Untuk pertama kali, luka yang kerap kubahas mulai
kusisihkan jauh dan kubiarkan. Aku kembali merasakan jatuh cinta yang padahal
sebelumnya aku takut untuk memulainya. Aku takut jika aku jatuh cinta aku akan
kecewa untuk kesekian kali. Bergelut dengan perasaan dan bertanya pada diri
sendiri seolah bimbang itu sudah menjadi aktivitas harian yang menyebalkan.
Namun, tiba-tiba seseorang datang dan menjadi penyegar kala hati kubiarkan
larut dalam gersang. Awalnya aku tak berniat untuk mengindahkan, bertemu dengannya
saja aku enggan. Sebab, dia-kupikir hanya akan seperti sebelum-sebelumnya.
Pencipta ilusi hingga menyebabkan kehilangan yang aku sendiri tak bisa atasi.
Bergantung pada kata maaf jika salah, namun tak lelah mengulanginya. Tentu, itu
dulu sebelum aku mengenal dia dengan baik.
Dia memang tak sempurna dan jauh dari kata
iya. Tapi saat bersamanya segalanya indah. Piluku menghilang, dan benciku pada
masa lalu melunak. Kini aku tak berjuang sendiri, ada dia yang akan menemani.
Akan ada rindu yang sekarang memiliki tumpu dan mampu dituntaskan dengan temu.
Setiap kali mengingatnya aku jadi tersipu malu. Bertanya dari mana rasa ini
munculnya, tiba-tiba saja menjadi terbiasa dan resah jika dia tak beri kabar.
Aku tak perlu lagi pasang muka masam, sebab dia tak membiarkan aku melewati
rindu sendirian. Menjadi pendengar saat aku bercerita panjang lebar. Menanggapi
setiap gurauan dengan antusias ditambah dengan senyuman yang khas.
Pada dia yang sekarang menjadi istimewa. Menjadi
tujuan serta hal yang selalu kudiskusikan dengan Tuhan. Mampu kuajak
berkompromi dengan banyak perbedaan. Berkatnya aku mampu melewati fase dimana
sendiriku harus selesai sampai di sini. Dia yang membimbingku menuju bahagia
dengan cara yang terarah. Tidak perduli bagaimana aku dulu, dia berhasil
membuang raguku jauh dan rasa cintaku tumbuh. Untuk sedetik yang pernah aku
lewati dengannya, kupikir itu cara Tuhan memantapkan pilihanku padanya.
Semoga saja, tak pernah ada sementara setelah ini, beberapa perkara memang harus ada jeda, namun dengan dia aku harap selamanya. Apa-apa yang dulu pernah kutinggalkan lantaran hanya akan berakhir dengan pengandaian. Kini akan kutata ulang, contohnya saja masa depan. Sayangnya aku ini kadang pemalu. Ungkap rindu padanya secara lantang saja aku tak mampu. Meski aku mengaku sudah dewasa, perihal jatuh cinta padanya aku masih sungkan untuk mengakuinya. Maaf ya, aku ini perempuan yang memiliki peran sebagai perasa. Tak bisa bersuara tapi cintaku ini benar adanya. Kali ini aku akan sungguh-sungguh. Berjuang sampai akhir hingga aku dan dia menjadi kita dengan kata sah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar