Lelaki Yang Mudah Berganti Hatinya

                          

Harusnya aku tak berurusan dengan dirimu, lelaki yang sebenarnya berpunya namun banyak tingkah. Mengumbar janji mesra, Mengatakan akan berjuang demi cinta pada satu wanita. Tapi pada kenyataanya, beberapa kali aku tangkap mata dirimu sedang bersama dengan wanita berbeda wajah. Apa itu tandanya kau ingkar dengan apa yang kau katakan. Entahlah, aku hanya akan mengamati.

Seringkali aku peringatkan dirimu jangan mudah jatuh cinta hanya dengan sebuah percakapan singkat tanpa pernah bertatap. Kau pun setuju. Tapi tak lama setelah deklarasimu, kau mulai memperlambat daya ingat dan berdalih bahwa kedekatanmu dengan wanita hanya sebatas teman bicara. Sedangkan kau ketahuan terjebak kisah asmara dengan dia yang terlihat mempesona.

Pada akhirnya, wanita yang sering kau sanjung dengan berbagai kelebihan itu membuatmu kepayahan. Dan seketika itu pula kau tinggalkan dengan berbagai alasan. Padahal semua itu kembali lagi padamu, kau yang terlalu kaku dan tak menerima kenyatan jika apa yang dikatakan adalah benar. Mulai menerka-nerka kesalahannya dan kenapa dia berubah. Seolah dia salah dan kau kecewa. Namun, tak berapa lama  kau kembali lagi dengan cerita baru, memindahkan hatimu pada hati baru begitupun seterusnya.

Aku memastikan tak larut dalam segala cerita asmaramu. Cukup memposisikan diri sebagai teman yang baik. Mendengarkan, sesekali memberi saran ketika kau butuh jawaban. Sejujurnya, apapun yang kau sampaikan perihal kisah cintamu, tak pernah kupikirkan dalam-dalam. Sedikit banyak aku mulai paham dengan kebiasaanmu mengartikan kedekatan. Kau lelaki yang mudah jatuh cinta, lebih tepatnya mudah tergoda.

Apa benar jika cinta akan timbul seiring berjalanannya percakapan?. Entah disebabkan oleh apa, mungkin waktu itu pikiranmu sedang tak jernih. Tiba-tiba tak ada angin ataupun hujan kau mulai mengatakan rasa suka. Merangkai kata yang bertujuan supaya aku menjadi milikmu. Sayangnya, aku mulai mengerti bagaimana sosokmu. Aku sudah mengunci hatiku rapat-rapat dan tak membiakan kau masuk meskipun membawa segudang impian yang aku inginkan dari seorang pasangan. Aku hanya ingin hatiku dilindungi dari seseorang yang tak paham dengan kesungguhan.

Berakhir Di Tahun Ke Sepuluh

Sudah pernah jatuh cinta hingga satu dasawarsa?. Aku pernah. Bahkan susahnya mengakui  terlalu lama jatuh cinta itu juga ada. lantaran takut dihina ataupun dicemooh sebab hati kita memilih tetap sedang bibir tak pernah berucap. Tapi, kali ini aku ingin bercerita padamu, melalui tulisan ini semoga kamu paham tentang apa yang kurasa ditahun kesepuluh. 

Ternyata sudah selama itu aku menyimpan kamu dihati dan pikiranku. Seharusnya waktu pertama kali kita berpisah, aku tak berbicara lagi dengamu. Membiarkan semuanya berlalu dan aku mulai menata hidup baru yang lebih seru. Iya. seharusnya sejak dulu. 

Sudah satu dasawarsa aku mencintai kamu. Itu bukan waktu yang sebentar, kan?. Awalnya, ketika aku mulai menjatuhkan perasaanku padamu. Sejak itupun aku menegaskan diriku akan berjuang mendapati hatimu utuh. Rela menahan pil pahit untuk mengobati rindu karena kamu tiba-tiba menghilang dan datang sesukamu. Apa itu menyedihkan?. Kurasa iya!. Membiarkan hati sendiri merasakan sakit yang tak pernah kunjung reda dari kekasih hati yang amat dicinta. 

Mungkin butuh waktu lama untuk menyadarkan diriku sendiri tentang segala kemungkinan buruk dari mencintai. Kadang pula aku yang sengaja meluput untuk menghindari luka, mengabaikan sakit dan tak sedikitpun bergeming untuk bangkit. Dalihku hanya karena aku nyaman denganmu, dan kupikir kamu juga begitu. 

Sesekali rinduku kambuh, namamu muncul lagi dalam lantunan doa. Bukan semata-mata ingin disatukan, tapi meminta yang terbaik untuk segala perasaan terutama perihal melepaskan. Aku tak ingin memaksa Tuhan untuk aku berjodoh denganmu. Bukannya aku lelah, tapi aku ingin berserah. Membiarkan takdir menentukan langkah selanjutnya, bersama selamanya atau cukup membuat bertemu lalu berpisah.

Sajakku masih bercerita tentang cinta. Bergema nyaring disetiap peristiwa menemukan cara untuk bahagia. Aku memerlukan waktu yang  tak sebentar untuk menerima kenyataan bahwa hatimu bisa berubah sewaktu-waktu. Bukankah aku sudah melakukan tindakan yang sia-sia dalam waktu lama?. Membiarkan kenangan bertebaran, rindu berserakan, mengadakan kemungkinan-kemungkinan yang sudah pasti tak akan jadi kenyataan.

Ini sudah ditahun kesepuluh, aku juga harus merubah segala pemikiranku tentang dirimu. Mencintai diri sendiri adalah kewajiban nomer satu. Jika memang kamu memilih lepas arah dan menuju hati lainnya. Baiklah aku terima. Aku ingin menyudahi memberatkan hatiku sendiri atas upaya yang tak pernah kau toleh barang sekali.

Benar! Aku sudah tertinggal jauh dari kamu, langkahku lebih lirih daripada langkahmu. Tapi jika nanti  kamu tiba-tiba sadar bahwa akulah yang mencintai teramat dalam. Mungkin aku sudah lupa  ternyata aku mampu bahagia dan bisa tertawa meskipun bukan kamu alasannya. 

 

Fase Untuk Mengerti Dan Mandiri

Aku tak pernah mengharapkan seseorang akan berada pada tahap di mana harus berfikir lebih mandiri dimulai dari kehilangan. Kalaupun harus mengalami kehilangan baru sadar arti dari kehidupan, barangkali memang harus mengalami patah lalu tumbuh. Sedikit lebih menderita dari lainnya. Menangis kecewa karena merasa diri sudah berada terlalu bawah bahkan rendah masih diuji oleh Yang Maha Kuasa dengan derita lainnya. Ah, itu ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Namun, tentu semua itu akan mengajarkan kita banyak hal, jauh dari yang kita pernah bayangkan.

