Jika Kelak

Kelak, ketika tak sengaja kau temukan betapa suramnya masa laluku. Betapa nelangsanya hidupku dulu. Dan betapa tak berdayanya aku dihujani banyak cobaan hidup, namun berbanding  terbalik dengan aku kini. Ingatlah itu berarti aku sudah berusaha sedemikian keras untuk sampai di titik ini. sampai pada masa jika aku baik-baik saja dengan apa yang menerpa. Tuhan masih sayang, sampai-sampai aku diberikan sabar yang luar biasa.

Baca Juga: Sepertinya Karena Sudah Menjadi Kita

Kelak, ketika engkau tak sengaja mengetahui hal yang sengaja tak kuceritakan entah perkara apa. Tolong jangan menuntut untuk aku menjelaskan. Aku sudah mempertimbangkannya matang-matang dan lebih senang mengubur yang memang harus dikubur. Bukan demi kebaikanmu atau untuk siapapun, tapi untuk diriku sendiri yang tak ingin mengungkitnya lagi. Jauh lebih baik jika aku tak menjelaskan apapun pada siapapun termasuk dirimu karena aku anggap itu sebagai masa lalu.

Hingga aku dapat berdiri saat ini, menjadi bagian dari hidupmu kini. Karena aku banyak belajar dari apa yang menimpaku dulu. Perasaan tak dihargai, rindu yang tak kunjung pergi, tangis yang tak berkesudahan, terjebak dengan ego sendiri. Pun terkadang berbuat nekad dengan melukai diri sendiri. Aku pernah benar-benar lelah hati dan dadaku sesak sekali dihujani masalah bertubi-tubi. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk bersembunyi, mencoba untuk menemukan cara agar aku bisa mencintai diriku sendiri, memahami apa yang di mau hati dan mencari solusi.

Jadi tolong, apa yang kau temukan tentangku secara tak sengaja dikemudian hari, cukuplah kau pendam dalam hati. Tak bertanya ataupun mencoba mengorek luka yang sengaja kulupa. Percayalah untuk berdiri di kakiku sendiri ada banyak hal yang harus aku lalui. Namun jika keputusanku ini kau anggap tak baik, dan kau menuntut untuk aku bercerita secara menyeluruh,  dan sekiranya hal itu perlu bagimu, maka aku akan coba pertimbangkan dengan  kita bernegosiasi dulu.

 

Sepertinya Karena Sudah Menjadi Kita

Sebagai orang yang kau pilih untuk menjadi akhir perjalananmu, menjadi orang yang selalu kau cari ketika aku tak ada kabar, pun selalu kau perdulikan dalam segala hal. Belum lagi selalu kau cintai dari hal kecil begini. Aku merasa beruntung. Tuhan sudah sangat baik dengan memberikanku orang yang mencintaiku sepertimu.

 Meskipun bukan sepertimu orang yang aku inginkan. Ternyata Tuhan lebih tahu apa yang aku butuhkan, yaitu orang sepertimu. Seseorang yang sangat mengkhawatirkan diriku lebih dari diriku sendiri. Seseorang yang akan selalu menunggu kabarku di sepanjang waktu. Seseorang yang tiba-tiba cemburu hanya karena aku terlalu sering berkirim pesan dengan temanku melebihi yang aku lakukan padamu.

 Aku sebal, kadang yang aku lakukan kini serba terbatas. Sebelumnya aku bisa melakukan ini itu semauku. Tak perlu izin lebih dari ayah dan ibu. Kini bersamamu, bertambah pula kewajibanku untuk mengatakan aku kemana, dimana dan bersama siapa. Segalanya menjadi terbatas saat aku ingin bersenang-senang. Sekedar camping ditengah padang ilalang ataupun  menikmati angin pantai bersama teman-temanku saja, mengatakan iya padaku kau sangat susah. Selalu ada syarat yang harus aku penuhi.

