Surat Untuk Jodohku Di Masa Depan

source : google.co.id


Kekasihku.. oh bukan… jodohku, sedang apa kamu ? apa kau melakukan hal yang sama. Bercumbu dengan Tuhanmu dalam sujud dimalam yang pekat. Bermunajat untuk segera dipertemukan denganku dalam keadaan yang sama-sama siap.

Jodohku… ketahuilah, dalam sanubariku kau ku rindui. Jangan lelah untuk memperbaiki diri. Pun dengan diriku yang mencoba untuk menjadi pribadi yang utuh dalam beragama meskipun tak sempurna. Dengan tak bertemu sekarang Sang Pencipta mengajari kita untuk bersabar. Tak buru-buru untuk utarakan cinta. Apalagi kini maraknya cinta yang tak pada tempatnya, hingga akhirnya tak bahagia. Dan dirundung duka seolah dunianya sudah terbelah dua dan teramat banyak bencana. Nauzubillah.. semoga kita tak menjadi bagian dari sejarah hati yang tergolek mati karena cinta yang tak punya asa. Cinta yang tak berdasarkan iman dan taqwa kepada Sang Maha penuh cinta. Dzat yang mampu membolak-balikkan hati manusia dengan mudahnya. 

Jodohku… Terkadang, air mataku berbicara pada-Nya. Kalau-kalau ada nama yang selalu kusebut dalam doaku dulu, melebihi doaku untuk bertemu denganmu. Hingga aku menjadi manusia yang ingkar dan tak paham agama bahwa sebetulnya semuanya sudah menjadi kuasa Allah Sang Maha Segala. Maaf jika aku tak setabah Fatimah Az-zahra yang mampu memandam cintanya pada Ali bin Abi Tholib, Hingga pada akhirnya dia dipertemukan jodoh diwaktu yang tepat. Aku hanya manusia biasa yang pernah disulut amarah. Maaf jika aku pernah merasa lelah untuk menunggu dan aku berpaling dengan cinta yang tak semestinya. 

Jodohku… jika diriku ini masih jauh dari pengharapanmu. Tolong tetap cintai aku sebagaimana aku saat ini. Ajari aku untuk dekat dengan Allah dengan cara yang paling indah. Sehingga semakin tumbuh cintaku pada Robb ku pun dengan cinta padamu. Jika dikemudian hari aku melakukan kesalahan, tunjuki aku bagaimana seharusnya aku bertingkah tanpa ucapan yang menyakitkan hati dan membuat mata mulai basah karena hati terluka.

Jodohku … kelak, ketika kita dipertemukan, bolehkan aku meminta sesuatu? berjanjilah padaku atas nama Rob-Mu. Bawa aku kesurga-Nya bersama denganmu. Tetap bahagia tak hanya sampai rambut beralih warna namun sampai kita menutup mata dan di pertemukan kembali di surga yang menjadi dambaan setiap hamba yang taat. 

Jodohku.. tetaplah berusaha dan jangan menyerah untuk menengadah pada-Nya. Jika saat ini bukan waktu yang tepat. Maka sekali lagi kita diminta untuk bersabar. Terus berdoa hingga langit bergetar. Biarlah cinta kita disembunyikan dalam diam.  Inilah cara kita untuk saling mendoakan, mengharapkan ridho-Nya dengan tak sembarangan mengumbar kata-kata mesrah. Mengelola cinta dengan kaidah agama. Karena sesuatu yang dimulai dari cara yang salah akan berdampak buruk nantinya.

 

Tentang Kamu Masih Ada Sepenuhnya


Untuk kamu yang saat ini sedang berjuang mendapati hati yang kian dekat. Sedangkan aku, seseorang yang terus mengharapkan kau berbalik. Entah untuk siapa pujian yang begitu manis itu kau siapkan. Aku yang selalu penasaran padahal aku tau, aku akan terluka jika menyadarinya. Rindu ini tak mau kompromi, mengesampikankan fakta bahwa kau tak lagi ada disisi. Rinduku  ini tak mengganggap bahwa luka asalnya dari dirimu. Perpisahan kita cukup buruk bukan?. Aku yang sibuk mencintai namun kau sibuk memutuskan. Sejauh ini, aku masih berusaha tegar, tak bersama meskipun tentang kita masih kuharapkan ada kehidupan. Ketahulilah, Aku takut!. Takut jika kau sudah menggenggam hati lain dan aku tak kuasa melihatnya dengan mata yang biasa. Takut terisak dan menjerit karena kecewa.

Menunggumu terlalu melelahkan, namun tak sekalipun aku melangkah maju meninggalkan kita yang dulu. Entah kau menyadarinya ataupun tidak. Rindu ini akan selalu menunggu, untuk kau bawa dan kau balas dengan hal sama. Apa benar jika jatuh cinta secara sepihak adalah bencana?. Menanggung resiko diabaikan, bahkan menjadi orang yang murah seperti benalu atas cinta yang tak mampu dicurahkan kepada si empu. Aku tak ingin membuang waktuku dengan berduka kehilanganmu, tapi lucunya tak ada upaya dariku untuk melepasmu. Justru makin sering dirimu muncul memanggil memori yang sudah ku arsip rapi.

Aku masih mencari cara berdamai dan bahagia dengan jiwa yang lapang tanpa beban. Mencari cara bagaimana menjadi individu yang bertingkah biasa melepaskan seseorang yang masih memunculkan debar-debar cinta didada kala disebut namanya. Sayangnya, hatiku meraung memunculkan rindu pada hal semu dan hatimu kini sekeras batu. Apa aku sudah terlalu kelewatan mencintaimu. Atau memang aku tak tau malu padahal sudah dicampakkan seseorang yang kuangungkan terlalu tinggi. Hingga aku jatuh dan kemudian patah hati berkali-kali. Jika memang benar waktu adalah penyembuh. Apakah waktu juga mampu mengembalikan apa yang hilang dari diriku? Bahagia tanpamu.