Hari ini, aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang kehidupan dari seorang teman. Kami memang baru sebentar berkenalan, bahkan hanya sapaan pendek ketika berpapasan. Namun, Duduk santai setelah pulang kerja tadi sore membuat kita lebih dekat bahkan akrab. Dia – Gadis manis dengan tubuh mungil itu mulai bercerita tentang kesehariannya, lebih tepatnya kondisi keluarga setelah Ibu tiada. Aku menjadi pendengar setia kala itu. Mungkin karena ada kesamaan dalam beberapa kisah, sedikit banyak aku bisa merasakan apa yang disampaikan. Hal ini tak bermaksud untuk unjuk gigi siapa yang lebih menderita. Tidak sama sekali, hanya saja jika aku pernah mengalami dan dia juga berada diposisi sama saat ini, yang kubisa lakukan adalah memberi sedikit semangat untuk tak goyah dan menyerah.

Dia mulai membuka cerita mengenai ayah. Saat kehilangan belahan jiwanya, ayah menjadi orang yang paling terpuruk di dunia. Menahan tangis karena tak ingin anaknya terluka lebih dalam setelah kepergiaan ibundanya. Temanku bercerita, Ayahnya mulai berubah setelah ibu tiada. Cukup melihat beliau termenung di sudut bangku, memiliki pandangan kosong dan terkadang tertunduk lesu memikirkan sesuatu. Pada suatu kejadian, ayahnya sempat berkata ketidaksanggupan atas segala biaya yang harus menjadi bebannya. Termasuk  yang berhubungan dengan dia dan adik-adiknya.  terutama biaya sekolah. Sehingga menyerahkan tanggung jawab itu pada temanku yang notabene baru saja menikmati status sebagai pekerja dari perusahaan swasta.

Tak pernah terfikir oleh dirinya jika proses menuju dewasa harus ditempuh dengan kejadian yang benar-benar di luar dugaan. Dibebani tanggung jawab yang besar, tiba-tiba ditunjuk sebagai kepala keluarga dengan menghidupi 4 orang. Sedangkan ayahnya memilih hijrah kesuatu daerah untuk melanjutkan hidup. Sebagai pendengar aku kecewa dengan tindakan seorang ayah yang seperti itu. Temanku pun demikian,tak terima ditinggalkan begitu saja. Seorang ayah yang masih berkewajiban pada anak-anaknya memilih pergi dan menyerahkan segalanya pada dia. Kesal? Tentu, itu yang dia rasakan seketika itu juga. Menyerah? Absolutely! bahkan itu menjadi hal pertama yang ingin dia lakukan ketika ayahnya melakukan ‘serah terima’ tanggung jawab. Tapi untunglah temanku kembali ‘sehat’ dalam berfikir. Dia masih punya adik-adik yang butuh dirinya. Setidaknya dia tidak ingin adik-adiknya tak punya arah setelah kehilangan sesosok ibu dan ayah dengan cara yang berbeda.

Hingga kini, tanggung jawab itu masih dipikulnya seorang diri. Lantas aku bertanya, apakah kau tidak menikah?. Dia menjawab dengan tegas jika dirinya takut untuk percaya dengan pria. Pengalaman ditinggal ayahnya pergi sudah cukup membuat dia trauma dengan cinta ataupun sejenisnya. Jika seorang ayah saja berani meninggalkan darah dagingnya, lalu bagaimana dengan pria lainnya. Dia hanya ingin fokus untuk membesarkan hati adik-adiknya terlebih dahulu supaya tak berkecil hati sampai keadaan kembali pulih.

Mungkin ayahnya memang salah, lari ketika mereka sedang butuh seseorang untuk menguatkan ikatan yang longgar akibat kehilangan cinta dari satu pintu. Pergi ketika mereka membutuhkan seorang pelindung saat hujan  kesedihan turun. Namun, dibalik itu, bisa saja merupakan cara Tuhan untuk mendewasakan. Tetap bersama meskipun hanya ada mereka 'tanpa ayah'. Seperti yang kukatakan tadi, barangkali untuk memulai sesuatu yang baru kita harus mengalami patah kemudian tumbuh dengan kokoh.

 Aku salut dengan semangat temanku itu untuk bangkit dari rasa sakit. Tetap tersenyum meskipun hidup itu pahit. Tetap hidup meskipun sulit, tetap melangkah meskipun hilang arah. Dia mengabaikan sedih yang tumbuh merimbun di hatinya bahkan tak memiliki kesempatan untuk memangkas hingga pangkal. Semata-mata untuk orang-orang di sekitar yang teramat membutuhkan dia. Menurutku lebih dari itu kamu sudah menjadi wanita istimewa, Teman. Patut untuk dijadikan panutan bagi aku yang masih kepayahan untuk terima keadaan.

 Dan untuk ayahku. Dari kisah temanku ini membuat aku sadar. Sekuat-kuatnya engkau menahan perasaan. Kau tetaplah manusia yang juga butuh didengar. Jika diizinkan, aku ingin menjadi dirimu, terus tersenyum meskipun hatimu sedang pilu karena rindu. Aku ingin kuat seperti dirimu meskipun aku tau engkau rapuh. Tetapi demi anak-anakmu kau tak pernah mengeluh. Berusaha tegar meskipun dalam hatimu berantakan. Maaf jika aku belum sempat membahagiakan. Masih menjadi anak yang penuh dengan permintaan ini dan itu. Ayah, maaf membuat tanggung jawabmu masih panjang hingga kelak aku akan di pinang.  

Cerita Yang Harus Dipaksa Selesai Lebih Cepat

Kala itu aku masih sangat mencintaimu. Terus berpegang teguh pada janji-janji yang melibatkan aku dan kamuAku cukup setia sebagai pasangan dari seseorang yang kucinta. Kita saling menguatkan. Menabur cinta disetiap perjumpaan bahkan tak jarang saat berkiriman pesan. Apa aku terlalu dimabuk asmara hingga ketika ada celah, aku tak sedikit pun menyadarinya. Sesuatu mulai mengusik kita, bahkan aku sendiri masih masih dilanda pertanyaan kenapa harus kita yang terpisah.

Kau memilih berpisah disaat aku sibuk-sibuknya mencintai. Berulang kali kau mengatakan bahwa waktu yang mengubah semuanya. Meninabobokan rindu yang kupatri dengan namamu. Bukankah dikesepakatan kita ada kata selamanya?. Seketika itu ,apa kau perduli apa yang kurasa saat mendengar perkataan dari bibir yang pernah  mengecup mesrah keningku?. Aku ditimbun kecewa saat sedang giat-giatnya percaya 

Baca JugaPerseteruan Otak dan Hati Dalam Satu Tubuh

Baiklah, mungkin itu pilihanmu. Mungkin itu juga takdirku. Aku masih berharap ada cerita yang yang lebih panjang tentang kita. Meskipun hatiku kini tak kunjung pulih, sepulih hatimu melepasku dari benakmu. Tak menjadikanku tujuan pulang disetiap petualangan. Tak layak kau jadikan sandaran kala gelisah menyerang. Aku sudah tak mempermasalahkannya. Kau adalah pembelajaran hidupku. Tempat dimana ada hal manis yang telah aku nikmati dan hal pahit yang tak akan kusesali,meskipun kamu tak seistimewa dulu.