 Belum lagi, saat aku harus bertemu dengan teman lawan jenisku bahkan untuk hal yang sangat  perlu. Izinmu sungguh harus aku dapatkan dulu. Meski begitu, aku tetap beruntung dengan kau memberikan batasan. Aku jadi terjauh dari hal yang akan merusakku dikemudian. Sepertinya, karena aku dan kamu sudah menjadi kita, apa-apa yang terjadi dikehidupan kita sudah harus diskusikan berdua.

 Kau pernah jujur tentang suatu hal meskipun itu menyakitkan, namun aku mampu memaafkan. Dengan kau berkata jujur, kau mengungkapkan bagaimana resahmu saat aku tak disisimu. Kau memberikan pelukan hangat dan mendengarkan omelanku disepanjang waktu atas batasan yang kau terapkan sebagai gantinya. Kau menyadari jika rasamu padaku terlalu jauh namun tak bisa berbuat apa-apa karena takut kehilanganku, begitu katamu. Kau memang orangnya ternyata. 

Terima kasih  telah datang dan memberikanku keyakinan disertai banyak pembuktian

Terima kasih telah bertahan dan tidak pergi kelain hati

Terima kasih telah memberiku lebih dari cukup

Terima kasih telah memberikan tenang dengan caramu yang diluar dugaan

 Dan terima kasih telah mencintaiku sepenuh hati

 

Masa Lalumu

Berbicara perihal masa lalu dan tentang lukamu di masa itu, sebenarnya aku tak begitu perduli. Aku yakin kalau aku bisa mengobati karena aku adalah masa depanmu yang menjadi penyembuh. Asalkan kau tak melibatkan masa lalumu ketika bersamaku, lalu kau mulai membanding bandingkan dan akhirnya kau mengatakan jika aku tak bisa seperti dia.

Aku tak akan pernah menjadi dia, bahkan aku tak mau. Tolong bedakan. Aku dan dia adalah dua orang berbeda. Dia mencintaimu lalu dia membuatmu terluka dan kau ditelantarkan entah dengan sebab apa, tapi tidak dengan aku. Aku mencintaimu dan ingin bersama denganmu selalu. Aku memilihmu karena aku percaya, kau orang yang tepat untukku.

Kupikir, saat kau memulai suatu hubungan yang baru denganku. Kau telah melupakan masa lalumu. Pun demikian juga dengan aku. Bagiku, masa laluku tak ada hubungannya dengan apa yang aku jalani bersamamu saat ini. Dia adalah dia dan kau adalah kau, seseorang yang kurencakan kedepannya.

Sayangnya aku salah, kau tak secepat yang aku kira. Kau masih saja berusaha membangunkan masa lalumu saat bersamaku. Padahal aku sudah bersusah payah untuk meninabobokannya. Kau tak selihai ucapanmu di awal yang ingin mencoba mencintai kurangku, menyanjung lebihku dan berjuang bersamaku meraih tujuan kita- Bahagia dengan bersama. Kau masih tetap sama, bergelut dengan dia yang kau cintai di dasar hatimu sana. Dan aku terlanjur terluka.

Sebelumnya aku tak masalah jika sifatmu yang begitu keras kepala menuntut aku untuk menjadi seperti yang kau mau, karena aku percaya arahanmu adalah membenahiku untuk menjadi lebih baik versimu.  Jika cinta itu saling menerima. Tentu aku menerimamu dengan segala hal yang melekat padamu termasuk dengan masa lalu yang menyeramkan itu. Tapi bukan berarti kau bertindak semena-mena. Jika cinta saling menguatkan, seharusnya kau bisa berujar jika aku harus sabar menghadapi tingkahmu yang kekanakan, bukan justru memperlebar kerusuhan.

Di kepalaku, aku masih ingat jelas, pertengkaran pertama kita dengan perkara sederhana dan tentu aku memilih mengalah. Namun, berbeda dengan saat ini. Sejak aku tau dia masih ada di kepala dan hatimu. Itu sudah cukup membuatku muak dengan semuanya. Tentang hubungan kita yang kau namai percaya dan mencoba. Maaf kesempatanmu untuk bersamaku sudah tak ada lagi. Aku tak mau terluka dan terus salah sangkah, jika cintamu tak sepenuhnya dan bahagia yang kau berikan juga cuma setengah.  

