telp buat tanya apa sudah sampai rumah, lalu ngomong panjang lebar. Dari situ kita mulai nyambung, enak ngobrolnya, ada pertemuan selanjutnya. Gak nunggu berbulan-bulan sampai purnama berganti. Tiba-tiba dia mengutarakan niat baiknya kalau ingin mencoba lanjut sama aku. Lah dikira ini sinetron ada episode lanjutan. Oke.. selanjutnya bisa tebak sendiri ya, arahnya kemana J. 

Sekarang, kalau kita lagi flashback tentang pertama kali ketemu. Aku selalu bilang ke si Mas, kalau tau dari awal ada cerita lanjutan, mending waktu open trip kemarin aku langsung bilang “aku Dian, yang bakalan jadi pendamping hidupmu dan jadi ibu dari anak-anak lucumu”

Pelajaran Yang Aku Petik Melalui Jalan Yang Sulit

Lama juga untuk bisa di hari kedelapan dari challenge yang aku dan si partner sepakati. Lama karena kerjaan dan rentetan alasan yang menyertai, gak fokus kan jadinya. Hallo apa kabar, semoga aja gak bosen sama myspacediianov ini yhaa pembaca budiman.

Nah kali ini concern topic selanjutnya adalah lesson what I’ve got aja gitu kali ya. Sempet binggung juga, mungkin ikhlas kali yang aku harus terapkan setelah melalui hal panjang untuk sampai pada tingkat itu. Sampai saat ini pun ikhlas itu hal yang sulit. Selalu ada embel-embelnya. Contohnya aja let someone I loved the most leave me alone, gak itu aja, ikhlasin barang-barang yang disayang buat pindah ke tangan orang lain itu juga berat, hehe. Sampai segede ini aja, ikhlas masih menjadi Pe Er Banget, tapi gak semuanya gak ikhlas yaa... Ada hal-hal yang memang butuh waktu buat mengkhilaskan suatu hal.

Bisa di bilang kehilangan orang yang paling dekat, itu yang paling aku inget. Dan paling butuh waktu lama untuk ikhlas. Sebelumnya aku gak ada pikiran bakalan ditinggal atau bakalan jungkir balik buat bisa struggle di semesta yang penuh dengan keriyekan ini. Semesta yang isinya rangkaian manusia dengan rupa-rupa karakter.

Aku kehilangan ibu kandung sejak aku berumur 13 tahun, beliau meninggal pas aku lagi puber-pubernya jadi anak cewek. Pernah ngerasain puber kan ya pembaca budiman, curious nya tinggi kan? Perubahan bentuk fisik dan mainset juga adakan ya? Biasanya yang anak cewek apa-apa kudu lapor atau tanya ke ibu kan ya ?. curhat a,b,c,d soal sekolah, soal gebetan  atau pasangan hidup. Nah… aku melewatkan moment itu.

Ikhlas di moment–moment kek gitu sulit banget, baper kapan pun kalau lagi pengen. Selalu ada pertanyaan kenapa kok di tinggal, kenapa gak ada persiapan sama sekali. Kenapa gak pamitan dulu dan bla bla. I needs explain berasa kayak drama ya, but that’s true . kalaupun di bibir ngomong oh iya aku ikhlas, ternyata di hati masih aja gak terima. Selalu ada pengandaian-pengandaian yang menyertai “andai ibu masih ada bakalan banyak cerita, hidup gak bakalan serumit ini, bakalan makan lesehan bareng, pergi ke pusat kota malem-malem buat lihat atraksi jaranan. Nikmati waktu kadang berdua dan cerita soal receh tapi ngena banget” itu tuh yang bikin ikhlas gak pernah terwujud. Malah jadinya sebel sama takdir dan mikir kok takdir kejam amat sih sama aku. Mulai cari siapa yang salah dan there is no never ending.

Bapak juga bilang sih, mau gimana pun Takdirnya Allah itu lebih indah. “kalau ibu diambil di usia yang masih muda, itu artinya Allah lebih sayang sama orang itu daripada kita. Allah gak mau, imannya dirusak, jadi Allah jaga ibuk” gitu beliau bilang. Buat nerima omongan bapak yang kek gitu aja juga masih ada perdebatan batin. Aku juga sayang dong sama Ibuk. Aku juga mau ibu disini sampek aku dewasa nanti. Gitu aja terus. Gak salah yha kan, punya pikiran yang rada’ egois, then komplain I still need my mother here!. Butuh waktu bertahun-tahun buat cerna omongan bapak yang awalnya aku gak paham sama sekali.., tapi lama-lama aku mikir se enggaknya hasil pemikiranku ini, karena aku pernah ngaji dan dapat ceramah ustadzah. Sayangnya Allah ke hambanya itu gak bisa dibandingkan dengan sayangnya makhluk ke makluk lainnya, sayangnya Allah itu lebih besar. Oke, no doubt . Kalau aku gak ikhlas bakalan jadi beban sendiri buat aku sama buat ibuk di sana. Ikhlas itu berat, tapi jaminan nya bahagia beruntung dapat surga. Gak ada makhluk di muka bumi ini yang gak mau masuk surga ya kan?, tapi cara masuk surga tentu juga rupa-rupa then Ikhlas the lesson that I got from the hardest way.

Aku Merasa Salah

Welcome to the next topic of #30dayswritingchallange. Semua topic yang selama ini hampir memper-memper satu sma lain, dan berimbas butuh waktu lama banget ngerjainnya. Atau emang aku aja ya, yang gak siap buat challenge ini. hehehe. Anyway, topic ini tentang “rasa bersalah”. Aku binggung mau mulai dari mana, but challenge is a challenge yang kudu wajib di garap.

Rasa bersalah …

Mungkin rasa bersalah sama diriku sendiri kali ya, lebih tepatnya pada aku yang dulu the little me that Suffered from unfair world. Tapi, Bukan berarti saat ini aku gak bahagia ya. Sejujurnya peristiwa dulu-dulu itu jadi buat aku mikir. Ada banyak hal yang bisa aku jadikan penyebab bahagia even aku dalam kondisi yang gak baik. Seenggaknya ada sudut pandang lain yang aku amini untuk jadi sumber bahagia.

What could I do, I felt gulity  ketika seorang Dian kecil dibebani masalah yang betubi-tubi dan gak bunya tempat buat ngadu. She needs playing with other but she didn’t have friends who understood her reality.  Fiinally she was crying at the cornernobody knows and then she was being introvert .

Dia cuma diam tanpa mengeluh apalagi bersuara tentang kecewanya. Membungkus semua rapi di balik senyum absurd yang dia suguhkan setiap hari ,she was natural but broken inside. Aku tahu, Dian saat itu pribadi yang kuat, sampai-sampai tangisnya pun jarang pecah, dia hanya bertindak konyol dan konyol. Iya, aku selalu seperti itu di waktu kecil.

Beberapa hari yang lalu aku bermimpi bertemu dengan little me, she was energic, funny, tingkahnya yang konyol, cerewetnya yang gak mau ketinggalan dan, gak ada sama sekali Dian dengan raut muka sedih. Dia happy banget sama kegiatan yang dia lakuin, kalo gak salah maktu itu, dia dance dan ikut fashion show rame-rame sama temen kampungnya. Kampung dimana aku pernah dibesarkan sampai kurang lebih 13 tahun. Saat itu mukaku gak berhenti tersenyum dengan tingkahnya yang khas banget “Dian yang gak bisa diem”. Aku ketawa- ketawa sendiri dibuatnya. Heran juga, ternyata aku pernah sebahagia itu tanpa beban atau lebih tepatnya Dian kecil itu sungguh pribadi yang gak bisa diem banget sampai guru-guru selalu bilang kalau Dian gak butuh tempat duduk.

Setelah selesai aktivitasnya, aku datang ke arahnya dan bilang “aku ini Dian yang sekarang. Aku ini kamu yang udah gede”.  she hugs me then cry, entah kenapa aku juga melakukan yang sama sambil bilang “aku minta maaf, dek”, dia gak berhenti nangis and I also Aku merasa bersalah padanya, to little me, karena aku gak bisa melakukan apa-apa saat itu. She learn something bigger about life not at her age - I’m Sorry-

Surat Untuk Ibu Yang Tak Bisa Kupeluk Tubuhnya


Dear someone,
i couldn' touch,
couldn't hug and
couldn't tell to anyone if i really miss her so badly.
And She is IBU.

Aku tidak bisa meminta dilahirkan dari rahim mana dan dibesarkan di keluarga seperti apa. Yang aku tahu, aku hidup dan tumbuh sampai saat ini berkat cinta dan kasih sayang dari seorang Ibu.
If i know you'll leave me with this feeling. aku akan mempersiapkan banyak kisah yang akan aku lewatkan bersamamu. Ratusan bahkan ribuan agenda dan semuanya akan dan selalu harus bersamamu. Akan aku katakan jika aku mencintaimu di setiap waktu yang kumiliki. Tak akan ada kesempatan untuk aku mengeluh dan meronta padamu sampai membuatmu merasakan sakit dan menyesal memilikiku. Never!  dan aku bersyukur kau tidak pernah mengatakannya.

Sorry.. sorry for everything i've done. Aku lebih dari cukup buat hati dan pikiran ibu panas karena tingkahku. You have given a great lesson for all of this. i really miss you, Ibu. Ada banyak cerita yang aku ingin bagikan sampai detik ini. Proses aku melewati hari tanpamu itu sungguh berat. Aku kacau waktu itu atau mungkin sampai sekarang namun tidak sekacau dulu, Entahlah. aku begitu merindukanmu, merindukan ocehanmu, pelukanmu. Aku merindukan apapun yang ada dalam dirimu, Ibu.

Ibu, i'am addiceted with your smile, and after i lost you.  Aku banyak sekali melewati masa-masa sulit, lebih tepatnya tidak hanya aku, tapi kakak dan adik begitu pula bapak. Kita belajar untuk menerima keadaan yang saat itu sangat sulit untuk membuat kita tersenyum. Kita mencoba saling menguatkan tapi ternyata kita gagal dan akhirnya tumbang pada keadaan. Kita "berpisah" dengan cara yang menyayat hati dan pikiran. Semata-mata agar kita terus "hidup" dan bergelar apa yang sempat kita andaikan. Tak ada yang lebih hancur perasaannya waktu itu selain kami yang telah kau tinggalkan. 

Ibu andai kau tahu, Since you leave us, me and another sister live a apart. kami harus mencuri-curi waktu untuk bisa bersama. Mengesampingkan jadwal penting kita untuk pertemuan keluarga karena kami sangat menrindukan bersama. Banyak kejadian baru yang membuat hidup kami jatuh bangun untuk sampai pada titik ini. Ibu.

Ibu, Aku sering sekali menangis karena merindukanmu. Terutama akhir-akhir ini. Rasanya bercerita pada ibu sendiri saat akan menjadi bagian dari hidup orang lain adalah hal yang paling menyenangkan. Hal yang sangat ingin dilakukan bagi anak perempuan yang akan di pinang. Sayangnya aku tak kedapatan dengan hal itu. meski begitu, di kesempatan kali ini, a letter to someone akan ku khususkan untukmu, Ibu. Surat untuk orang yang selalu ku rindu dan ku cumbu dalam setiap doaku.

Ibu, aku sudah memiliki penjaga sekarang, seseorang yang akan ada mulai aku membuka mata sampai dengan menutup mata. Salah satu dari sekian sebab senyumku berkembang dengan mudah.
Jika Ibu bertemu dengannya, mungkin ibu akan berkata - "dia anak yang baik, dia akan selalu ada disampingmu atau dia akan menjagamu mengantikan ibu dan bapak nanti, kamu akan memiliki anak-anak yang lucu dari dia". Iya mungkin begitu.

Ibu, aku akan menjadi bagian dari sisa hidupnya. Andai ibu tahu proses untuk melewati segalanya itu sangat panjang. Aku harus terluka dulu sebelum bertemu dengannya. aku harus menangisi orang lain yang jelas-jelas bukan untukku. Aku harus bergantung pada orang lain sedangkan orang tersebut sering menipuku sebelum aku bersamanya. Menyebut nama seseorang lain, kemudian meminta untuk dipesatukan kembali dengannya. Padahal hatiku sudah terluka dengan orang yang sama untuk kesekian kalinya. Sampai pada akhirnya dia datang kemudian berencana untuk menetap sampai ajal datang. Terlalu berlebihankah Ibu?, memang, aku memang seperti itu jika terlalu menyayangi sesuatu. Tapi itulah yang kubutuhkan, bersama dengan seseorang sampai mataku terpejam. Seperti ibu, berpisah karena maut yang memisahkan. Kemudian dipersatukan kembali dalam kehidupan yang kekal karena amalan (Insha Allah)

Tapi ibu, lebih dari apa yang kurasakan sebelum aku bertemu dengannya. Aku selalu merindukanmu. aku selalu membayangkan bagaimana jika kau masih ada, lalu aku bercerita setiap apa yang aku alami bersamanya. Lalu kau memberikan aku petuah seperti biasanya sebagai seorang ibu. Kemudian Kita berbicara panjang lebar, entah dari mana kemana sampai kau bilang cukup karena aku banyak bicara. Dulu kau sering sekali paling khawatir dengan tingkahku. Bagaimana tidak, aku salah satu anakmu yang paling tak bisa mengendalikan tangan jahilku. Paling tak bisa diam dan paling sering hilang di tengah keramaian.

Ibu, andai waktu dapat di ulang, di beberapa kesempatan hal-hal yang sempat membuatmu kecewa dengan tingkahku akan aku hilangkan. Aku akan menjadi anak baik dan tak pernah membantahmu seperti yang sering aku lakukan dulu. Waktu bermainku bersama teman-teman akan ku babat habis dan akan ku gunakan bersamamu. Terima kasih, Ibu for loving me without doubt, shouting me, kissing me at the night, dan terima kasih telah menjadi ibuku, Ibu.

Aku mencintaimu.