Saat ini, ketika aku menengok kearahmu, kau kuanggap sebagai seseorang yang membuat aku selalu bersyukur. Merelakan seseorang yang tak sepatutnya kuperjuangkan. Kini aku diberi kesempatan untuk menjemput seseorang yang akan mencintaiku lagi dengan segala ketulusan. Untukmu - aku tak akan menaruh dendam meskipun pernah kau campakkan. Tak pula menjadi orang dungu yang tak mau beranjak dari masa lalu. Aku hanya ingin berterima kasih. Cerita yang mulanya inginku jabarkan lebih panjang. Harus terhenti, lebih tepatnya dituntut untuk selesai lebih cepat. Lagi-lagi aku diminta untuk belajar, bahwa jatuh cinta terlalu dalam pada hati yang cepat menaruh bosan hanya menabung kekecewaan.

 

Dear Kamu Yang Sekarang Bukan Milikku

Hari ini aku memberanikan diri untuk menguraikan isi hati. Ini tak punya maksud apa-apa. Bukan memelas ataupun imbas dari duka menahun. Ini Cuma rindu saja. Rindu yang tiba-tiba menampar aku dari sesuatu yang terlalu kusimpan dalam-dalam. Rindu yang hanya ingin aku ungkap dengan kata-kata meskipun tak menyentuh kata mesrah. Entah kenapa aku akhir-akhir ini gemar sekali menulis. Apapun tentang kamu barang sekelebat pun, tiba-tiba kubahasakan dalam kalimat panjang. Seolah-olah hanya kata yang mampu mengutarakan ketidakmampuanku mengungkapkan perasaan.

Mulanya aku lebih senang memendam. Kupikir perasaanku bisa kutenangkan dalam diam. Berpura-pura lupa dan menganggap bahwa sejarah kisah kita cukup dimuseumkan. Dan disejajarkan dengan tumpukkan kisah yang harus dijadikan pelajaran.

Namun, penjagaanku tentang diam mulai pudar. Ternyata hatiku masih sama. Menetap pada satu nama. Dalam ceritaku kamulah toko utamanya, seseorang yang ingin ku matikan perannya dengan cerita duka. Tapi apa daya, dihatiku, kamu tak pernah mengerti tentang ajal. Tetap kokoh sebagai peran yang bebal dan kuat dengan keluarbiasaan. Aku kewalahan sendiri mengaturmu yang terus bertingkah disepanjang waktuku. Bahkan membuatku kelelahan untuk menghidupkan cerita baru.

Baca Juga: Waktunya Sadar Hati

Dulu, kita adalah sepasang yang saling mendoakan. Pernah bercerita tentang ketidakpastian masa depan. Kita begitu dekat bahkan terlalu rekat. Banyak yang bilang padaku bahwa kita sempurna menjadi pasangan, cukup aku yang mendengar itu, rasanya merah wajahku jika harus ku ungkapkan didepanmu. Jangan tanya aku apakah aku mencintaimu atau tidak, serius atau tidak. Kamu tahu betul bahwa aku ini pemalu untuk hal-hal seperti itu. Aku tak pintar sesumbar mengenai perasaan bahkan ketika aku sedang mencemburuimu.

Tapi itu dulu kan, Bii. Sekarang, kita sudah menjadi pribadi yang tak banyak tegur sapa. Hati kita sudah melemah. Kita tak pandai tekuni janji perihal menjaga. Ego sudah menjadi pemenang dan lebih tinggi daripada rasa percaya. Aku tak mengharapkan apa-apa tentang kita. Aku tak ingin menjadi manusia yang buruk, melepaskan ikatan yang kau bina susah payah dengan dia. Ini hanya tentang ungkapan perasaan yang muncul tiba-tiba. Mengenai bahagia, kita sudah pernah mencoba, tapi nyatanya hal itu tak juga redakan gelisah.


Dari Aku, Setidaknya aku sudah lega berani mengungkapnya
semoga kamu bahagia dengan 
dia.

 

Tentang Kamu Keharusan Yang Aku Abaikan

Entah, sudah hari keberapa, bulan keberapa dan tahun keberadaan dirimu dalam hatiku. Tertawa, tersenyum bahkan sentuhan halusmu mampu merajai otakku. Kamu mulai kucintai dari hal terkecil bahkan ketika kamu yang kadang membuat aku lelah untuk berjuang. Mungkin benar apa kata orang, bahwa apa-apa yang berkaitan dengan jatuh cinta terlalu dalam tak baik. Mengabaikan sakit hati yang bekasnya pun belum sembuh lalu tersakiti kembali. Saat banyaknya omongan yang mengatakan bahwa rasa yang kupegang salah, aku tak menghiraukannya. Bahkan ketika ada wejangan yang menganggap aku diri yang paling menderita mencintaimu begitu banyak, aku tak perdulikannya. Aku hanya mencintaimu. Meskipun kamu tak tau rasanya dihujani rindu hanya untuk mendengar kabarmu.

 Mencintaimu adalah keputusanku, meski orang yang kucintai adalah kamu seseorang yang kaku, aku bisa menerimanya. walaupun tak jarang aku merasakan pil pahit ketika kau acuh.  Aku hanya menerima bahwa jatuh cinta itu anugerah, namun aku melewatkan satu bagian bersedia terluka karena seseorang yang dicinta tak lagi layak untuk diperjuangkan. Mencintaimu menurutku bukan kesalahan karena aku bahagia memilikimu. Bergandengan tangan kala itu memperkuat yakinku, kamu juga tak ingin aku jauh dari sisimu. Kamu mengajariku menutup telinga kala banyaknya cemooh yang tak suka dengan hubungan kita. Namun itu hanya sebentar, kamu mendadak lupa jika ada hati yang menanti tanpa kamu minta. Ada hati yang saat ini putus asa ketika kamu tak perduli lagi dengan sebuah ikatan yang kita bangun bersama. Aku dicampaikan oleh hati yang kudewakan di setiap harinya.

Kebahagiaan itu juga perlahan menghancurkan hidupku di lain waktu. Aku masih berdiri disini,menantimu. Berharap kamu kembali dengan banyaknya cerita sebelum kamu pergi saat itu. Perasaan ini tak wajar bukan? mempertahankan hanya dilakukan seorang. Kini, silahkan kamu bergandengan tangan dengan tangan lainnya.

Bagimu, jika aku bukan siapa-siapa. Tentu aku tak punya pilihan lain selain menerima. Jika risih selalu kuamati, maka kali ini aku akan berhati-hati sampai kamu tak curiga lagi. Aku juga ingin bahagia dengan caraku ,karena bahagia itu dasar dari segalanya. Jika bahagiamu dengan cara menjauh. Baiklah, lakukan itu. Semampu dan sebisamu. Kita memang sudah jalannya seperti ini. Bertemu, berkenalan lebih jauh, jatuh cinta, lalu berpisah. Pada akhirnya aku sadar bahwa melepaskanmu adalah keharusan yang kuabaikan. 

Pemakluman Yang Tak Wajar


Bicara tentang rasa, tentunya bicara mengenai sesuatu yang harus digali lebih dalam. Memerlukan waktu untuk bisa menyadari banyak hal. Memerlukan ketenangan untuk tak tergesah-gesa menyimpulkan. Bisa jadi rasamu kepadanya sungguh-sungguh atau bisa saja itu rasa yang hanya sekilas bahkan tak berbekas. Saat ini, mungkin saja perasaan seperti itu yang sedang menghujani dirimu. Tiba-tiba digoda rindu sebuah senyuman meneduhkan dari seseorang yang sudah kamu perjuangan bersusah payah. Namun, memilih pergi dan memindahkan hatinya pada yang lebih bisa membuatnya bahagia. Antara rasa yang sesungguhnya ataupun rasa yang tiba-tiba ada. 

Entah dimulai kapan, kamu mulai terjatuh kepada angan semu yang kau ciptakan tentang dia. Melambungkan asa yang kamu sendiri sadar bahwa kamu akan terluka nantinya. Melegalkan berbagai cara dengan alibi bahwa itu adalah kebiasaan lama. Hanya karena satu kata yakni 'rindu' yang masih belum jelas definisinya, tiba-tiba kamu jadi buta. Mendadak mengungkit-ungkit cinta lama yang harusnya kamu kubur bersama duka yang sulit untuk kamu musnahkan.

Sadarkah kamu, bahwa dia yang memenuhi otakmu sekarang adalah kealphaan yang tak mampu kamu singkirkan. Seharusnya kamu menerima kenyataan, jika sesuatu sudah terlepas darimu dengan sengaja, maka jangan biarkan dia datang. Mengusik dan mempermainkan usahamu untuk menata ulang bahagia meskipun tanpa dia. Tetapi nyatanya, ketika dia hadir, kamu tak sanggup untuk kukuh pada pendirian mengenai melepaskan. Hingga akhirnya kamu melukai hati seseorang yang sungguh-sungguh mencintaimu tanpa meninggalkan jejak ragu.

Aku tau bahwa jatuh cinta selalu melibatkan perasaan. Suatu hal yang tak mungkin didapat dikios tradisional ataupun swalayan manapun. Bahkan toko dengan label halal. Tapi  anehnya, jatuh cinta digandrungi banyak orang padahal tak berwujud. Kadang bertingkah semena-mena kadang pula penurut hingga mampu membuat seseorang takluk. Bagian terlucunya, penjabarannya terlalu rumit bahkan berkelit. Mungkin karena jatuh cinta itu menjanjikan sesuatu yang isinya jutaan bahagia. Entahlah, kamu yang merasakannya.

Apa kamu pernah berfikir jika masa lalu yang kembali kau ungkit, akan membuat seseorang terluka hatinya dengan sikap tak bertanggung jawabmu. tetapi karena terlalu cinta dan tak ingin kamu hilang dari hatinya. Dia harus berdamai dengan egomu yang bertubi-tubi mengecewakannya. Tak sekalipun ingin menyerah meyakinkan dirinya sendiri bahwa kamu dan dia adalah kesepakatan atas dasar cinta. Dia memaklumi tingkahmu yang tak wajar. memaklumi sikapmu yang sudah membuat hatinya tak karuan. Meskipun begitu, dia tak jemu mengirimkan pesan rindu melalui udara yang kamu rasakan. Menyelipkan namamu di setiap doa yang dia kirimkan pada Tuhan. Berharap kamu tak salah ambil jalan dan kembali pulang meskipun ada banyaknya tikungan tajam serta membahayakan.

Jodoh Sebenarnya Tak Jauh

Jodoh itu memang tak pernah jauh dan tak ada yang tau. Jika Tuhan sudah berkehendak, Jarak sekian mil pun mampu menyatukan hati melalui acara reuni contohnya. Bisa jadi dia disebelahmu. Atau bisa jadi orang yang dulu, yang mengamatimu diam-diam tapi kamu tak pernah sadar. Bahkan yang nampaknya tak punya rasa apa-apa mendadak menjadi salah tingkah. Begitu yang kupikirkan tentang dia. Wajahnya menampakkan rona berseri. Tak terlihat lagi tanda-tanda patah hati. Matanya juga tak lagi sembab. Bahkan saat ini senyumnya yang simpul mampu dikembangkan perdetik didepanku. Ah, temanku ini, memang tak mampu sembunyikan rasa gembiranya. Persahabatan sekian tahun dengannya menjadi salah satu alasanku mampu membaca raut wajahnya. Dia mungkin tak mau secara langsung bercerita segalanya. 

Tak apalah, aku akan menunggu.Bisa jadi, wanita berjilbab itu belajar dari masa lalu, yang membuat dia lebih hati-hati untuk memilih kata tentang apa yang dia rasa. Tak ingin lagi dikecewakan dengan kalimat sakti dari seorang pria yang belum apa-apa sudah menyerah. Iya, wanita periang ini pernah kecewa, dulu sekali. Ketika mendekati hari bahagianya, masalah muncul hingga memisahkan kisah cinta yang bahkan mereka bina dengan rentetan peristiwa. Saat itu aku hanya mampu berujar ‘sabar’ meski aku tau kesabaran tak menghentikan dia jatuhkan airmata kepedihan. Tak perlu aku jabarkan secara rinci tentang pengalaman mengerikan itu seperti apa, dia sudah mengalami pilunya hubungan tanpa kepastian. Aku paham, dia tak akan mau untuk dikorek-korek lagi perihal kisah itu. Dia sudah melupakannya, sekarang dia sudah bahagia. Dan kini mampu bangkit dan merasakan cinta dari seseorang yang telah mengetuk pintu hatinya tiba-tiba.

Kala Senja sore waktu itu, tepatnya ketika aku sedang menikmati langit yang sedang bergerak menuju malam, ditemani sepiring ayam geprek dan es teh yang kuseduh di pinggir jalan. Handphoneku berdering. Sebuah pesan masuk dari dirinya. Dia tiba-tiba menawarkan diri untuk memulai cerita, bagaimana kisahnya menemukan seseorang yang mampu menjadi angin segar ditengah hati yang gersang. Iya, dia sedang jatuh cinta dengan orang yang tak terduga. Cinta monyetnya.

Sebenarnya, kedekatan dia dengan sesosok pria itu bukan pertama kali. Dia pernah mengisi relung hati. Jauh sebelum dia kecewa dengan beberapa peristiwa pahit di hidupnya. Kisah cinta itu sangat dikenal dengan nama cinta monyet. Saling suka lalu menyatakan cinta, ditengah jalan putus, entah dia sendiri lupa apa alasannya. Setelah 2 tahun berpisah, tersiar kabar jika pria itu berhubungan dengan teman satu sekolahnya. Dia tak ambil pusing, mungkin karena masih cinta-cinta anak sekolah. Siapa yang perduli kisah asmara anak kemarin sore. Bisa saja paginya putus menangis darah, malamnya tertawa sumringah seolah lupa kalau hatinya pernah bermasalah. Sudah begitu saja.

Kini, setelah sekian lama. Setelah semuanya sadar baik dia dan pria itu, bahwa perasaan bukan hal yang patut dipermainkan. Mereka kembali bertemu, bertatap, beradu kalimat sederhana. Ketika acara reuni sekolah. Sapaan hangat keluar dari bibir pria itu, mungkin juga basa-basi pada dirinya ‘bagaimana kabarmu?’. Itu sudah mampu meleburkan dinding es yang yang membuat situasi canggung berubah hangat. Awalnya hanya saling sapa, namun lama-lama ada proses selanjutnya yang dia sendiri tak paham apa maksud dari si pria datang mendekat.

Dia tak pernah berfikir jauh bahwa cinta monyet itu akan tumbuh lagi. Namun, karena pria ini terus mendekat bahkan tak jarang berani duduk sejajar serta memberikan hujan perhatian setiap hari, membuat dia mulai terusik. Lebih tepatnya apa yang dilakukan pria itu mampu mengambil alih separuh dari pikirannya. Kali ini dia mencoba mengikuti apa kehendak hati, memberikan kesempatan seseorang untuk menyembuhkan luka yang pernah dialami. Meski itu tak mudah. Dia tak akan pernah tau jika tak mencoba. Atau justru dengan memberikan kesempatan akan menambah bencana. Kecewa luka dan seterusnya. Anggap saja itu konsekuensi yang harus diterima.

 Aku sempat bertanya, bagaimana jika kali ini ada kebiasaan dan sifat yang tiba-tiba muncul dan kamu tak suka itu. Apakah harus merubahnya untuk kamu cintai secara utuh, tak separuh-separuh. “semua orang ada kekurangan dan kelebihan. Kalau kita mau sama kelebihannya harus mau nerima kekurangannya juga” begitu jawabannya dengan nada yakin. Aku tersenyum lega. Dia sudah matang hingga berfikir kedepan, tak seperti dulu, rancu.

 Tuhan, ini adalah harapan dari wanita yang sudah pernah tergores luka dihatinya. Dia berharap bahwa kisah cintanya saat ini menjadi terakhir. Tak perlu lagi menunggu ataupun ditemukan. Jatuhkanlah hatinya sejatuh-jatuhnya apabila dia memang ditakdirkan untuk pria ini. Jika menurut-Mu pria ini layak, maka peliharalah kemungkinan-kemungkinan yang mereka rencanakan kedepan. Namun, jika ada perbedaan tiba-tiba memisahkan. Kau yang Maha Tahu, bahwa mereka akan tetap bahagia dengan cara baru.

Untukmu, sahabatku. Dariku yang kisahnya ingin segera kau sempurnakan.

Perseteruan Otak Dan Hati Dalam Satu Tubuh

Tiba-tiba perdebatan otak dan hati terjadi perihal menjalin hubungan kembali dengan masa lalu. Ketika otak bertanya apa perlu itu dilakukan, dia meneruskan jika hubungan dengan masa lalu ibarat tumpulkan buku yang sudah tak perlu lagi dibaca karena telah usang. tak akan berfaedah jika lama-lama dibaca. Akan sakit sendiri jika hanya terus mengenang, maka biarkanlah. Lebih baik tak lagi ada hubungan setelahnya. Jika selesai, maka selesai sudah. Namun, muncul hati dengan jawaban yang menyakinkan. Hingga semuanya tampak memanas, menjadi adu saran yang cukup seru. Hati mengatakan bahwa hubungan yang sudah berakhir bisa diperbaiki. Meskipun tak lagi sama-sama. Buat apa saling benci jika dulunya sudah sangat mencintai. Kedewasaan dituntut disini. 

Baca JugaWaktunya Sadar Hati

Otak tetap bersikukuh. Dia punya tanggapan yang juga mampu meluluhlantakkan pendirian. Jika terus menerus berhubungan semua usaha untuk melupakan akan sia-sia. Itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Terutama jika berpisah karena ditinggalankan begitu saja, tanpa aba-aba, tanpa mengetahui letak salah. Lalu mengapa terus berhubungan. Hingga tak jarang tersudut menumpahkan airmata, sebab tak mengantisipasi kekacauan yang telah dibuat olehnya. Otak mengatakan bahwa diri sendiri juga perlu dihargai. Jadi tak perlu lagi berhubungan. Semuanya akan menjadi rumit apalagi untuk bangkit.

Hati tetap menjawab, dia tak mau kalah. Jika berpisah lalu hilang komunikasinya, apa ini akan terus-menerus dilakukan. Apa salahnya berdamai dengan segala keputusan. Meski memaksakan diri untuk ikhlas setiap hari. Ada hal yang harus diperhatikan, jika memang masih sulit melepaskan, tak perlu tergesah-gesah. Inilah kehidupan, ada yang datang dan pergi dengan segala kenangan. Setidaknya hati ini cukup kuat bertahan dan menyembuhkan luka meski itu sangat dalam.

Lalu ini Aku, raga yang hidup serta pemilik dari otak dan hati yang bersebrangan. Terus dibuat binggung dengan mereka. Sama-sama tak mau mengalah. Lebih tepatnya memiliki sudut pandang berbeda. Seolah memperinci apa –apa yang kuperlukan tanpa melibatkan aku sang tuan rumah. Jika mereka wujud yang mampu bertatap denganku. Banyak hal yang ingin kusampaikan. Aku sangat berterima kasih dengan segala saran dan hiburan mereka. Aku percaya keduanya punya cara kerja masing-masing. Tapi bisakah mereka kuatkan aku dulu. Jangan berdebat, akan semakin sedih diriku. Mereka terus-terusan merasa benar, meskipun mereka tak sepaham setidaknya temukan jalan untuk berjalan beriringan. Membantu sang Tuan rumah untuk kembali kuat dan bangkit dari kerapuhan. 

 

 

 


Jangan buat Aku

Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak. Jika nanti kau akan mengecewakanku dengan acuahanmu. Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak. Jika kau tak bisa memenuhi rindu yang kukumpulkan karena ulahmu. Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak. Jika kau menyiapkan diri untuk berpisah, semata-mata karena terlalu baik menjadi alasan utamanya. Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak. Jika suatu saat nanti rasamu luntur dan aku bukan menjadi akhir dari perjalananmu menemukan rumah yang membuatmu menetap. 

Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak, jika nanti kau buat aku kepayahan dengan janji yang tak satupun mampu kau penuhi. Jangan buat aku jatuh cinta terlalu banyak, jika pada kenyataannya kenangan yang kau tanamankan dikepala membayang hingga mimpi masa depan berdua sempat ingin kuwujudkan menjadi nyata. Namun kau lepas tangan begitu saja. Aku akan terluka karena itu. Sungguh, jika berbicara tentang cintamu, aku menyerah. Aku tak berdaya jika semakin hari kau terus menerus buat aku jatuh cinta.