Kamu dan Impianku

Aku dengan  impianku sebagai penulis, itu sama seperti aku yang ingin menjadi akhir dari perjalanan kasihmu. Dua hal yang ingin selalu aku nomer satukan. Dua hal yang membuat hidupku berarti dan selalu ingin berjuang dengan gigih setiap hari. Tanpa mana yang harus aku dahulukan. Pun tanpa mana yang harus aku prioritaskan mana yang lebih karena keduanya sejajar.

Maaf jika aku tak bisa menentukan mana harus yang menjadi pertama dan selanjutnya. Akan sangat mustahil jika impianku hanya sebatas mimpi tanpa upaya untuk kuraih. Pun akan sangat disayangkan jika kamu menjadi yang terabaikan, karena aku akan sibuk sendiri.

Aku bersyukur, Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk terus hidup dan mengejar apa yang sedang aku upayakan. Di samping itu aku juga bersyukur di tengah usahaku mencapainya Tuhan mengirimkan kamu sebagai candunya. Sebagai inspirasi atas tulisanku kini.

Jika suatu ketika aku lelah karena semesta sedang gemar-gemarnya bercanda dengan hatiku. Ketika langit kelabu lalu menghujani hariku. Aku akan berhenti sejenak. Bukan untuk bersembunyi seperti dulu. Tidak, tapi aku akan mengumpulkan puing-puing semangat yang sempat tercecer. Aku akan berdiri lagi, karena aku percaya matahari masih jatuh cinta pada bumi. Masih ingin memberikan kehangatan meski kadang pancarannya menyengat hingga ke tulang. Aku akan mengingat kembali betapa indahnya impianku itu menjadi penulis dan sebagai pelengkap hidupmu di kemudian hari..

Kita Adalah Sepasang Yang Ingin Tinggal


– Puisi kolaborasi dengan si Bapak –

DIA -
Siapapun yang sudah begitu kokoh berdiri, pasti pernah merasakan jatuh
Siapapun yang sudah mampu tertawa lepas, pasti pernah merasakan tangis yang teramat puas
Siapapun yang sudah bahagia, pasti pernah merasakan beratnya kecewa
Kelak, Kita akan pulang pada dekapan seseorang yang padanya membuat diri merasa disayang
Yang padanya, selalu memberi tenang meski tak berucap apapun
Yang padanya, kita mengerti apa itu memberi tanpa berharap kembali
Yang padanya, kita ingin menatap sebelum memejam
Yang padanya, kita selalu ingin mendengar sebelum tuli
Yang padanya pula kita bercita-cita untuk bersama mati
Semoga akulah titik hentimu.

Dia kutip dari "Febri Ramadhan"

 ***
Aku berterima kasih, bertemu denganmu tanpa sadar aku telah memulai hal baru dalam hidupku.
Berkatmu luka yang bertubi-tubi menghampiri tiba-tiba mati.
Aku patah hati saat itu, tapi berkat sabarmu, aku jadi lebih tangguh 
dan mencintai diriku sendiri, serta mampu menyediakan ruang untukmu bertenduh.
Menghadiahi hati yang sebelumnya sepi menjadi hangat kembali. 
Lukaku memang membekas, hanya saja aku sudah rela jika lukaku kemarin adalah cara Tuhan untuk temukan aku dengan sesosokmu hari ini.
Maaf, sebelumnya aku sempat ragu, mungkin jatuh cinta padamu butuh waktu melebihi yang aku rasakan dulu.
Padamu, harapanku akan tumbuh. Tetaplah bersamaku, jangan pernah jemu apalagi bosan. 
Semogamu adalah semogaku
Impianmu juga impianku yang ingin kita lambungkan tinggi
Membersamaiku hingga kita tinggal nama nanti