Cukup buatlah aku jatuh cinta padamu dengan layak. Tak kurang dan lebih. Supaya aku bisa nikmati rindu yang kubangun sendiri. Aku paham jika jatuh cinta mungkin akan ada jedanya.  Bahagia, tertawa, kecewa bahkan rasa yang tiba-tiba binasa. Tapi setidaknya aku jatuh cinta dengan pas, tak kurang bahkan tak lebih. Hingga ketika nanti aku kecewa dan sakit hati. Tenggelam dalam rindu yang sudah tak punya wadah lagi. Biarkan aku menenangkan hati tentunya dengan segala caraku. Membiarkan waktu pelan-pelan membunuh kamu dalam kenanganku. Jangan datang dulu, setidaknya tunggu hatiku pulih dan merasa lega menatapmu nanti sebagai dirimu yang baru.

 

Tips Menulis Ala-Ala


Source: google.com

Jujur, aku masih belum pantas sih bagi tips buat cara nulis blog atau bikin cerpen online. Ya, u know lah, hasil tulisanku masih acakadul, masih jauh dari sempurna apalgi ejaan EYD mbleber kemana-mana. Aku saja masih penulis pemula. Lebih tepatnya ngaku penulis, dikatakan penulis setelah menghasilkan karya. Skripsiku misalnya (Hehe, sorry garing).  Tapi berhubung ada yang tanya dan minta tips dan trik. Bakalan ku jawab sepemahamanku oh bukan tapi kesok-tauanku tentang menulis. seperti aku share info-info mengenai dunia property. Tentunya itu gak lepas dari pengalaman pribadi. Oke. Mari saling berbagi.  

KUMPULKAN NIAT MENULIS -  Sudah pasti kalau mau menghasilkan tulisan, juga punya niat untuk menulis. Punya niat kalau hasil tulisan itu bakalan jadi goal mu untuk membuktikan diri bahwa kamu juga bisa jadi penulis. Karena memang semua sukses dari niat. Entah tulisanmu dibaca banyak orang atau tak seorang pun, setidaknya kamu memiliki niat untuk menghasilkan tulisan. 

MULAILAH MENULIS - Bagi pemula, coba menulis dari yang ringan-ringan. Bisa juga mulai dari aktivitas sehari-hari. Misalnya, pertama bangun tidur kamu ngapain, atau di jalan ketemu siapa, atau kegiatan seharian ngapain. Ga mungkin hari-harimu so flat, pasti selalu aja ada kejadian entah itu enak atau ga enak. Simple sih!, dari situ kamu bisa temukan inspirasi apapun. Dan jangan berhenti menulis. Terus konsisten menulis yaa, jeda boleh, tapi berhenti total jangan.

BANYAKIN BACA – Pernah denger membaca itu jendela ilmu ?. Nah! Aku setuju sama statment itu. It’s works!. Semakin banyak kamu baca buku, mau itu novel, literatur, buku pelajaran sekolah. Buku bergambar. Anything , itu bisa menambah perbendaharaan kata yang ada di kepalamu. Jadi semakin membuka lebar kesempatan kamu untuk berkarya di bidang tulis menulis.

PUNYA IMAJINASI YANG UPNORMAL– Imajinasi itu perlu kalau kalian mau buat suatu tulisan. Dari suatu kejadian kemudian kalian kembangkan dengan ide-ide briliant kalian. Kalau bisa dengan pemikiran-pemikiran yang di luar pikiran manusia wajarnya. Tentunya itu akan membantu mewujudkan sebuah karya. Mungkin sebagai pemula tak perlu dulu menggunakan kalimat yang terlalu rumit. Cukup bahasakan dengan kalimat sederhana, jika nanti sudah terbisa kamu boleh upgrade tulisanmu.

GAYA PENULISAN YANG KHAS -  Menurutku, setiap penulis punya gaya tulisan sediri. Kalau kamu sudah terbiasa menulis, lambat laut orang-orang akan mengenali tulisanmu. Jadi setiap baca karya tulisan mereka akan paham n said "wah.. ini pasti tulisan penulis ini ". Karena aku juga masih pemula, ya.. lebih tepatnya amatir. Masih penulis amatir jadi gaya penulisan juga masih aku cari yang menjadi khasku nanti. Ya.. kita sama-sama belajar lah

Nah.. Cukup sekian tips menulis ala-ala diriku untuk cara memulai tulisan entah itu puisi ataupun cerpen online. Semua hal yang terjadi sekitar bisa jadi tulisan kok. Atau patah hati, jatuh cinta. Wah.. itu lebih luwes lagi kalau mau dijadikan tulisan. Oke Selamat mencoba yaa. Inget jangan pernah berhenti untuk lakukan hobi yang punya dampak positif. Siapa tau dari hobi ada jalan meraup materi. Hehehe

Waktunya Sadar Hati



Ada kalanya kamu harus sadar bahwa perasaan yang memilukan harus dibuang. Tak baik menyimpan lama-lama. Meskipun kamu masih cinta. Masih rindu bertatap muka. Apa menyenangkan menunggu orang yang bahkan tak ingin melihat kamu lagi ?. Jangan buat dirimu seolah rendah hanya karena dia tak lagi ada. Hingga kamu terus-menerus menunggu tanpa ada kepastian. Apa kamu tau bahwa kamu sudah tak penting lagi baginya. Dia sudah membuang jauh-jauh kamu dari pikirannya. Perkataan seperti ini memang kejam bahkan menusuk hingga pangkal. Tapi ada benarnya. Kamu yang sedang meratap. Sedangkan dia sudah bersama orang baru. Orang yang membuat dia lebih bahagia daripada kamu.

 Kenapa kamu gemar sekali membuang waktu untuk menunggu. Dihujani rindu yang membelenggung dada. Waktunya sadar, Hati!. Sudahi tangismu karena dia. Berbicara bahagia, apa dengan menunggu bisa membuat kamu bahagia?. Sebenarnya itu atas ulah siapa jika bukan dirimu sendiri ?. Kamu menggantungkan bahagiamu pada orang lain. Hingga kamu terus melukai dirimu sendiri dengan bertahan untuk orang yang salah.  Dan itu sudah menjadi kesalahan besar yang kau lakukan dengan sengaja.

 Kali ini, relakan dia yang membuatmu tak bisa mengenyam bahagia bersama. Lepaskan dia yang sudah membiarkan cintamu layu. Jangan berpura-pura kuat, Biarkan dirimu menikmati kesendirian. Dekatkan lagi dirimu pada Tuhan, mungkin saja Tuhan lebih rindu kau puja dari pada dia. Cari kedamaian yang sudah lama kau tinggalkan. Tuhan berkehendak untuk kau mengistirahatkan hati yang terlampu sedih. Barangkali selepas pikiranmu kembali jernih. Kau akan sadar bahwa kau adalah bongkahan permata yang teramat mulia, hingga orang yang terpilihlah yang bisa memillikinya.

 

Kamu Tak Perlu Khawatir

Teruntuk temanku yang sedang kenyang dengan perasaan kasmaran.

Pagi itu, kau menanyakan apakah aku jadi datang kerumahmu. Untuk sekedar bertemu, bertatap wajah dengan anggota rumah yang semakin hari semakin menua. Maklum saja, Jarak dan kesibukan kita mulai menjadi perkara utama jarangnya bersua. Mimpi yang tinggi sudah menjadi prioritas dan memaksa kita untuk tak sering berjabat. Dulu kita berikrar untuk selalu ada bahkan ditengah kesibukkan yang membabi buta. Kini, waktu membuktikan bahwa janji kita tak cukup kuat untuk melebur temu. Masih menangkan ego untuk bekerja disepanjang waktu.

Pada temanku itu, untuk sekedar basa-basi aku menanyakan bagaimana perasaannya tentang lelaki baru yang akan dikenalkan padaku. Aku sengaja tak bertanya bagaimana kabarnya. Sebab, aku tau dari cara menjawab pesan. Dia dalam kondisi baik teramat baik untuk tetap bergurau walau hanya dalam pesan singkat. Pembicaraan mulai mengarah mengenai siapa Dia- Calon lelaki sering dibicarakan. 

Dia, Pria yang saat ini menjadi serba utama dalam ceritanya. Mampu menjadi alasan dirinya tersenyum ringan. Membuang semua keputusasaan tentang segela perasaan, takut ditinggalkan contohnya. Disela-sela cerita, terbesit di benaknya sedikit kekhawatiran perihal masa depan. Bukan lagi dengan siapa dia akan berpasangan, karena kita sama-sama tau ada seseorang yang rela menjadi tempatnya berlabuh untuk menghalalkan rindu. Melainkan, bagaimana kehidupan setelah pernikahan. Apakah kesejahteraan mampu diwujudkan berdua, begitu pikirnya. 

Untuk temanku, aku cukup terhibur dengan tingkahmu. Namun tak mengurangi perduliku pada kekhawatiranmu. Cermatilah kamu yang saat ini sedang berbunga-bunga pun disatu waktu didera gelisah. Tak salah jika kau takut melangkah maju untuk menjemput bahagia. Karena semuanya akan mengubah hidupmu dari ujung rambut sampai ujung kuku. Pada kekasih halalmu, dia yang akan mengambil alih kewajiban orang tua merawatmu. Kepadanya pun kau menyerahkan sisa hidupmu. Tentu, Ada beban yang kau ambil alih kemudian. Statusmu bukan lagi kekasih, tapi istri yang penuh abdi. 

Temanku, sekedar bersaran. Aku bersyukur jika kau pertimbangkan. Bila tak kau gubris pun tak akan menjadi beban pikiranku karena ini hanya sebuah masukkan. Aku memang belum berumah tangga. Itu juga impianku dikemudian hari yang kupanjatkan disegala doa. Temanku, untukmu aku sarankan kau maju. Menerima pinangan dari Dia yang mungkin saja menjadi ‘Tulang Rusukmu’. Barang kali Dia jawaban dari kekhusukanmu berdoa. Aku salut dengan tindakkan Dia. Berani melangkah bahkan hanya bermodal diri apa adanya, untuk meminang dirimu yang bahkan baru Dia tau beberapa waktu yang lalu. Bukankah keseriusannya sudah mampu meluluhkan hatimu ?. Bukankah, kesabarannya sudah kau uji dengan kekanak-kanakanmu. Dan cintanya sudah kau tahlukkan dengan hatimu.

 Untuk temanku, Tidak perlu kau khawatir. Sebab, dia sudah memikirkan masak-masak apa yang harus dilakukan jika kau sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya. apabila dikemudian hari ada duka yang harus dilalui. Menguji seberapa kuat kerja keras kalian membangun 'rumah' yang selalu menjadi arah kamu pulang. Nikmatilah, itu ujian untuk kalian berdua, bukan kamu ataupun dia secara terpisah.  Untuk bahagiamu, Aku mendukung Dia sepenuhnya.

 Dari aku, yang turut bahagia atas kabarmu. 

Sendiri Yang Di Berkahi


 Teruntuk siapapun yang bertanya apakah kesendirianku sampai saat ini karena belum pulih dari sakit hati. Tolong simak ini:

Sedikit banyak aku mulai terusik dengan persepsi orang dengan kesendirianku. Meski seharusnya aku tak marah karena itu hak mereka, tapi aku terjebak dalam rasa kesal. Terus ditanya berkali-kali hingga Mengulang penjelasan bahwa sendiriku tak terhubung lagi karena dia yang sudah pergi. Mungkin waktu mulai mengikir pemahaman dari banyaknya orang yang telah kujelaskan panjang lebar. Hingga Mereka mulai bertanya dengan pertanyaan yang sama. Ditambah  “apa kamu belum move on ?”. Lebih dari sering aku ditodong dengan pertanyaan macam ini.

Begini, akan ku ulang mungkin saja setelah ini akan paham dan tertanam bahwa kesendirian bukanlah masalah ataupun harus dipermasalahkan. Jika saat ini aku masih sendiri itu berarti aku ingin menikmati kehidupan sebelum menjadi kekasih halal dari siapun dia yang akan ku abdi. Lalu tentang apakah belum move on ?.Beranjak dari masa lalu yang isinya bahagia-bahagia itu memang tidak mudah. Tapi nyatanya hubungan yang dibina itu salah. Mana yang lebih baik. Melepaskan apa terus berlanjut dan tentunya konsekuensinya lebih panjang. Lebih baik menunggu hingga waktu yang tepat untuk dipertemukan. Bukan?. Biar tak lagi jatuh cinta secara sembarangan. 

Meskipun aku tak bisa mengendalikan persepsi orang lain mengenai kesendirian. Cuma satu keinginanku. Hargai keputusan seseorang yang menetap sendiri jangan dikaitkan dengan apa-apa yang berdasarkan asumsi pribadi, hanya karena kamu sudah lama tak melihat dia bergandengan tangan mesrah dengan lawan jenisnya. 

Mulai hari ini, jangan bertanya lagi, jika tujuannya hanya untuk mempermalukan kesendirian hati. Sungguh. Barangkali masih banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Atau mungkin masih banyak aktivitas yang lebih nyaman dilakukan sendiri.Dan sekali lagi jangan dikait-kaitkan dengan patah hati.

-Pagi hari di 3 July 2017 -


Karang Di Pantai Timang



Selamat menjalani hari, gengs.. biar ndak bosen cerita soal hati melulu, kali ini aku akan review mengenai pantai Timang- Pantai nan luar biasa bagus, tapi sedikit menyimpan ‘bahaya’. Oke, let start!.

Sudah bukan rahasia lagi, di sekitar Gunung kidul terdapat berjejeran pantai yang indah serta menawan. Salah satunya pantai Timang yang beberapa waktu lalu kukunjungi bersama keluarga. Pantai ini berada di antara Dusun Danggalo dan Dusun Luwungombo, desa Purwodadi, kecamatan Tepus. Gunung Kidul. Pantai yang terkenal dengan kereta gantung yang super ekstem ini berjarak lebih kurang 80km dari Yogjakarta.

Untuk tiba dipantai ini pun rutenya tak mudah. Akses yang ditempu cukup rumit melewati bebatuan terjal dan jurang yang membahayakan. Maklum  saja, obyek wisata ini masih terbilang asri dan alami. Belum banyak bangunan-bangunan dari batu-bata ataupun resort untuk menginap di area ini. Semuanya masih alami terbuat dari bambu. Meskipun tidak sedikit dikunjungi wisatawan asing dan pernah diekspose di salah satu  televisi swasta dalam siaran traveling Indonesia. Obyek wisata ini masih belum ada campur tangan pemerintah. Jadi masih fresh dan bersih lingkungannya.

Perjalanan dimulai. Sebelum masuk di gapura Dusun Danggalo, untuk transportasi roda empat, dikenakan tarif sebesar 15 ribu rupiah. Setibanya di pelataran depan pos pantai Timang. penduduk yang mengelola menanyakan transportasi selanjutnya untuk menuju obyek wisata, antara menggunakan ojek atau tetap menggunakan mobil pribadi dengan resiko ban mobil ataupun sparepart kendaraan bisa mengalami masalah ditengah jalan. Untuk ojek dikenakan tarif sebesar 50rb perjalanan pulang-pergi menuju lokasi pantai Timang. Melihat kondisi jalan yang masih terbilang sulit, belum terjamah aspal dan bebatuan yang juga membahayakan kondisi mobil. Kami memutuskan menggunakan ojek. Setelah tawar menawar harga mengenai tarif ojek, sepakat bahwa 30rb lah yang akan kami bayar.

Perjalanan menuju lokasi memakan waktu kurang lebih 10 menit. Jalan berkelok dan curam menjadi kendala bagi pengendara motor untuk menuju pantai ini. Aku mendapat tukang ojek yang ternyata masih seorang Pelajar kelas XII dari sekolah swasta di Danggalo, Gunung kidul. Fian namanya dan saat ini berusia 17 tahun. Fian sudah menjadi tukang ojek selama 1,5 tahun. Penghasilan yang didapat pun terbilang lumayan sekitar 50-70rb perhari setelah dipotong untuk bensin dan uang makan. Namun tak jarang pula, penghasilannya lebih sedikit apabila motor yang digunakan untuk ojek mengalami masalah pecah ban atau lainnya. Perjalanan menuju Pantai Timang, aku manfaatkan untuk tanya jawab dengan Fian perlihat salah satu Hidden Games di Gunung Kidul ini.  Dia menjelaskan kemana larinya uang yang diperoleh dari hasil pengunjung di Pantai Timang ketika masuk ke Dusun Danggalo. Karena masih belum mendapat perhatian dari pemerintah. Guna merawat obyek wisata tersebut, penduduk menggunakan uang yang diterima di awal kami masuk Dusun. 

Selanjutnya, mengenai wisatawan yang datang, Fian menuturkan sering kali dari negara tetangga misalnya Malaysia. Sesekali ada yang dari Korea selatan, ataupun dari Thailand, sekedar untuk menaiki Kereta gantung kayu. Setibanya di lokasi, Aku dibuat takjub dengan keindahan pantai Timang, pasir putih, tumbuhan yang berjejer rapi serta ombaknya yang tinggi. Seolah lelah perjalanan dengan melewati bebatuan terjal terbayarkan.

Sebenarnya ada dua lokasi yang ada di pantai Timang, satu – pantai selayaknya pantai-pantai yang ada di gunung kidul lainnya. Dua – tumpukan bebatuan semacam bukit yang cukup terjal dan berbatasan langsung dengan laut. Ditambah lagi adanya batu besar yang berada di tengah laut bediri kokoh. Batu besar ini dikenal dengan nama Batu Panjang atau Pulau Panjang. Bisa jua disebut Pulau Timang.

Akses menuju bebatuan itu hanya dapat dilalui dengan Gondala semacam kereta gantung tradisional yang terbuat dari kayu dirangkai dengan tali yang kuat untuk menopang berat badan Dan kereta inilah yang menjadi daya tarik wisatawan baik dalam maupun luar negri untuk mengunjungi Pantai ini. Atau Pengunjung juga bisa melewati jembatan panjang yang terbuat dari kayu yang disusun rapi, diikat dengan tali dan disambungkan dari bukit menuju pulau Timang. Menurutku keduanya sama-sama berbahaya. Menantang adrenalin untuk menyebrangi laut dengan ombak yang setiap saat bisa mengancam.

Aku memilih menghabiskan waktu untuk menuju bukit bebatuan. Karena terlalu penakut untuk menaiki gondola ataupun menyebrang jembatan. Alhasil aku hanya menatap deburan ombak tinggi yang menghantam karang. Sesekali menikmati spot foto yang disediakan dikanan dan kiri bukit dengan membayar 10rb/orang. Oh.. ya untuk tarif gondoladikenakan biaya 150rb pe orang.,  sedangkan untuk menyebrang jembatan 100rb. jJngan khawatir kalian tidak dibiarkan sendiri kok, tentu aja pawang setempat yang menemani.  Tinggal pilih mana yang kalian suka dari keduanya

Meskipun menantang bahaya, dengan menaiki Gondala atau menyebrang jembatan yang hanya terbuat dari perlengkapan seadaanya. Namun Tak sedikit pula, pengunjung yang bersedia ‘uji nyali’ menikmatinya. Di samping diperuntunkan untuk wisatawan, transportasi itu juga masih digunakan warga setempat untuk mencari lobster dilautan. Konon katanya di Pulau Timanglah tempat sembunyi lobster ataupun hasil laut yang melimpah. Sehingga tak jarang penduduk setempat rela membahayakan nyawa demi mendapatkan hasil laut yang bernilai tinggi itu.  

Sebagai akhir dari review tentang pantai Timang. Pantai yang menurutku masih sangat asri dan terletak di daerah terpencil ini wajib untuk dikunjungi. Dibandingkan dengan pantai-pantai yang juga berlokasi berdekatan dengan pantai ini. Pantai Timanglah yang masih tampak alami dan belum terjamah oleh tangan-tangan nakal yang ingin memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. 

Jika kalian ingin mengunjungi Pantai ini, usahakan well prepare ya, karena pantai ini emang beda dari biasanya. Anyway ini adalah review pertamaku mengenai obyek wisata yang telah aku kunjungi. jadi kalau ada yang kurang berkenan dengan setiap kalimatnya, feel free ngasih komentar ya, namanya juga lagi belajar nulis. Hehe . See you guys :)